Perhatikan Ujungnya!

 “Ada orang yang biasa melakukan amalan ahli surga, sampai jarak dirinya dan surga tinggal sehasta lagi” kata Rasulullah ﷺ, “tapi dia kesusul oleh catatan takdirnya, di akhir hayatnya melakukan amalan ahli neraka, maka dia masuk neraka.” Hadits ini shahih, Bukhari dan Muslim, dari jalur Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu.

Di kesempatan lain, ada seorang mujahid yang gagah berani memerangi kaum musyrikin, namun mujahid itu mengalami terluka parah akhirnya dia mengakhiri hidupnya sendiri dengan menghujamkan pedang ke tubuhnya. Dia mati bunuh diri padahal sebelumnya begitu heroik. Lalu Rasulullah ﷺ mengatakan: “Siapa yang ingin melihat ahli neraka maka lihatlah orang ini” , lalu Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ وَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

“Sesungguhnya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya, ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sesungguhnya (hasil) amalan itu tergantung pada penutupnya.” (HR. Bukhari no. 6493)

Rasulullah ﷺ mengatakan:

لا عليكم أن لا تعجبوا بعمل أحد حتى تنظروا بم يختم له، فإن العامل يعمل زمانا من عمره أو برهة من دهره بعمل صالح لو مات عليه دخل الجنة، ثم يتحول فيعمل عملا سيئا.

Tidak masalah bagi kalian untuk tidak kagum terhadap amal seseorang sampai kalian melihat bagaimana akhirnya, Sebab, seseorang bisa saja beramal shaleh dalam waktu tertentu dari umurnya atau dalam sebagian masa hidupnya, yang jika ia mati dalam keadaan itu maka ia akan masuk surga. Namun ia kemudian justru berubah dan melakukan amal yang buruk. (HR. Ahmad, dari jalan Anas, dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Fathul Bari, 11/487)

Semua ini menunjukkan betapa penting akhir perjalanan hidup .. akhir sebuah amal .. apakah Allah Ta’ala menerima, menolak, menjadikan sebab surga atau neraka tergantung akhirnya.

Oleh karenanya, Imam Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan:

إنَّ صلاحَها وفسادَها وقَبُولَها وعدمَه بحسب الخاتمة

Sesungguhnya kebaikan amal-amal tersebut, kerusakannya, diterima atau tidaknya, tergantung bagaimana akhirnya. (Jami’ al ‘Ulum wal Hikam, 3/10)

Imam Ath Thibrizi mengatakan:

العمل السابق ليس بمعتبر، وإنما المعتبر العمل الذي ختم به، وهذا فيه حث على المواظبة على الطاعات ومحافظة الأوقات عن المعاصي؛ خوفاً من أن يكون ذلك آخر عمله، كما فيه زجر عن العجب والتفرح بالأعمال؛ فإنه لا يدري ماذا يصيبه في العاقبة

Amal yang telah lalu tidaklah dianggap, yang dianggap adalah amal yang seseorang akhiri dengannya. Dalam hal ini terdapat dorongan untuk terus-menerus melakukan ketaatan dan menjaga waktu dari perbuatan maksiat, karena dikhawatirkan itu akan menjadi amal terakhirnya. Selain itu, terdapat peringatan agar tidak terjerumus dalam perasaan bangga dan gembira berlebihan terhadap amal yang telah lalu dilakukan, sebab seseorang tidak mengetahui bagaimana akhirnya kelak. (Mir’ah Al Mafatih Syarh Misykah al Mashabih, 1/419)

Maka, di ujung Ramadhan ini, teruslah berlari, semakin kuat, tilawahnya dan shalatnya, tampakkan kesedihan dan kerinduan saat berpisah dengan Ramadhan …

Bukan semakin melemah dan menghilang dari jalan ketaatan, serta kegirangan dengan kepergian Ramadhan..

Wallahu A’lam

Wa Shalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

☘

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top