Pemboikotan di Jaman Nabi

 PERTANYAAN:

Ustadz apakah pada masa Nabi/shabat/ulama terdahulu pernah ada kisah pemboikotan produk kafir?


 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫

Bismillahirrahmanirrahim..

Pada masa lalu, fase Mekkah, fase minoritas dan lemah… justru kaum muslimin yang diboikot. Diblokade ekonominya selama 2 – 3 th.

Pada fase Madinah, kaum muslimin justru berhasil “merebut pasar” Yahudi Bani Qainuqa. Ini bukan sekedar boikot, tapi membuat ekonomi musuh menjadi ambruk. Itu esensinya. Mengambrukkan ekonomi musuh dalam peperangan itu strategi penting mengalahkannya. Spirit dari memboikot produk adalah seperti itu.

Maka, ada atau tidak ada di dalam sejarah nabi tentang pemboikotan produk kafir, itu bukan masalah bagi pemboikotan masa kini.

Pijakan dan dasar pemboikotan adalah:

وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمۡ لَا تَعۡلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعۡلَمُهُمۡۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِن شَيۡءٖ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ

Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka *dengan kekuatan yang kamu miliki* dan dari pasukan berkuda *yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu* dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizhalimi (dirugikan).

-Surat Al-Anfal, Ayat 60

Sarana dan strategi perjuangan itu banyak, bervariasi, dan berkembang.. Tidak harus ada atau tidak ada di zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab, strategi adalah urusan dunia yang asalnya boleh bahkan bisa dianjurkan dan wajib jika tujuannya juga tujuan yang wajib. Kaidahnya:

إن الوسيلة تأخذ حكم غايتها –مقاصدها- حتى يأتي نهي من الشرع، وأن الوسائل غير منحصرة.

Sesungguhnya hukum sarana mengikuti hukum tujuan dan maksud-maksudnya, sampai adanya dalil syariat yang melarang, dan sarana itu tidaklah terbatas.

Dalam bahasa yang lain:

أن الوسائل لها أحكام المقاصد. فإذا كان القصد مطلوبا شرعا ، والغاية مأمورا بها من حيث هي ، فإنه يشرع التوصل والتوسل إليها بكل وسيلة غير ممنوعة شرعا .. فنصرة المسلم المظلوم مطلوبة شرعا

Sesungguhnya hukum dari sebuah sarana mengikuti hukum maksud dan tujuannya. Maka, jika sebuah maksud dibenarkan oleh syariat, dan tujuannya diperintahkan seperti apa pun juga, maka dibolehkan untuk mencapainya dengan sarana apa pun, hal itu tidak terlarang dalam syariat … dan membela muslim yang tertindas adalah perbuatan yang diperintahkan syariat.

Demikian. Wallahu a’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Mengeraskan Zikir Saat Mengiringi Jenazah

 PERTANYAAN:

Assalamualaikum warahmatullahi wa Barakatuh. Ustadz mohon dijelaskan tentang mengiringi jenazah dengan dzikir tauhid atau sholawat dengan suara yang keras.(+62 852-9283-xxxx)


 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh

Mengiringi jenazah dengan zikir tentu bagus, tapi mengeraskan suaranya maka itu makruh menurut 4 mazhab. Sebagian ulama ada yg membid’ahkannya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لا تُتبعُ الجَنازةُ بِصَوتٍ وَلَا نَارٍ

Janganlah iringi jenazah dengan suara dan api. (HR. Abu Daud)

Dalam mazhab Hanafi, Imam Ibnu Nujaim Al Hanafi mengatakan:

وينبغي لمن تبع جنازة أن يطيل الصمت، ويكره رفع الصوت بالذكر وقراءة القرآن وغيرهما في الجنازة، والكراهة فيها كراهة تحريم في فتاوى العصر وعند مجد الأئمة التركماني. وقال علاء الدين الناصري: ترك الأولى

Dan seyogianya bagi siapa yang mengikuti jenazah untuk memperbanyak diam. Dimakruhkan mengeraskan suara dengan dzikir, membaca Al-Qur’an, dan selain keduanya saat mengiringi jenazah. Kemakruhannya di sini adalah makruh tahrim menurut Fatawa al-‘Ashr dan menurut Majd al-A’immah at-Turkumani. Dan Ala’uddin an-Nashiri berkata: (hal itu) termasuk meninggalkan yang lebih utama.” (Al Bahrur Raiq, 2/207)

Dalam Mazhab Maliki, Imam Ad Dardir Al Maliki:

وكره صياح خلف الجنازة بـ”استغفروا لها” ونحوه… -ويعقب الصاوي عليه فيقول:- لأنه ليس من فعل السلف

Dan dimakruhkan berteriak di belakang jenazah dengan ucapan ‘Mohonkanlah ampun baginya’ dan semisalnya…As-Shawi memberi komentar atas hal itu, beliau berkata: ‘Karena hal itu bukan termasuk perbuatan para salaf.’” (Hasyiyah Ash Shawi, 1/568)

Dalam Mazhab Syafi’i, Imam Asy Syarbini mengatakan:

ويكره اللغط -بفتح الغين وسكونها-، وهو ارتفاع الأصوات في السير مع الجنازة؛ لما رواه البيهقي من أن الصحابة كرهوا رفع الصوت عند الجنائز وعند القتال وعند الذكر

“Dan dimakruhkan al-laghat —dengan fathah pada ghain atau sukun— yaitu meninggikan suara ketika berjalan bersama jenazah; karena Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa para sahabat memakruhkan mengeraskan suara pada saat mengiringi jenazah, pada waktu peperangan, dan pada saat berdzikir.”
(Mughni Muhtaj, 1/360)

Mazhab Hambali, Imam Ar Ruhaibani menjelaskan:

وكره رفع صوت عند رفعها ومع الجنازة، ولو بقراءة أو ذكر؛ لأنه بدعة. وسن لمتبعيها قراءة قرآن وذكر الله سرًّا

Dan dimakruhkan mengeraskan suara ketika mengangkat jenazah dan saat mengiringinya, meskipun dengan bacaan (Al-Qur’an) atau dzikir; karena hal itu adalah bid‘ah. Dan yang disunnahkan bagi para pengiring jenazah adalah membaca Al-Qur’an dan berdzikir kepada Allah secara pelan (sirr).” (Mathalib Ulin Nuha, 1/897)

Wallahu A’lam

Wa Shalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

✍ Farid Nu’man Hasan

Anjing-Anjing Neraka dan Munafik

 PERTANYAAN:

Assalamualaikum, izin bertanya ustadz.

1. Apakah Nabi Sholallohu alaihi Wassalam, pernah menyebut musuh² islam dgn julukan ” Anjing² Neraka” ??

2. Apakah Beliau juga pernah menunjuk seseorang, dgn ” Hai Munafik ,bangunlah dari tempat duduk mu.
Maksud saya ini, konfirmasi ustadz, setelah menyimak sebuah video ceramah dari seorang ustadz terkenal. (+62 813-9877-xxxx)


 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

1. Ya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah menyebut KILABUN NAAR (Anjing-Anjing Neraka) kepada KHAWARIJ..

Dalam sebuah riwayat shahih disebutkan:

حدثنا عبد الرزاق أخبرنا معمر قال سمعت أبا غالب يقول لما أتي برءوس الأزارقة فنصبت على درج دمشق جاء أبو أمامة فلما رآهم دمعت عيناه فقال كلاب النار ثلاث مرات هؤلاء شر قتلى قتلوا تحت أديم السماء وخير قتلى قتلوا تحت أديم السماء الذين قتلهم هؤلاء قال فقلت فما شأنك دمعت عيناك قال رحمة لهم إنهم كانوا من أهل الإسلام قال قلنا أبرأيك قلت هؤلاء كلاب النار أو شيء سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إني لجريء بل سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم غير مرة ولا ثنتين ولا ثلاث قال فعد مرارا. (مسند أحمد بن حنبل)

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdur Razzaq telah mengabarkan kepada kami Ma’mar berkata; Saya mendengar Abu Ghalib berkata;

“Saat kepala-kepala kelompok Azariqah didatangkan dan dipasang ditangga Damaskus, datanglah Abu Umamah. Saat melihat mereka ia meneteskan air mata dan berkata; Anjing-anjing neraka -sebanyak tiga kali- mereka adalah seburuk-buruk korban yang dibunuh dibawah kolong langit, dan sebaik-baik korban yang dibunuh dibawah kolong langit adalah orang-orang yang mereka bunuh.”

Saya bertanya; ” Kenapa kau meneteskan air mata?”

Ia menjawab; “Sebagai rasa kasih sayang terhadap mereka, dulu mereka adalah orang-orang Islam.”
Kami bertanya; “Atas dasar apa saat kau menyebut mereka; *Anjing-anjing neraka,* ataukah sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah ﷺ ?”

Ia berkata; “Sesungguhnya aku (kalau tanpa alasan) tentunya gegabah, tapi aku mendengarnya dari Rasulullah ﷺ bukan hanya sekali, dua kali, tiga kali. Ia mengulanginya berkali-kali.”

(HR. Ahmad no. 22183. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad no. 22183)

2. Untuk menyebut MUNAFIQ, itu terjadi berkali-kali..

– Umar bin Khathab menyebut Hatib bin Abi Balta’ah dengan MUNAFIQ, lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membela Hatib.

– Umar juga pernah marah kepada Abu Hurairah, dengan memanggilnya Aduwwullah (Musuh Allah).. Sebagai teguran keras karena Abu Hurairah dianggap terlalu mudah meriwayatkan hadits.. Agar dia lebih hati-hati lagi.. Semoga Allah meridhai keduanya..

Wallahu A’lam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Ibadah Bagi Wanita yang Haidnya Tidak Teratur

 PERTANYAAN:

Assalamu alaikum. Afwan ustadz, bagaimana jika wanita haidnya tdk teratur, misalnya datangnya selang seminggu datang haid lagi.
Maka apakah di saat itu tdk shalat ustadz ? (+62 813-3434-xxxx)


 JAWABAN

▪▫▪▫▪▫▪▫

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Masalah seperti ini terkait bagaimana mengetahui akhir haid dulu. Ada beberapa cara pendekatan sederhana untuk mengetahuinya sesuai keadaan masing-masing haid wanita sehingga masalah ini tidak bisa dipukul rata ..

1. Bagi wanita yang haidnya lancar, maka yang menjadi batasan adalah kebiasaan durasi haidnya.

Sesuai kaidah:

Al ‘Aadah Muhakkamah : adat/kebiasaan itu bisa menjadi standar hukum

Jadi, jika kebiasaan seorang wanita haidnya 7 hari, maka itu menjadi standarnya. Jika dia sudah berhenti darahnya sebelum hari 7, maka jangan terburu-buru merasa sudah suci. Dia masih berlaku hukum-hukum haid, di antaranya larangan shalat, shaum, dan jima’. Shgga kalo dia tidak shalat dihari 6, maka tidak ada qadha.

Jika baru berhentinya setelah hari 7, atau sudah berhenti tapi keluar lagi, maka darah yang keluar selebihnya dugaan kuatnya adalah darah istihadhah, atau sisa darah haid yang lalu, bukan darah haid itu sendiri. Dia sudah suci dan tidak lagi berlaku lagi hukum hukum haid. Maka, sudah wajib lagi shalat, boleh shaum, dll. Ini relatif mudah.

2. Bagi wanita yang haidnya eror. Kadang 4 hari, kadang 6 hari, pernah 10 hari .., dsb, dan eror ini memang menjadi kebiasaannya, maka caranya dengan memperhatikan warna darahnya, sebab darah haid itu sudah dikenal. Ada pun maksimal menurut jumhur ulama adalah 15 hari, selebih itu adalah istihadhah/penyakit.

Hal ini sesuai hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

فَإِنَّهُ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِي عَنْ الصَّلَاةِ فَإِذَا كَانَ الْآخَرُ فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي

“Apabila darah haid maka darah itu berwarna hitam dan dikenal, Apabila darah itu ternyata demikian, maka tinggalkanlah shalat. Apabila darah itu berwarna lain, maka berwudhulah dan shalatlah”. (HR. Abu Daud No. 261, hasan)

Sehingga, di masa-masa tidak keluar darah maka dia dihukumi suci, maka boleh shalat, shaum, dll. Sebaliknya di masa keluar darah di dihukumi haid, dengan syarat sifat darahnya memang dikenal sebagai darah haid. Ini memang agak ribet apalagi terjadi sepanjang tahun.

3. Bagi wanita yang tadinya teratur lalu berubah menjadi eror haidnya gara-gara obat, KB, setelah melahirkan, dll.

Maka, pendekatan pertamanya adalah dengan mengikuti kebiasaannya dulu, sebab pada awalnya memang teratur. Ini sebagai antisipasi bahwa dia masih teratur. Tapi, jika akhirnya eror, maka barulah dengan cara mengenali sifat darahnya, sebagaimana hadits Abu Daud di atas. Lalu berobatlah atau konsultasi dengan dokter agar kembali normal.

Demikian. Wallahu a’lam

Farid Nu’man Hasan

scroll to top