Qunut Witir Setelah Setengah Ramadhan; Sunahnya Para Sahabat

Telah terjadi perbedaan pendapat ulama tentang qunut secara umum, berkata Imam Ibnu Rusyd Al Maliki Rahimahullah :

اختلفوا في القنوت، فذهب مالك إلى أن القنوت في صلاة الصبح مستحب، وذهب الشافعي إلى أنه سنة وذهب أبو حنيفة إلى أنه لا يجوز القنوت في صلاة الصبح، وأن القنوت إنما موضعه الوتر وقال قوم: بيقنت في كل صلاة، وقال قوم: لا قنوت إلا في رمضان، وقال قوم: بل في النصف الاخير منه وقال قوم: بل في النصف الاول منه.

“Mereka berselisih tentang qunut:

– Malik berpendapat bahwa qunut dalam shalat shubuh adalah sunah

– dan Asy Syafi’i juga mengatakan sunah

– dan Abu Hanifah berpendapat tidak boleh qunut dalam shalat subuh, sesungguhnya qunut itu adanya pada shalat witir.

– Ada kelompok yang berkata: berqunut pada setiap shalat.

– Kaum lain berkata: tidak ada qunut kecuali pada bulan Ramadhan.

– Kaum lain berkata: Adanya pada setelah setengah bulan Ramadhan.

– Ada juga yang mengatakan: bahkan pada setengah awal Ramadhan.” (Imam Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, 1/107-108. Darul Fikr)

Ada pun tentang qunut saat witir, Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah berkata:

لا يصح فيه عن النبي صلى الله عليه وسلم شيء

Tidak ada yang shahih sedikit pun dari Nabi ﷺ tentang hal ini. (Talkhish Al Habir, 2/18)

Imam Ibnu Khuzaimah berkata:

ولست أحفظ خبراً ثابتاً عن النبي صلى الله عليه وسلم في القنوت في الوتر

Aku tidak hafal adanya hadits yang shahih dari Nabi ﷺ tentang qunut saat witir. (Shahih Ibni Khuzaimah, 2/151)

TETAPI, qunut saat witir ADA pada masa para sahabat Nabi ﷺ

Imam ‘Atha bin Abi Rabah ditanya tentang qunut witir, Beliau menjawab:

كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يفعلونه

Dahulu para sahabat Nabi ﷺ melakukannya. (Mukhtashar Qiyam Al Lail, Hal. 66)

Syaikh Al Mujahid, Sulaiman bin Nashir Al ‘Alwan Rahimahullah berkata:

وجاء عن بعض الصحابة أنه لا يقنت إلاّ في النصف من رمضان . صح هذا عن ابن عمر

Telah datang riwayat dari sebagian sahabat nabi bahwa tidak ada qunut kecuali pada separuh Ramadhan. Hal ini shahih dari Ibnu Umar. (Ahkam Qiyam Al Lail, Hal. 28)

Jadi, para ulama sepakat sunahnya saat witir di setengah Ramadhan sampai akhir.

واتفقوا على أن القنوت في الوتر مسنون في النصف الثاني من شهر رمضان إلى آخره

Para ulama sepakat tentang berqunut dalam shalat witir itu sunnah saat separuh bulan Ramadhan sampai akhir. (Al Wazir Ibnu Hubairah, Ikhtilaf Al Aimmah Al ‘Ulama, 1/138)

Hanya saja mereka berbeda apakah qunut dalam witir juga sunnah pada witir-witir selain paruh akhir bulan Ramadhan?

ثم اختلفوا في موضعه . فقال أبو حنيفة : قبل الركوع . وقال الشافعي وأحمد : بعده . ثم اختلفوا هل هو مسنون في بقية السنة ؟ فقال أبو حنيفة وأحمد : هو مسنون في جميع السنة . وقال مالك والشافعي : لا يسن إلا في نصف شهر رمضان الثاني

Kemudian mereka berbeda pendapat tentang tempatnya qunut. Abu Hanifah mengatakan: sebelum ruku. Asy Syafi’i dan Ahmad mengatakan: setelahnya. Lalu mereka juga berselisih apakah disunahkan pada shalat sunnah lainnya? Abu Hanifah dan Ahmad berkata: Hal itu sunah di sepanjang tahun. Malik dan Asy Syafi’i mengatakan: “Tidak sunnah kecuali hanya pada paruh kedua bulan Ramadhan.” (Ibid)

Maka, janganlah ingkari jika sebagian masjid ada qunut saat shalat witirnya sejak separuh akhir Ramadhan. Itu sunah yang disepakati para ulama, tetapi mereka berbeda apakah itu juga sunnah di luar Ramadhan.

Wallahu A’lam wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa Shahbihi wa Sallam

☘

✍ Farid Nu’man Hasan

Membacakan Surat Al Fatihah dan Ayat Terakhir Surat Al Baqarah Untuk Mayit

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa sallam bersabda,

“Jika di antara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan (penguburannya), segeralah dimakamkan. Dan bacakanlah di samping kuburnya, Surat Al-Fatihah di dekat kepala dan ayat terakhir Surat Al Baqarah di dekat kakinya.”

(HR. At Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 13613, Al Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman No. 9294)

Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, imam pakar hadits dizamannya menyatakan bahwa status hadits di atas adalah HASAN.
(Fathul Bari, 3/184)

Penghasanan ini juga diikuti oleh:

– Imam Badruddin Al ‘Ainiy. (‘Umdatul Qari, 12/382)
– Imam Ash Shan’ani. (Subulussalam, 2/106)
– Syaikh Az Zurqani*. (Syarh Az Zurqaniy, 2/127)

Namun didha’ifkan oleh Imam Al Haitsami dan Syaikh Al Albani.

Imam Yahya bin Ma’in (w. 233 H) – salah satu imam hadits yang begitu ketat- ditanya tentang hukum membaca Al Qur’an di sisi kubur, Beliau menjawab:

ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺒﺸﺮ ﺑﻦ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ اﻟﺤﻠﺒﻲ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ اﻟﻌﻼء ﺑﻦ اﻟﻠﺠﻼﺝ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻟﺒﻨﻴﻪ ﺇﺫا ﺃﺩﺧﻠﺖ اﻟﻘﺒﺮ ﻓﻀﻌﻮﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﻠﺤﺪ ﻭﻗﻮﻟﻮا ﺑﺴﻢ اﻟﻠﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﺳﻨﺔ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﻭﺳﻨﻮا ﻋﻠﻰ اﻟﺘﺮاﺏ ﺳﻨﺎ ﻭاﻗﺮﺅﻭا ﻋﻨﺪ ﺭﺃﺳﻲ ﺃﻭﻝ اﻟﺒﻘﺮﺓ ﻭﺧﺎﺗﻤﺘﻬﺎ ﻓﺈﻧﻲ ﺭﺃﻳﺖ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﺫاﻙ

Berkata kepadaku Mubasysyir bin Isma’il al Halabi, dari Abdurrahman bin al ‘Ala dari ayahnya, bahwa dia berkata kepada anaknya:

“Jika engkau memasukkan aku ke kubur, letakkanlah aku di Lahad, bacalah “Bismillah wa’ ala Sunnati Rasulillah,” dan bacakanlah dibagian kepalaku awal surat Al Baqarah dan penutupnya, SEBAB AKU MELIHAT IBNU UMAR menyukai (menyunnahkan) hal itu.

(Tarikh Ibnu Ma’in, 4 /502)

Wallahu a’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Harga Jual Berbeda dengan yang Diiklankan

▪▫▪▫▪▫▪▫

 PERTANYAAN:

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Bismillah,
Ustadz Farid Nu’man yang di rahmati Allah taala,mau bertanya ?

Misalkan jualan sesuatu katakan jual barang yg di iklankan 1jt an…ternyata pada saat user datang beli menjadi hargga nya 1.5jt apakah ini termasuk trik jualan yang dibolehkan dlm syariat

Trmksh


 JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Jika diiklannya menyebut 1 juta, tapi kenyataannya 1,5 juta maka ini Al Ghisy (penipuan)..

Ibrahim Al Harbi Rahimahullah berkata:

فَالغِشُّ أَنْ يُظْهِرَ شَيْئَاً وَيُخْفِىَ خَلاَفَهُ أَوْ يَقُولَ قَوْلاً ويَخْفِىَ خِلاَفَهُ فَذَلَكَ الغِشُّ

Maka, Al Ghisy adalah menampakkan sesuatu dan menyembunyikan sesuatu yang berbeda dengannya, atau mengatakan sebuah perkataan dan menyembunyikan yang berbeda dengannya. Itulah Al Ghiys. (Gharibul Hadits, 2/658)

Nabi ﷺ bersabda:

ومن غشنا فليس منا

Dan barang siapa yang menipu kami maka dia bukan golongan kami. (HR. Muslim No. 101)

Kecuali, iklannya zaman kapan, lalu konsumennya datang ketika harga memang sudah naik, maka itu bukan penipuan.

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

Bentuk Ketaatan Kepada Ulil Amri

▪▫▪▫▪▫▪▫

 PERTANYAAN:

Assalamualaikum Ustadz,
afwan izin bertanya seperti apa hukum dan kaidah dalam islam ketaatan warga negara kepada negara ?
apakah secara totalitas dari semua aspek atau sebagian saja yang sesuai dengan islam ? (misal; dari aspek hukum, undang-undang, peraturan, ekonomi, ideologi, pajak, dll. )
mohon pencerahan Ustadz


 JAWABAN

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah

Ketaatan kepada ulil amri dalam perkara kebaikan tentu wajib. “Kebaikan” itu banyak baik pada urusan agama dan dunia.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Hai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada RasulNya, dan ULIL AMRI di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (As Sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir …” (QS. An Nisa: 59)

Ulil Amri menurut ahli tafsir salaf adalah ulama, ahli agama, dan ahli fiqih. Sebagian ahli tafsir juga mengartikan umara.

Hanya saja ketaatan kepada Ulil Amri hanya dalam perkara yang baik.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ يُطِعْ الْأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ يَعْصِ الْأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي وَإِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَعَدَلَ فَإِنَّ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرًا وَإِنْ قَالَ بِغَيْرِهِ فَإِنَّ عَلَيْهِ مِنْه

“Barangsiapa yang mentaatiku, maka dia telah taat kepada Allah. Barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka dia telah maksiat kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada pemimpin maka dia telah mentaatiku. Barangsiapa yang membangkang kepada pemimpin, maka dia telah bermaksiat kepadaku. Sesungguhnya pemimpin adalah perisai ketika rakyatnya diperangi dan yang memperkokohnya. Jika dia memerintah dengan ketaqwaan kepada Allah dan keadilan, maka baginya pahala. Jika dia mengatakan selain itu, maka dosanya adalah untuknya.”(HR. Bukhari No. 2957, Muslim No. 1835)

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ

“Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya ada pada yang ma’ruf (dikenal baik).” (HR. Bukhari No. 7257, Muslim No. 1840)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ

“Dengar dan taat atas seorang muslim adalah pada apa yang disukai dan dibencinya, selama tidak diperintah maksiat. Jika diperintah untuk maksiat, maka jangan didengar dan jangan ditaati.” (HR. Bukhari No. 7144)

Jadi, batasannya adalah apakah kebijakan, ajakan, perintah, dari Ulil Amri tersebut mengandung unsur durhaka kepada agama, maksiat, zalim, syirik? Jika ya, maka tidak boleh ditaati.

Tapi jika kebijakan atau ajakannya positif, bermanfaat dan bermaslahat, minimal netral.. Maka tetap taati sejauh yang kita mampu.

Wallahu A’lam

 Farid Nu’man Hasan

scroll to top