Nasrani dan Yahudi Terdahulu Pernah Puasa Ramadhan?

Ya, sebagaimana ayat berikut:

كما كتب على الذين من قبلكم

Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu (QS. Al Baqarah: 183)

Siapa mereka? Salah satu penjelasannya seperti riwayat dari Qatadah, Asy Sya’bi, dan lainnya:

فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى كَتَبَ عَلَى قَوْمِ مُوسَى وَعِيسَى صَوْمَ رَمَضَانَ فَغَيَّرُوا، وَزَادَ أَحْبَارُهُمْ عَلَيْهِمْ عَشْرَةَ أَيَّامٍ ثُمَّ مَرِضَ بَعْضُ أَحْبَارِهِمْ فَنَذَرَ إِنْ شَفَاهُ اللَّهُ أَنْ يَزِيدَ فِي صَوْمِهِمْ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَفَعَلَ، فَصَارَ صَوْمُ النَّصَارَى خَمْسِينَ يَوْمًا، فَصَعُبَ عَلَيْهِمْ فِي الْحَرِّ فَنَقَلُوهُ إِلَى الرَّبِيعِ

Allah Ta’ala mewajibkan kepada kaumnya Nabi Musa dan Nabi Isa untuk berpuasa Ramadhan tapi mereka mengubahnya. Para pendeta mereka menambahkan 10 hari, lalu sebagian pendeta mereka sakit dan bernazar jika Allah sembuhkan mereka, maka mereka akan menambah lagi 10 hari lalu mereka melakukan hal itu. Sehingga puasa kaum Nasrani 50 hari. Sehingga mereka merasakan berat melaksanakannya di musim panas. Lalu mereka memindahkan puasa Ramadhan ke musim dingin.

(Tafsir Al Qurthubi, jilid. 2, hal. 274)

Tentang puasanya Yahudi dan Nasrani (dua Ahlul kitab) juga disebutkan oleh hadits berikut:

Dari Amru bin Al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ  bersabda:

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السُّحُور

“Pemisah antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah pada makan sahur.” (HR. Muslim No. 1096)

Kata fashlu, menunjukkan al faariq (pemisah) dan al mumayyiz (pembeda), yang menunjukkan  perbedaan puasa kita dengan Ahli Kitab. Mereka tidak sahur, maka hendaknya menyelisihi mereka,  sehingga kita disunnahkan (mustahab) untuk sahur. (An Nawawi, Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/208).

Demikian. Wallahu A’lam

Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top