Seluruh Nabi dan Rasul Adalah Muslim dan Membawa Ajaran Tauhid

🐾🐾🐾🐾🐾

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ

Para nabi adalah bersaudara, ayah mereka satu, ibu mereka berbeda, dan agama mereka satu (sama). (HR. Al Bukhari No. 3443, Muslim No. 2365)

Yakni agama tauhid yaitu Islam. Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah:

أن أصل دينهم واحد وهو التوحيد وأن اختلفت فروع الشرائع

Bahwasanya pokok agama mereka sama yaitu tauhid, yang berbeda adalah cabang-cabang syariat. (Fathul Bari, 6/489)
Seperti ini juga dikatakan Imam Al Munawi (Faidhul Qadir, 3/62), dan lainnya.

Syaikh Dr. Abdul Karim Khathib mengatakan:

وهو الإسلام الذي كمل به الدّين

Itu adalah Islam yang dengannya agama menjadi sempurna. (At Tafsir Al Quran Lil Quran, 13/27)

Hal ini sebagaimana dalam Al Quran:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ

Dan sungguhnya Kami telah mengutus para rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An Nahl: 36)

📌 Nabi Musa ‘Alaihissalam beragama Yahudi?

Tidak benar sangkaan sebagian orang bahwa Nabi Musa ‘Alaihissalam bergama Yahudi atau pembawa ajaran Yahudi, berdasarkan dalil-dalil umum di atas atau dalil-dalil khusus.

Ada sebuah kisah menarik, yang diriwayatkan oleh Imam Ad Darimi berikut ini.

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ مُجَالِدٍ عَنْ عَامِرٍ عَنْ جَابِرٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنُسْخَةٍ مِنْ التَّوْرَاةِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ نُسْخَةٌ مِنْ التَّوْرَاةِ فَسَكَتَ فَجَعَلَ يَقْرَأُ وَوَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ يَتَغَيَّرُ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ ثَكِلَتْكَ الثَّوَاكِلُ مَا تَرَى مَا بِوَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَظَرَ عُمَرُ إِلَى وَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ غَضَبِ اللَّهِ وَغَضَبِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ بَدَا لَكُمْ مُوسَى فَاتَّبَعْتُمُوهُ وَتَرَكْتُمُونِي لَضَلَلْتُمْ
عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ وَلَوْ كَانَ حَيًّا وَأَدْرَكَ نُبُوَّتِي لَاتَّبَعَنِي

Mengabarkan kepada kami Muhammad bin Al ‘Ala, bercerita kepada kami Ibnu Numair, dari Mujalid, dari ‘Amir, dari Jabir, bahwa Umar bin Khathab datang ke Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan membawa lembaran bagian dari Taurat.

Kemudian Umar berkata: “Wahai Rasulullah, ini merupakan lembaran dari kitab taurat.” Rasulullah terdiam, lalu Umar membacanya dan wajah Rasulullah berubah.

Pada saat itu Abu Bakar mengatakan pada Umar: “Engkau menjadikan wajah Rasulullah berubah, pandanglah wajah beliau. Maka Umar melihat wajah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata: “Aku berlindung dari kemurkaan Allah dan kemurkaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Aku ridha terhadap Allah sebagai Rabb, terhadap Islam sebagai agama dan terhadap Muhammad sebagai nabi.”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Demi Dzat yang diriku berada di tangannya, sekiranya NABI MUSA tampak dihadapan kalian saat ini, kemudian kalian mengikutinya serta meninggalkan aku, maka kalian akan tersesat dari jalan yang lurus. Sekiranya NABI MUSA masih hidup dan mengalami masa kenabianku, niscaya dia akan mengikutiku (Islam).”

(HR. Ad Darimi dalam Sunannya No. 435, lihat juga Musnad Ash Shahabah fil Kutub At Tis’ah No. 378. Syaikh Husein Salim Asad mengatakan: “sanadnyha dhaif karena kedhaifan Mujalid, tetapi hadits ini hasan.” Syaikh Al Albani juga menghasankan. Lihat Tahqiq Misykah Al Mashabih No. 55)

Dalam Qashashul Anbiya, Imam Ibnu Katsir menulis hadits ini lalu berkata:

أن الانبياء كلهم لو فرض أنهم أحياء [ مكلفون ] في زمن رسول الله صلى الله عليه وسلم، لكانوا كلهم أتباعا له، وتحت أوامره وفي عموم شرعه
كما أنه صلوات الله وسلامه عليه لما اجتمع بهم ليلة الاسراء رفع فوقهم كلهم

Ini menunjukkan bahwa seluruh Nabi, jika seandainya mereka ditetapkan hidup sebagai Rasul pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam, maka niscaya mereka semua mengikutinya dan tunduk dibawah perintahnya serta melaksanakan keumumuan syariatnya, sebagaimana ketika beliau berkumpul bersama mereka pada malam Isra’ saat baginda naik di atas mereka semua. (Imam Ibnu Katsir, Qashashul Anbiya, 2/236)

📌 Nabi ‘Isa ‘Alaihissalam Nabi-nya Orang Nashrani?

Ini juga keliru, baik menurut dalik -dalil umum di atas, atau dalil khusus.

Untuk keislaman Nabi ‘Isa ‘Alaihissalam tegas diceritakan dalam hadits ini:

« أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِى الأُولَى وَالآخِرَةِ ». قَالُوا كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلاَّتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ فَلَيْسَ بَيْنَنَا نَبِىٌّ »

“Aku adalah orang yang dekat hubungannya dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat.”

Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa seperti itu wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Para nabi itu adalah saudara, ayah mereka sama, ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu. Dan tidak ada di antara kita (antara Nabi Muhammad dan Nabi Isa) seorang nabi.” (HR. Muslim No. 2365)

Demikian. Wallahu A’lam

🌷☘🌺🌴🍃🌸🌾🌻

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top