Memfoto Makanan Lalu Diupload ke Medsos

💢💢💢💢💢💢💢💢

Bismillahirrahmanirrahim..

Masalah ini termasuk yg sering ditanyakan di era medsos. Tadinya, kami tidak anggap ini pertanyaan penting. Ternyata sering ditanyakan di bbrp grup WA dan japri, membuat kami berpikir ternyata ini penting bagi mereka. Uniknya, semua yg bertanya adalah kaum hawa. Mungkin mereka lebih peka (peka atau baper?) dibanding kaum Adam. Bagi laki-laki bisa jadi berpikir, “Hadeuh.. yg begitu kok dipermasalahkan!”

Masalah ini sebenarnya sederhana saja, yaitu apa motivasi seseorang saat memfotonya lalu mengupload di medsosnya? Jika motivasinya, atau niat dan maksudnya baik, maka tentu ini dihukumi sebagai hal baik. Seperti untuk informasi saudara dan kawan, mengajar cara memasak dan menghidangkan makanan, dst.

Jika motivasinya buruk, maka itu pun dinilai buruk dan terlarang. Seperti untuk menyombongkan diri, sengaja memancing dengki orang lain, menunjukkan strata sosial melalui kemewahan makanannya, dst.

Kaidahnya adalah:

الأمور بمقاصدها

Perkara itu dinilai tergantung maksudnya

Kaidah ini berasal dari hadits terkenal:

انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى

Amal itu hanyalah karena niatnya, dan setiap manusia mendapatkan balasan sesuai apa yang diniatkannya. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Imam al Ghazali Rahimahullah menjelaskan pengaruh niat thdp nilai amal seseorg, Beliau berkata:

وَإِنَّمَا نَظَرَ إِلَى الْقُلُوبِ لأَِنَّهَا مَظِنَّةُ النِّيَّةِ ، وَهَذَا هُوَ سِرُّ اهْتِمَامِ الشَّارِعِ بِالنِّيَّةِ فَأَنَاطَ قَبُول الْعَمَل وَرَدَّهُ وَتَرْتِيبَ الثَّوَابِ وَالْعِقَابِ بِالنِّيَّةِ

Sesungguhnya Dia (Allah) melihat kepada hati lantaran hati adalah tempatnya niat, inilah rahasia perhatian Allah terhadap niat. Maka, diterima dan ditolaknya amal tergantung niatnya, dan pemberian pahala dan siksa juga karena niat. (Ihya Ulumuddin, 4/351)

Jadi, niat merekalah yang menjadi penentu atas apa yang mereka lakukan. Allah Ta’ala yang paling tahu apa yang mereka niatkan. Di sisi lain, mereka juga mesti melihat manfaat dan madharatnya.

Sedangkan dari sisi orang-orang yang melihat hal itu hendaknya berbaik sangka kepadanya, bahwa apa yang dilakukannya berasal dari niat, maksud, tujuan, dan motivasi yang baik. Hal ini sesuai arahan Al Quran:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ

Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.

(QS. Al-Hujurat, Ayat 12)

Imam Al ‘Aini menyebutkan:

إِحْسَان الظَّن بِاللَّه عز وَجل وبالمسلمين وَاجِب

Berbaik sangka kepada Allah dan kaum muslimin adalah wajib. (‘Umdatul Qaari, 20/133)

Demikian. Wallahu a’lam

Wa Shallallahu’ ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘alihi wa Shahbihi wa Sallam

🌷🍀🌿🌸🌻🍃🌳🍁

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top