PERTANYAAN:
Assalamu’alaikum ustadz Farid. Ijin bertanya , ini ada orang tua blm bs mengaqiqahi anak² nya. kl ada rezeki, lbh baik aqiqah dulu atau qurban dulu tadz?
Jazakallahu khoiron. (+62 813-9347-xxxx)
JAWABAN
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..
Sebagian ulama mengatakan aqiqah didahulukan dibanding qurban, seperti Qatadah Rahimahullah, melarang berqurban bagi yang belum aqiqah. Beliau berkata:
لَا تُجْزِئُ عَنْهُ حَتَّى يُعَقَّ عَنْهُ
Tidak sah qurban sampai dia aqiqah dulu. (Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf no. 24269)
Hanya saja pendapat ini menyendiri. Umumnya para ulama menilai keduanya sebagai ibadah Sunnah yang berdiri sendiri dgn sebab yang berbeda, dan tidak saling menganulir. Alias, tidak ada larangan sama sekali berqurban dulu walau belum aqiqah.
Jika rezeki lapang maka lakukan saja kedua-duanya diwaktu yang bersamaan, dgn kata lain hewannya masing-masing untuk qurban dan aqiqah, inilah pendapat mayoritas ulama. Tetapi jika dalam keadaan susah dan sempit dananya, silahkan ambil pendapat yg membolehkan qurban dan aqiqah bisa digabungkan niatnya pada satu kambing. Inilah pendapat Hasan al Bashri, Ibnu Sirin, Imam Ahmad, dan lainnya.
Syaikh Abdullah Al Faqih mengatakan:
فهذه المسألة اختلف فيها أهل العلم على قولين منهم من أجازها كما هو مذهب أحمد رحمه الله ومن وافقه . ومنهم من منعها لأن المقصود مختلف، فالمقصود بالأضحية الفداء عن النفس ومن العقيقة الفداء عن الطفل وعليه فلا يتداخلان. ولاشك أن الأخذ بهذا القول أولى لمن كانت عنده سعة وقدرة عليه فمن لم تكن له سعة فالأخذ بمذهب أحمد أولى له
Masalah menyatukan niat (qurban dan aqiqah) adalah diperselisihkan ulama, ada yang membolehkan seperti Imam Ahmad dan pihak yang sepakat dengannya.
Di antara mereka ada yang melarangnya, karena keduanya memiliki maksud yang berbeda. Qurban itu merupakan tebusan untuk diri sendiri, sedangkan aqiqah tebusan untuk kelahiran anak, oleh karena itu keduanya tidak saling mencakup.
Maka, tidak ragu lagi inilah (pendapat yang melarang) adalah pendapat yang lebih utama untuk diikuti bagi yang sedang lapang rezekinya. Ada pun bagi yg sempit rezekinya maka pendapat Imam Ahmad lebih utama baginya.
(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 885)
Demikian. Wallahu a’lam
Farid Numan Hasan