Ini adalah sunah fitrah. Mencabut lebih utama dibanding mencukur. Sebab teks hadits menyebutkan demikian, sebagaimana riwayat Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الفِطْرَةُ خَمْسٌ: الخِتَانُ، وَالِاسْتِحْدَادُ، وَقَصُّ الشَّارِبِ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الآبَاطِ
Sunah fitrah ada lima: khitan, mencukur kemaluan, memotong kumis, memendekkan kuku, dan mencabut bulu ketiak. (HR. Bukhari No. 5891, Muslim No. 257)
Kenapa lebih utama dicabut dibanding dicukur? Imam Al Qasthalani Rahimahullah memberikan penjelasan:
والأفضل النتف لإضعاف المنبت فإن الإبط إذا قوي فيه الشعر وغلظ جرمه كان أفوح للرائحة الكريهة فناسب إضعافه بالنتف بخلاف العانة
Lebih utama adalah mencabut, karena itu bisa melemahkannya untuk numbuh lagi, dan ketiak jika banyak rambutnya akan sangat mengganggu tubuh, akan menyebar aroma yang tidak mengenakkan. Maka, dilemahkan aromanya itu dengan mencabutnya, berbeda dengan rambut kemaluan (yang lebih utama dicukur, pen). (Irsyadus Saari, 8/423)
Imam Al Munawi juga mengatakan:
وأما نتف الإبط فمتفق على ندبه وتحصل السنة بإزالته بحلق أو نورة لكن النتف أولى لأن الإبط محل الريح الكريه ونتفه يضعف أصوله ويرقق جرمه فيخف الاحتباس فتقل الرائحة المتعفنة
Ada pun mencabut rambut ketiak, telah disepakati sunahnya, yaitu dengan menghilangkannya dengan memotong atau mencukurnya, tetapi mencabut lebih utama, karena ketiak merupakan wilayah yang beraroma tidak sedap, dan mencabutnya akan melemahkan akarnya dan membaguskan tubuh, sehingga lebih bebas bergerak, dan mengurangi bau yang busuk. (Faidhul Qadir, 4/517)
Namun, dibolehkan dicukur, jika memang dicabut menyakitkan atau menyulitkan. Berkata Syaikh Faishal An Najdi Rahimahullah:
قوله: ((ونتف الآباط)) : إزالة ما نبت عليها من الشعر بالنتف وهو السنة، ويجوز إزالته بغير ذلك
Sabdanya: (mencabut bulu ketiak), maksudnya menghilangkan rambut yang tumbuh padanya, dengan cara mencabutnya, dan itu sunah, dan dibolehkan menghilangkannya dengan cara selain mencabut. (Khulashah Al Kalam Syarh ‘Umdah Al Ahkam, Hal. 32)
Dahulu, Imam Asy Syafi’i Radhiallahu ‘Anhu pun mencukurnya, karena Beliau tidak kuat sakitnya dicabut rambut ketiaknya. Hal ini diceritakan oleh Imam An Nawawi Rahimahullah sebagai berikut:
أَمَّا ( نَتْف الْإِبْط ) فَسُنَّة بِالِاتِّفَاقِ ، وَالْأَفْضَل فِيهِ النَّتْف لِمَنْ قَوِيَ عَلَيْهِ ، وَيَحْصُل أَيْضًا بِالْحَلْقِ وَبِالنُّورَةِ ، وَحُكِيَ عَنْ يُونُس بْن عَبْد الْأَعْلَى قَالَ : دَخَلْت عَلَى الشَّافِعِيّ – رَحِمَهُ اللَّه – وَعِنْده الْمُزَيِّن يَحْلِق إِبْطه فَقَالَ الشَّافِعِيّ : عَلِمْت أَنَّ السُّنَّة النَّتْف ، وَلَكِنْ لَا أَقْوَى عَلَى الْوَجَع ، وَيُسْتَحَبّ أَنْ يَبْدَأ بِالْإِبِطِ الْأَيْمَن
Ada pun “mencabut bulu ketiak” itu disunahkan menurut kesepakatan, dan ini lebih utama bagi orang kuat dicabut. Hal ini juga sudah mencukupi dengan mencukur dan memotongnya. Dikisahkan dari Yunus bin Abdil A’la, katanya: Aku masuk ke tempatnya Asy Syafi’i Rahimahullah, di sisinya terdapat alat pencukur yang memendekkan bulu ketiaknya. Asy Syafi’i berkata: “Aku tahu bahwa sunahnya adalah mencabut, tetapi aku tidak kuat rasa sakitnya.” Dan disunahkan memulai dari ketiak kanan. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 1/414)
Wallahu A’lam
☘🌷🌴🌸🌺🍃🌻🌿🍂
✏ Farid Nu’man Hasan