Berbuat Baik Itu Kepada Semua Manusia, Loyalitas Itu Kepada Sesama Mukmin

💢💢💢💢💢💢💢💢

Allah Ta’ala berfirman:

لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

(QS. Al-Mumtahanah, Ayat 8)

📌 Ayat ini menunjukkan bolehnya berbuat baik (al birr) dan adil (al qisth) kepada non muslim yang mau berbuat baik dan yg tidak memerangi kaum muslimin, seperti kaum wanita dan orang-orang lemah di antara mereka. (Tafsir Ibnu Katsir, juz. 8, h. 90)

📌 Turunnya ayat ini, gara-gara Asma binti Abu Bakar menolak menerima berbagai hadiah dari Qutailah (ibunya Asma, saat itu masih musyrik) dan melarang dia masuk ke rumahnya. Hal ini ditanyakan Aisyah ke Rasulullah
maka turunlah ayat di atas, dan nabi pun memerintah Asma utk menerima hadiah itu dan mengizinkan masuk ke rumahnya. (HR. Ahmad no. 15529, namun dinilai dhaif oleh Syaikh Syuaib al Arnauth)

📌 Berbuat baik kepada orang kafir, apalagi masih ada hub keluarga tentu dibolehkan.

عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَتْ
قَدِمَتْ عَلَيَّ أُمِّي وَهِيَ مُشْرِكَةٌ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ وَهِيَ رَاغِبَةٌ أَفَأَصِلُ أُمِّي قَالَ نَعَمْ صِلِي أُمَّكِ

Dari Asma’ binti Abi Bakr radhiallahu’anhuma berkata; Ibuku menemuiku saat itu dia masih musyrik pada zaman Rasulullah ﷺ lalu aku meminta pendapat kepada Rasulullah ﷺ. Aku katakan, “Ibuku sangat ingin (aku berbuat baik padanya), apakah aku harus menjalin hubungan dengan ibuku?” Beliau menjawab, “Ya, sambunglah silaturrahim dengan ibumu”.

(HR. Bukhari no. 2620)

📌 Menurut Imam Ibnul ‘Arabi, khusus berbuat adil (al qisht) tetap wajib baik kepada kafir yang memerangi umat Islam atau tidak. (Tafsir Al Qurthubi, juz. 18, h. 59)

📌 Menurut Imam Ibnu Jarir, ayat ini berlaku untuk semua orang kafir baik Mekkah atau luar Mekkah, baik dulu atau sekarang, dan ayat ini tidak dinasakh. Yg penting mereka tidak memerangi dan mengusir umat Islam, maka tidak apa-apa berbuat baik dan adil kepada mereka. (Tafsir Ath Thabari, juz. 28, h. 66)

📌 Berbuat baik dan adil adalah bab Muamalah. Sehingga tidak apa-apa menjenguk mereka yang sakit seperti yang Rasulullah ﷺ lakukan kepada pemuda Yahudi. (HR. Bukhari No. 1356), tidak apa-apa pula takziyah kepada dzimmi yang wafat menurut mayoritas fuqaha, dan mendoakan agar keluarganya tetap mendapatkan rezeki (agar bisa bayar jizyah). Seperti yang disampaikan Imam Ibnul Qayyim, dlm Ahkam Ahl adz Dzimmah.

📌 Namun berbuat baik dan adil kepada kafir dzimmi, bukan berarti mawaddah (berkasih sayang) dan muwalah (loyalitas). Sebab mawaddah dan muwaaalah hanyalah khusus untuk orang-orang beriman. Mawaddah dan Muwaalah kepada orang kafir tidaklah ada dalam kamus orang beriman.

📌 Allah Ta’ala berfirman:

لَّا تَجِدُ قَوۡمٗا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوۡ كَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٰنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَهُمۡۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلۡإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٖ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia.

Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.

(QS. Al-Mujadilah, Ayat 22)

📌 Dalam ayat lainnya:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمۡ رَٰكِعُونَ

Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah).

(QS. Al-Ma’idah, Ayat 55)

📌 Maka menunjukkan mawaddah dan muwaalah kepada mereka disaat hari raya, atau hari-hari lainnya adalah terlarang. Seperti ikut merayakan, ikut suka cita, ikut sumringah, ini tidak dibenarkan.

📌 Imam Ibnu Nujaim mengatakan, “Abu Hafs Al-Kabir berkata, “Apabila seorang muslim yang menyembah Allah selama 50 tahun, lalu datang pada Hari Nairuz (hari raya kaum Majusi) dan memberi hadiah telur pada sebagian orang musyrik dengan tujuan untuk ikut memuliakan hari itu, dia telah kufur dan terhapus amalnya. “Penulis kitab Al-Jami’ Al-Asghar berkata, “Apabila (seseorang) memberi hadiah kepada sesama muslim pada hari Nairuz dan tidak bermaksud mengagungkan hari itu, tetapi hanya karena itu telah menjadi tradisi, dia tidak kufur. Namun, dia tidak patut melakukan perbuatan itu pada hari (Nairuz) itu secara khusus. (Al-Bahr Al-Raiq, juz. 8, h. 55)

📌 Toleransi antar umat beragama artinya tidak saling mengganggu dan memaksa sesama pemeluk agama. Bukan campur-campur keyakinan, bukan pula ikut-ikutan ibadah dan perayaan yang sifatnya eksklusif masing-masing agama.

📌 Kekuatan dan kegagahan sebuah agama adalah selama pemeluknya masih konsisten dengan aqidah dan ibadahnya yang khas, inilah yang dijaga belasan abad lamanya oleh para ulama. Namun ketika hal ini sudah blur dan tidak jelas batasnya, sebagaimana pada umat yang lain, maka ritual agama hanya menjadi festival sosial tanpa makna.

Wallahu A’lam.

Wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌿🌷🌺🌻🌸🍃🌵🌴

✍️ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top