




و أستاذية العالم بنشر دعوة الإسلام في ربوعه (وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ للهِ) (لأنفال:39) , (وَيَأْبَى اللهُ إِلا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ) (التوبة:32)
وهذه المراتب الأربعة الأخيرة تجب على الجماعة متحدة وعلى كل أخ باعتباره عضوا في الجماعة , وما أثقلها تبعات وما أعظمها مهمات , يراها الناس خيالا ويراها الأخ المسلم حقيقة , ولن نيأس أبدا , ولنا في الله أعظم الأمل (وَاللهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ) (يوسف:21)
“Dan menjadi guru/pemimpin bagi dunia dengan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru bumi, sebagaimana firman Allah Ta‘ala: “Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah (kesyirikan dan penindasan terhadap agama), dan agama itu seluruhnya hanya untuk Allah” (QS. Al-Anfal: 39), dan firman-Nya: “Dan Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya” (QS. At-Taubah: 32).
Empat tingkatan terakhir ini wajib dilaksanakan oleh jamaah secara bersatu, dan juga wajib atas setiap Al Akh sebagai bagian dari jamaah. Betapa berat konsekuensinya dan betapa agung tugas-tugasnya. Orang-orang memandangnya hanya khayalan, tetapi saudara muslim memandangnya sebagai kenyataan. Kita tidak akan pernah berputus asa, karena kita memiliki harapan terbesar kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya: “Dan Allah Maha Berkuasa atas urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (QS. Yusuf: 21).”
Syarah / Penjelasan:
“أستاذية العالم”
Ustadziyatul ‘Alam- Soko Guru Dunia
Istilah ini berarti “memimpin dunia” atau “menjadi pengajar/pembimbing dunia” di bawah nilai-nilai Islam. Konsepnya adalah umat Islam tidak hanya mengatur urusan dalam negeri sendiri, tetapi juga membawa risalah Islam ke seluruh umat manusia.
Ini tidak dimaksudkan hanya sebagai dominasi politik semata, tetapi lebih pada dominasi nilai, akhlak, dan sistem hidup berdasarkan wahyu Allah.
Dasar Al-Qur’an
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. As Saba: 28)
Sedangkan dalam Al-Anfal: 39, “Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah (kesyirikan dan penindasan terhadap agama), dan agama itu seluruhnya hanya untuk Allah”
Menegaskan kewajiban memerangi pihak-pihak yang menghalangi agama Allah hingga tidak ada lagi “fitnah”, yang oleh sebagian mufassir dimaknai sebagai kesyirikan atau para penindas agama.
Lalu At-Taubah: 32: “Dan Allah tidak menghendaki kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya”.
Menegaskan bahwa meski orang kafir berusaha memadamkan cahaya Islam, Allah pasti akan menyempurnakan (memenangkan) agamanya. Ini memberi keyakinan bahwa perjuangan dakwah memiliki jaminan kemenangan dari Allah Ta’ala.
Kewajiban Jamaah dan Individu
Imam Al Banna menegaskan bahwa misi ini bukan hanya tanggung jawab organisasi (jamaah) secara kolektif, tetapi juga setiap individu muslim yang tergabung dalam arus kebangkitan dan pergerakan Islam.
Setiap individu khususnya aktivis Islam memiliki peran, baik melalui kontribusi ilmu, tenaga, harta, maupun dukungan moral.
Realitas dan Pandangan Manusia
Orang awam mungkin menganggap cita-cita ini hanya mimpi besar yang sulit terwujud, namun bagi seorang mukmin yang berpegang pada janji Allah Ta’ala, hal ini adalah kenyataan yang pasti terjadi di masa depan.
Sikap yang diajarkan adalah tidak putus asa dalam perjuangan, karena janji Allah untuk menolong agama-Nya adalah kepastian.
Dan Allah Maha Berkuasa atas urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS. Yusuf: 21)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Ta’ala berkuasa penuh atas semua urusan, bahkan jika manusia tidak memahaminya. Hal ini menanamkan rasa optimisme dan tawakal kepada Allah Ta’ala dalam menjalankan tugas besar dakwah dan kepemimpinan dunia.
Demikian. Wallahu A’lam
Wa Shalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam






✍ Farid Nu’man Hasan