Mabit di Mina, Wajibkah?

 PERTANYAAN:

Mau tanya sehubungan dengan haji. Apakah mabit di Mina di hari tasyrik itu wajib?
Qadarullaah hotel kami jaraknya dekat ke jamarat Dan jauh ke tenda Mina. Jadi rencananya kami akan tinggal di hotel, ke jamaratnya di saat melempar jumrah saja. Pemerintah juga ada program tanazul Mina utk jamaah yg hotelnya dekat jamarat. Mohon penjelasannya Ustadz. (+62 816-963-xxx)


 JAWABAN

Bismillahirrahmanirrahim..

Para ulama sepakat bahwa mabit di Mina disyariatkan dalam rangkaian haji. Hanya saja mereka berbeda pendapat; apakah wajib atau tidak.

Mayoritas ulama (jumhur) dari mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali berpendapat bahwa mabit di Mina adalah wajib dalam ibadah haji. Jika seseorang meninggalkannya tanpa uzur, maka dia wajib membayar dam (denda) berupa menyembelih seekor kambing.

Sdgk Mazhab Hanafi menyatakan bahwa mabit di Mina adalah sunnah muakkadah, dan bukan wajib. Ini juga pendapat Hasan al Bashri, Ibnu Abbas, dan lainnya. Namun tetap dianjurkan untuk tidak ditinggalkan tanpa alasan yang syar’i.

Para ulama zaman ini pun berbeda pendapat. Antara yang tetap mewajibkan seperti:

Mantan Mufti Arab Saudi, Syaikh Bin Baaz:

المبيت في منى فيه خلاف بين أهل العلم، من أهل العلم من قال: إنه واجب، وهو الأرجح والأصح؛ لأن النبي ﷺ بات في منى، وقال: خذوا عني مناسككم ورخص للعباس وللرعاة في ترك المبيت، العباس من أجل السقاية، والرعاة من أجل الرعي في الليل، فلما رخص لهم دون غيرهم دل على وجوبه على غيرهم، وهذا هو الأرجح، وقد ذهب بعض أهل العلم إلى أنه لا يجب يروى عن ابن عباس وفي صحته عن ابن عباس نظر، فالأولى والأرجح والأقرب إلى الصواب هو أنه يجب المبيت على الحجاج في منى

Mabit (bermalam) di Mina merupakan masalah yang diperselisihkan oleh para ulama. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa mabit itu wajib, dan ini adalah pendapat yang lebih kuat dan lebih benar, karena Nabi ﷺ bermalam di Mina dan beliau bersabda: “Ambillah dariku manasik (tata cara berhaji) kalian.” Beliau memberikan keringanan kepada Al-Abbas dan para penggembala untuk tidak mabit: Al-Abbas karena tugas memberi minum jamaah haji, dan para penggembala karena mereka harus menjaga ternak di malam hari. Maka, ketika beliau memberikan keringanan hanya kepada mereka dan bukan kepada yang lain, hal ini menunjukkan bahwa mabit itu wajib bagi selain mereka. Inilah pendapat yang lebih kuat.

Sebagian ulama memang berpendapat bahwa mabit tidak wajib, dan pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas, namun kesahihan riwayat tersebut dari Ibnu Abbas masih perlu ditinjau.

Maka yang lebih utama, lebih kuat, dan lebih dekat kepada kebenaran adalah bahwa mabit di Mina itu wajib bagi para jamaah haji. (Fatawa Nuur ‘alad Darb)

Sedangkan yang mengatakan mabit di Mina adalah sunnah -bukan wajib- seperti Al ‘Allamah Yusuf Al Qaradhawi Rahimahullah, Beliau berkata dalam fatwanya di web resminya:

فمن لم يكن  له حاجة ولا مصلحة في ترك المبيت بمنى،فيسن له أن يبقى بها تأسّيا بالنبي صلى الله عليه وسلم. وهو تأس مطلوب طلب الاستحباب، وليس طلب الوجوب فيما أرى.
ومن كان يشق عليه المبيت بمنى، أو كانت له حاجة أو مصلحة في عدم المبيت بمنى، فلا حرج عليه في ذلك. إذ لا دليل يدل على الوجوب. وقوله صلى الله عليه وسلم:” خذوا عني مناسككم” لا يدل على أن كل أفعال الحج واجبة، ففيها الأركان والواجبات والمستحبات. والحديث أشبه بحديث ” صلوا كما رأيتموني أصلي” ومع هذا يوجد في الصلاة ما هو فرض، وما هو واجب، وما هو مستحب.

Maka barang siapa yang tidak memiliki kebutuhan atau kepentingan untuk meninggalkan mabit (bermalam) di Mina, maka disunnahkan baginya untuk tetap tinggal di sana, meneladani Nabi ﷺ. Menurut pendapatku, ini adalah bentuk peneladanan yang diperintahkan dalam rangka sunah, bukan kewajiban.

Adapun siapa yang merasa kesulitan untuk mabit di Mina, atau memiliki keperluan tertentu atau kepentingan untuk tidak mabit di sana, maka tidak mengapa baginya (untuk tidak mabit). Karena tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa mabit itu wajib. Adapun sabda Nabi ﷺ: ‘Ambillah dariku manasik kalian,’ tidak menunjukkan bahwa semua perbuatan dalam haji itu wajib, karena di dalamnya terdapat rukun, kewajiban, dan sunah.

Hadis ini mirip dengan hadis: ‘Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku salat,’ padahal dalam aktivitas shalat itu ada yang fardhu, yang wajib, dan yang sunnah. (selesai)

Bisa jadi program pemerintah untuk tanazul Mina bagi sebagian jamaah yang hotelnya dekat jamarat mengambil pandangan pihak yang menyunnahkan karena adanya hajat dan maslahat bagi mereka.

Demikian. Wallahu A’lam

✍ Farid Numan Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top