Oleh : Ust. Drs. Syueb Mawardi ( Ketua DED PKS Kota Depok )_
Manusia memang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Hal ini telah terlihat sejak Allah menciptakan manusia pertama yang sekaligus Nabi utusan-Nya. Meski telah dibekali dengan pengetahuan, tetap saja Nabi Adam tergelincir dengan melakukan hal yang dilarang oleh Rabnya. Dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia pertama tersebut, tidak mengurungkan kehendak Allah untuk tetap menjadikannya khalifah atau wakil-Nya di muka bumi.
Sebelum turun ke bumi, Nabi Adam dan istrinya Hawa, sebagai Bapak dan Ibu semua manusia juga telah mencontohkan bagaimana caranya memulihkan diri dari dosa dan kesalahan tersebut, yaitu dengan memohon ampun dan bertaubat kepada Sang Penerima Taubat, Allah yang Maha Pengampun. Firman Allah Swt QS. Al-Baqarah ayat 27 :
﴿ فَتَلَقّٰٓى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ﴾
Artinya : “Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
Imam Ibnu Kasir (Wafat 774 H/1373 M) dalam tafsirnya menyebutkan riwayat yang menjelaskan bahwa maksud dari beberapa kalimat tersebut dijelaskan di dalam surat Al-A’raf ayat 23 yang berbunyi :
﴿ قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ﴾
Artinya : Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
Jadi sejak dari manusia pertama, kita sudah ditunjukkan caranya menghapuskan dosa dan kesalahan. Dan sangat banyak ayat dan hadits yang menunjukkan luasnya rahmat dan kasih sayang Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang mau memohon ampun kepada-Nya.
Salah satu hadits yang mewakili luasnya rahmat Allah adalah sebagai berikut :
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah berfirman: ”Wahai Bani Adam, sesungguhnya jika engkau senantiasa berdoa dan berharap kepada–Ku niscaya Aku akan mengampunimu semua dosa yang ada padamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam kalau seandainya dosamu setinggi langit, kemudian engkau memohon ampun kepada– Ku, niscaya aku akan memberikan ampunan kepadamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam seandainya engkau menghadap kepada–Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi kemudian engkau berjumpa dengan–Ku dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi).
Besarnya harapan akan rahmat dan karunia Allah tentu jangan lantas membuat kita lalai dan kemudian meremehkan dosa dan kesalahan. Sekecil apapun dosa tetaplah dosa, pelanggaran tetaplah pelanggaran. Akibat buruk dosa itu ada dan nyata. Nabi Adam dan Siti Hawa terbuka auratnya tak lama setelah mereka bermaksiat. Beberapa dosa bahkan dapat memicu kerusakan di darat dan di laut. Maka berhati-hatilah !.
Disamping menghadirkan harapan (raja’) akan luasnya rahmat dan karunia Allah, kita juga perlu menghadirkan rasa khawatir (khauf) akan hukuman dan kemurkaan-nya. Seperti yang disebutkan oleh Ibnu Athailah As-Sakandari (W 709 H/1309 M) dalam salah satu hikmahnya :
“Apabila engkau ingin dibukakan pintu harapan (raja’), lihatlah rahmat yang Dia berikan kepadamu ! Apabila engkau ingin dibukakan pintu kekhawatiran (khauf), lihatlah dosa yang engkau lakukan kepada-Nya !”
Semoga kita senantiasa mampu menjadi hamba yang mawas diri, sensitif dengan dosa dan maksiat sekecil apapun bentuknya. Allahummaghfilanaa wa natuubu ilaiik..