Imam Asy Syafi’i, Maksiat, dan Hapalan

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Imam asy Syafi’i Rahimahullah bercerita tentang dirinya dalam kumpulan sya’irnya, Diwan asy Syafi’i:

شَكَوْتُ إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي …فَأرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ المعَاصي … وَأخْبَرَنِي بأَنَّ العِلْمَ نُورٌ …ونورُ الله لا يهدى لعاصي

“Aku keluhkan kepada Waki’ tentang buruknya hapalanku, … lalu dia membimbingku agar aku meninggalkan maksiat, …. dan dia memberitahuku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya dari Allah ﷻ tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”

(Diwan al Imam asy Syafi’i, hal. 13)

Sya’ir Imam asy Syafi’i Rahimahullah ini dikutip oleh banyak ulama dalam kitab-kitab mereka, di antaranya Imam Ibnu al Qayyim Rahimahullah saat membahas dampak buruk maksiat salah satunya adalah Hirmanul ‘Ilmi (terhalangnya ilmu). (Ad Da’u wa ad Dawa, hal. 132)

Ada beberapa pelajaran dari sya’ir Imam asy Syafi’i ini, di antaranya:

– Kerendah hatian Imam asy Syafi’i Rahimahullah, dia menyebut buruk hapalannya, padahal dia hapal Al Quran di usia belum tujuh tahun, dan hapal kitab Al Muwaththa-nya Imam Malik Rahimahullah di usia belasan tahun.

– Maksiat bagi seseorang termasuk salah satu sebab terhalangnya ilmu pada dirinya, sebab maksiat itu mengotori jiwa dan hati, sedangkan ilmu adalah cahaya, dan cahaya tidak akan bagus dipantulkan oleh cermin yang kotor.

– Ilmu itu bukan hanya sesuatu yang diusahakan oleh manusianya, tapi juga karunia Allah ﷻ kepada hambaNya. Maka, tidak cukup bagi penuntut ilmu mengandalkan usahanya semata, tapi melupakan doa kepada Allah ﷻ agar diberikan karunia ilmu.

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa’ ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam

🌿🌻🍃🍀🌷🌸🌳

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top