💢💢💢💢💢💢💢💢
Daftar Isi
1⃣ Musyrikin dan Ahli Kitab
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ شَرُّ ٱلۡبَرِيَّةِ
Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah seburuk-buruknya makhluk.
(QS. Surat Al-Bayyinah, Ayat 6)
Dalam ayat ini disebutkan dua golongan manusia yang disebut dengan seburuk-buruknya makhluk, yaitu Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan Musyrikin. Kenapa? Karena mereka berada pada puncak kemaksiatan yaitu kekafiran.
Maka, Allah Ta’ala menyebut mereka dengan innaladzina kafaruu : “sesungguhnya orang-orang kafir…”
Kata MIN dalam kalimat min ahlil kitab wal musyrikin, bukan bermakna tab’idhiyah (sebagian ahli kitab dan musyrikin). Tapi, itu bermakna penegas dan penjelas bahwa mereka adalah kafir, bukan bermakna sebagian mereka saja yg kafir.
Hal ini sama dengan ayat berikut:
فَٱجۡتَنِبُواْ ٱلرِّجۡسَ مِنَ ٱلۡأَوۡثَٰنِ
“.. maka jauhilah olehmu (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu”… (QS. Al-Hajj, Ayat 30)
Kalimat: minal autsaan, bukan bermakna sebagian berhala. Tapi, semua aktifitas penyembahan kepada berhala itu najis dan jauhi.
Oleh krn itu Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:
يخبر تعالى عن مآل الفجار من كفرة أهل الكتاب والمشركين المخالفين لكتب الله المنزلة وأنبياء الله المرسلة أنهم يوم القيامة في نار جهنم خالدين فيها أي ماكثين لا يحولون عنها ولايزولون
Allah Ta’ala mengabarkan tentang akibat yang diterima orang-orang berdosa, berupa kekafiran ahli kitab dan musyrikin yang menyelisihi kitab-kitab Allah, dan menyelisihi para nabi. Bahwa mereka hari kiamat nanti di neraka jahanam kekal abadi, yaitu mereka menjadi orang-orang yang menetap di sana, tidak berubah dan terus menerus.
(Tafsir Ibnu Katsir, 8/457)
💢💢💢💢💢💢💢💢
2⃣ Orang yang membangun masjid di atas kubur lalu membuat patung orang shalih di dalamnya lalu menyembahnya
Inilah yang dilakukan orang-orang jahiliyah sebelum Islam. Jika ada orang shalih wafat, maka di kuburnya dijadikan tempat ibadah, lalu untuk mengenang orang shalih itu mereka membuat patungnya, perlahan-lahan mereka menyembahnya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أُولَئِكِ إِذَا مَاتَ مِنْهُمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا ثُمَّ صَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّورَةَ أُولَئِكِ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ
“Mereka itulah, yang apabila ada hamba shalih atau laki-laki shalih diantara mereka yang meninggal dunia, mereka bangun masjid di atas kuburannya itu dan membuatkan patung dari orang yang meninggal itu di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk disisi Allah “.
(HR. Bukhari no. 1341)
Hal ini bisa saja terjadi di masa sekarang, di masa Islam. Oleh karena itu Islam melarang mendirikan masjid di atas kuburan, dan membuat patung dan menyimpannya di rumah seorang muslim, sebagai upaya menutup seluruh pintu fitnah kesyirikan sekecil apa pun pintu itu.
Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah mengatakan:
والأحاديث في هذا الباب كثيرة ، وقد نص الأئمة من علماء المسلمين من جميع المذاهب الأربعة وغيرهم على النهي عن اتخاذ المساجد على القبور وحذروا من ذلك . عملا بسنة الرسول صلى الله عليه وسلم ، ونصحا للأمة وتحذيرا لها أن تقع فيما وقع فيه من قبلها من غلاة اليهود والنصارى وأشباههم من ضلال هذه الأمة
Hadits-hadits dalam masalah ini begitu banyak, dan telah ada perkataan ulama kaum muslimin di semua madzhab yang empat dan lainnya tentang larangan dan peringatan mendirikan masjid di kuburan. Hal ini dalam rangka mengamalkan sunnah Rasulullah ﷺ, sekaligus nasihat dan memperingatkan umat dari sikap ekstrim yang terjadi dimasa lalu yang dilakukan golongan tersesat dari umat ini baik kaum Yahudi, Nasrani, dan lainnya.
(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 26312)
Bagaimana jika kasusnya masjid lebih dulu ada, lalu ada orang shalih yg di kubur di samping masjidnya?
Hal ini sudah terjadi sejak masa salaf, dilakukan dan dialami pembesar-pembesar ulama. Ini tidak masalah, asalkan kubur tersebut di luar batas masjid, baik dibatasi oleh pagar atau dinding. Tidak masalah pula shalat di dalam masjid tersebut.
Syaikh Abdul Aziz bin Baaz Rahimahullah – yg sering disebut tokohnya kaum wahabi zaman ini pun membolehkan hal itu, Beliau berkata:
يقول السائل: إنه يوجد في قريتنا مسجد جامع، وهذا المسجد يقع وسط المقابر التي تحيط به من الشمال والجنوب، والمسافة بينه وبين الجهة الشمالية متران، وكذلك الجنوبية متران، وأن تلك المقابر في طريقها للتوسع، كما أن بعض المصلين هداهم الله يجعلون تلك المقابر مواقف لسياراتهم، أخبرونا جزاكم الله عنا كل خير في الحكم في مثل ذلك ولكم جزيل الشكر والتقدير؟
الجواب : لا حرج في بقاء المسجد المذكور؛ لأن العادة جارية أن الناس يدفنون حول المساجد، فلا يضر ذلك شيئا، والمقصود أن الدفن حول المساجد لا بأس به لأنه أسهل على الناس فإذا خرجوا من المسجد دفنوه حول المسجد، فلا يضر ذلك شيئا ولا يؤثر في صلاة المصلين.
لكن إذا كان في قبلة المسجد شيء من القبور فالأحوط أن يكون بين المسجد وبين المقبرة جدار آخر غير جدار المسجد أو طريق يفصل بينهما، هذا هو الأحوط والأولى ليكون ذلك أبعد عن استقبالهم للقبور.
أما إن كانت عن يمين المسجد أو عن شماله، أي عن يمين المصلين، أو عن شمالهم فلا يضرهم شيئا، لأنهم لا يستقبلونها; لأن هذا أبعد عن استقبالها وعن شبهة الاستقبال.
أما بالنسبة لإيقاف السيارات فلا يجوز إيقافها على القبور، بل توقف بعيدا عن القبور، في الأراضي السليمة التي ليس فيها قبور، لأنه لا يجوز للناس أن يمتهنوا القبور، أو تكون السيارات على القبور، فهذا منكر ولا يجوز، ومن الواجب أن يبعدوها عن القبور، وأن تكون في محلات سليمة ليس فيها قبور، وإذا تيسر تسويرها بما يمنع استطراقها وامتهانها فهو أحوط وأسلم لأن المسلم محترم حيا وميتا، ولهذا نهى الرسول صلى الله عليه وسلم أن يصلى إلى القبور وأن يقعد عليها.
Perkataan penanya: “Di desa kami terdapat Masjid Jami’, dan masjid tersebut berada di tengah-tengah sekeliling komplek pekuburan, dari bagian timur dan selatan. Jarak antara kuburan tersebut dengan bagian timur masjid adalah dua meter, di bagian selatan juga dua meter. Sesungguhnya komplek kuburan tersebut jalannya akan diperluas, sebagaimana yang mereka beritakan keada kami bahwa sebagian jamaah shalat –semoga Allah memberi petunjuk kepada mereka- menjadikan pekuburan tersebut sebagai tempat parkir mobil-mobil mereka. Dari kami, semoga Allah Ta’ala memberikan balasan kepada Anda dengan semua kebaikan dalam menjelaskan hukum masalah ini, dan terima kasih sebanyak-banyaknya buat Anda.
Jawab (Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz):
Tidak apa-apa berada di masjid tersebut, sesungguhnya kebiasaan yang berlangsung, bahwa manusia menguburkan mayit di sekitar masjid, dan hal itu sama sekali tidak membawa mudharat. Maksudnya menguburkan mayit di sekitar masjid adalah tidak apa-apa, sebab itu lebih mudah bagi manusia, ketika mereka keluar dari masjid mereka menguburkannya di sekitar masjid. Hal itu sama sekali tidak membawa mudharat, dan tidak berpengaruh apa-apa bagi shalat orang yang shalat. (baca: tetap sah)
Tetapi jika (kubur) di bagian kiblat masjid, maka untuk lebih hati-hati hendaknya di antara masjid dan kuburan itu dibuat dinding lagi selain dinding masjid, atau jalanan yang memisahkan antara keduanya. Hal ini lebih hati-hati dan lebih utama, dengan demikian agar mereka lebih jauh dari menghadap kuburan.
Ada pun jika kuburan tersebut berada di sebelah kanan atau kirinya, yakni di sebelah kanan yang shalat, maka itu sama sekali tidak memudharatkan mereka, sebab mereka tidak menghadap kepadanya. Keadaan itu jauh dari menghadap ke kuburan dan jauh pula dari keadaan yang serupa dengan menghadap.
Terkait dengan parkiran mobil, maka tidak boleh memarkir mobil di atas kuburan-kuburan, tetapi hendaknya menjauh darinya, di tempat yang bersih yang tidak terdapat kuburan. Karena tidak boleh bagi manusia menghina (merendahkan) kuburan, atau meletakkan mobil-mobil di atas kubur, ini munkar dan tidak boleh. Wajib menjauhkannya dari kubur, dan memindahkannya ke tempat yang bersih yakni bebas dari kubur. Dan jika memungkinkan, hendaknya dihindari dari pembuatan jalan dan apa-apa yang merendahkan kuburan, dan itu lebih hati-hati da selamat, sebab seorang muslim mesti dihormati baik ketika hidup dan mati. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang shalat keada kuburan dan duduk di atasnya.
(Syaikh Ibnu Baaz, Fatawa Nur ‘Alad Darb, Pertanyaan No. 133)
Wallahu a’lam
💢💢💢💢💢💢💢
3⃣ Orang yang merasakan kiamat
Dalam banyak ayat, di banyak surat, Allah Ta’ala menceritakan kedahsyatan dan kengerian peristiwa kiamat. Sangat logis jika peristiwa yang paling menyeramkan itu dialami oleh manusia-manusia yang paling buruk.
Dalam hadits disebutkan:
قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكْهُمْ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ
Ibnu Mas’ud mengatakan, aku mendengar Nabi ﷺ bersabda; “Manusia yang paling buruk adalah manusia yang mendapati hari kiamat ketika dia masih hidup.”
(HR. Bukhari no. 7067)
Hadits lainnya:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ الْخَلْقِ هُمْ شَرٌّ مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ
“Hari Kiamat itu tidak akan menimpa kecuali atas makhluk yang paling buruk. Mereka lebih jahat daripada orang-orang yang hidup di masa jahiliyah.”
(HR. Muslim no. 1924)
Sedangkan kaum muslimin dan mukminin, tidak merasakan peristiwa itu. Sebagaimana hadits berikut:
… إِذْ بَعَثَ اللَّهُ رِيحًا طَيِّبَةً فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ
“… tiba-tiba Allah mengirim angin sepoi-sepoi lalu mencabut nyawa setiap orang mu`min dan muslim dibawah ketiak mereka, dan orang-orang yang tersisa adalah manusia-manusia buruk, mereka melakukan hubungan badan secara tenang-terangan seperti keledai kawin. Maka atas mereka itulah kiamat terjadi.”
(HR. Muslim no. 2137)
Demikian. Wallahu A’lam
💢💢💢💢💢💢💢💢
4⃣ Orang Khawarij
Rasulullah ﷺ menyebut bahwa mereka suburuk-buruknya makhluk.
Rasulullah ﷺ bersabda:
هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ
Mereka seburuk-buruknya makhluk dan akhlak mereka sangat buruk.
(HR. Muslim no. 1067)
Rasulullah ﷺ menyebut mereka Kilabun Naar (Anjing-anjing neraka).
Dalam sebuah riwayat shahih disebutkan:
حدثنا عبد الرزاق أخبرنا معمر قال سمعت أبا غالب يقول لما أتي برءوس الأزارقة فنصبت على درج دمشق جاء أبو أمامة فلما رآهم دمعت عيناه فقال كلاب النار ثلاث مرات هؤلاء شر قتلى قتلوا تحت أديم السماء وخير قتلى قتلوا تحت أديم السماء الذين قتلهم هؤلاء قال فقلت فما شأنك دمعت عيناك قال رحمة لهم إنهم كانوا من أهل الإسلام قال قلنا أبرأيك قلت هؤلاء كلاب النار أو شيء سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إني لجريء بل سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم غير مرة ولا ثنتين ولا ثلاث قال فعد مرارا. (مسند أحمد بن حنبل)
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdur Razzaq telah mengabarkan kepada kami Ma’mar berkata; Saya mendengar Abu Ghalib berkata;
“Saat kepala-kepala kelompok Azariqah didatangkan dan dipasang ditangga Damaskus, datanglah Abu Umamah. Saat melihat mereka ia meneteskan air mata dan berkata; Anjing-anjing neraka -sebanyak tiga kali- mereka adalah seburuk-buruk korban yang dibunuh dibawah kolong langit, dan sebaik-baik korban yang dibunuh dibawah kolong langit adalah orang-orang yang mereka bunuh.”
Saya bertanya; ” Kenapa kau meneteskan air mata?”
Ia menjawab; “Sebagai rasa kasih sayang terhadap mereka, dulu mereka adalah orang-orang Islam.”
Kami bertanya; “Atas dasar apa saat kau menyebut mereka; Anjing-anjing neraka, ataukah sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah ﷺ ?”
Ia berkata; “Sesungguhnya aku (kalau tanpa alasan) tentunya gegabah, tapi aku mendengarnya dari Rasulullah ﷺ bukan hanya sekali, dua kali, tiga kali. Ia mengulanginya berkali-kali.”
(HR. Ahmad no. 22183. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad no. 22183)
Dalam kenyataannya, kaum khawarij memang sangat sadis kepada umat Islam. Mereka menghalalkan darah dan harta kaum muslimin, sebab mereka mengkafirkannya.
Tentang khwarij sudah kami bahas berapa bulan lalu.
Demikian. Wallahu A’lam
🌿🌺🌷🌻🌸🍃🌴🌵
✍ Farid Nu’man Hasan