Al Wala’ wal Bara’ (Loyalitas dan Anti Loyalitas)

Dalam salah satu topik aqidah, ada tema Al Wala’ wal Bara’ (Loyalitas dan Anti Loyalitas).

🐾🐾🐾🐾🐾🐾

☘🌻 Al Wala – الولاء (Loyalitas)🌻☘

Al Wala’ secara bahasa artinya adalah Ath Thaa’ah (ketaatan), An Nushrah (pertolongan), Al Mahabbah (cinta), dan Al Qurbu (Kedekatan).

Sehingga segala potensi baik perkataan dan tindakan yang mengekspresikan ketaatan, pertolongan, cinta dan kedekatan, itu adalah Al Wala’, yang bermuara pada satu kata “loyalitas.”

Lalu, kepada siapakah Al Wala’ (loyalitas) diberikan? Yaitu kepada Al Waliy, jamaknya Al Auliyaa’, siapakah mereka?

Al Quran telah memberikan jawaban dengan tegas dan lugas.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

Sesungguhnya waliy kalian adalah Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman, yaitu yang menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan tunduk kepada Allah. (QS. Al Maidah: 55)

Maka, jelas sekali bahwa hanya kepada Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman yang tunduk kepada aturanNya saja yang boleh diberikan Al Wala’. Ada pun kepada selain mereka adalah Al Wala’ Al Muharram (Loyalitas yang diharamkan), yaitu kepada orang-orang kafir; baik atheis, musyrikin, ahli kitab, dan munafiqun.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy Rahimahullah menjelaskan:

تدل على أنه يجب قصر الولاية على المذكورين، والتبري من ولاية غيرهم

Ayat ini menunjukkan bahwa wajib membatasi Al Wala’ hanya kepada hal yang disebutkan saja (Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman, pen), dan mesti berlepas diri dari Al Wala’ selain mereka. ( Tafsir As Sa’diy, Hal. 236)

Maka, Al Wala’ kepada Allah, RasulNya, dan orang-orang beriman inilah yang mesti dibangun, dipupuk, dan dilestarikan oleh kaum muslimin. Sebagai upaya pemurnian aqidah yang lurus, dan menjaga mereka jangan sampai salah memberikan Al Wala’ kepada selain yang disebutkan.

Lalu, bagaimana jika memberikan Al Wala’ kepada orang-orang kafir?

Allah ﷻ sudah menjawab:

وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

Dan barang siapa yang ber-wala’ kepada mereka (orang Yahudi dan Nasrani) maka dia termasuk golongan mereka. (QS. Al Maidah: 51)

Syaikh As Sa’diy Rahimahullah menjelaskan:

لأن التولي التام يوجب الانتقال إلى دينهم. والتولي القليل يدعو إلى الكثير، ثم يتدرج شيئا فشيئا، حتى يكون العبد منهم

Karena memberikan Al Wala’ berkonsekuensi berpindahnya agama mereka. Loyalitas yang sedikit akan membawa pada loyalitas yang banyak, lalu berubah secara bertahap demi tahap, sampai dia menjadi seseorang bagian dari mereka. ( Tafsir As Sa’diy, Hal. 235)

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

☘🌺 Al Bara’ – البراء – (Anti Loyalitas)🌺☘

Al Bara’ adalah kebalikan dari Al Wala’. Secara bahasa artinya Al Kufr (menutup), Al Mufaashalah (memisahkan), Al ‘Adaawah (permusuhan), dan Al Bughdhu (kebencian).

Inilah anti loyalitas, sikap menutup diri, memisahkan, memusuhi dan membenci, kepada kekafiran dengan berbagai jenisnya.

Tidaklah baik Al Wala’ seseorang sebelum bagusnya Al Bara’-nya. Tidak mungkin ada manusia yang loyal kepada Allah, RasulNya, dan kaum mu’minin, tapi belum bermusuhan, membenci, memisahkan dan menutup diri dari kekafiran. Sebagaimana mustahilnya seseorang yang menikmati kegelapan dan cahaya diwaktu bersamaan.

Lalu, kepada siapa Al Bara’ diberikan? Allah Ta’ala sudah menjelaskan:

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Qs. Al Fatihah: 7)

Golongan dimurkai (Al Maghdhub) adalah Yahudi, sedangkan holongan tersesat (Adh Dhaalin) adalah Nasrani. Sebagaimana penjelasan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam haditsnya:

إِنَّ الْمَغْضُوبَ عَلَيْهِمُ الْيَهُودُ، وإنَّ الضَّالِّينَ النَّصَارَى

Sesungguhnya Al Maghdhuub ‘Alaihim (mereka yang dimurkai) adalah Yahudi, dan Adh Dhaalliin (yang tersesat) adalah Nasrani. (HR. Ahmad No. 19381, Ibnu Hibban No. 7206, dll. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 3263)

Ayat lainnya:

بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka). (Qs. At Taubah: 1)

Ayat lainnya:

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab (Yahudi dan Nasrani), niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (Qs. Ali ‘Imran: 100)

Ayat lain:

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ اللَّهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah (golongan Allah) adalah golongan yang beruntung.” (Qs. Mujadilah: 22)

Ada pun dalam As Sunnah:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

Bukan golongan kami orang yang menyerupai selain kami.

(HR. At Tirmdizi No. 2695. Ath Thabrani, Musnad Asy Syamiyyin No. 503, juga dalam Al Awsath No. 7380, Al Qudha’i, Musnad Asy Syihab No.1191, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan. Lihat Shahihul Jami’ No. 5434)

Dan masih banyak lainnya.

Dengan demikian, seorang mu’min hendaknya memberikan sikap Al Bara’ kepada seluruh kekafiran, baik yang dilakukan kaum atheis, musyrikin, ahli kitab (Yahudi dan Nasrani), dan munafiqin.

Maka, konsekuensi dalam Al Bara’ adalah membenci, memusuhi, memisahkan diri dari:

– Semua ritual keagamaan mereka
– Semua hari raya besar mereka
– Semua sesembahan mereka
– Semua budaya, ideologi, dan prilaku khas mereka, baik berupa pakaian, perkataan, dan perbuatan yang mengkonotasikan sebagai bagian dari mereka
– Tidak bermawaddah (berkasih sayang) dengan mereka

Ada pun yang BUKAN termasuk Al Bara’ terhadap mereka, alias dibolehkan adalah:

– Mengambil pelajaran dan hikmah dari ilmu duniawi mereka, selama bermanfaat
– Menerima hadiah dari mereka selama halal
– Mengucapkan salam mereka, yakni wa ‘alaikum, sebagaimana dicontohkan nabi
– Berbuat baik (Al Birr) dan adil kepada mereka yang tidak menzalimi dan memerangi kaum muslimin, selama bukan Al Mawaddah (berkasih sayang)
– Menerima bantuan dari mereka saat kaum muslimin lemah dan sedikit, sebagaimana yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lakukan dari bantuan orang-orang kafir masanyam seperti pamannya sendiri Abu Thalib, lalu Abdullah bin Uraiqit, dan Bani Khuza’ah.

Demikian. Wallahu A’lam

🌷☘🌴🍃🌾🌻🌺🌸

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top