Hukum Berjabat Tangan dan Berpelukan Saat Bertemu

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Bismillahirrahmanirrahim..

Berjabat tangan saat berjumpa itu sunnah, sdgkan berpelukan tidak, kecuali bagi yang baru berjumpa setelah lama berpisah atau dari perjalanan jauh.

Haditsnya sangat banyak, di antaranya:

Berkata Qatadah Radhiallahu ‘Anhu:

قلت لأنس: أكانت المصافحة في أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم؟ قال: نعم

Aku berkata kepada Anas: apakah bersalaman di lakukan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Dia menjawab: “Ya.”

(HR. Bukhari No. 5908)

– Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, Beliau berkata:

يا رسول الله أينحني بعضنا لبعض ؟ : قال ( لا ) . قلنا أيعانق بعضنا بعضا ؟ : قال ( لا . ولكن تصافحوا )

Wahai Rasulullah, apakah kami mesti membungkuk terhadap yang lain? Beliau menjawab: “Tidak.” Kami bertanya: “Apakah kami mesti berpelukan?” Beliau menjawab: “Tidak, tetapi berjabat tanganlah.” (HR. Ibnu Majah No. 3702, Abu Ya’la No. 4287)

Hadits ini pada dasarnya dhaif, seperti kata Syaikh Husein Salim Asad dalam Tahqiqnya atas Musnad Abi Ya’la. (No. 4287). Namun karena ada tiga jalur lain yang menjadi mutaba’ah (menguatkan) yakni jalur Syu’aib bin Al Habhab, jalur Katsir bin Abdullah, dan jalur Al Mahlab bin Abi Shufrah, maka hadits ini HASAN. (As Silsilah Ash Shahihah No. 160)

Hadits ini membenarkan berjabat tangan, tp tidak membenarkan berpelukan dan membungkuk (pose seperti ruku’) dihadapan manusia.

Namun berpelukan dibolehkan jk sehabis dari bepergian. Sebab, itu hal yang jarang. Di sisi lain, mungkin nampak aneh setiap bertemu orang yang dekat dengan waktu yang berdekatan pula selalu berpelukan.

– Dari Anas pula:

كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا تلاقوا تصافحوا ، وإذا قدموا من سفر تعانقوا

“Adalah sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika mereka berjumpa mereka saling bersalaman, jika mereka datang dari bepergian, mereka saling berpelukan.”

(HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Awsath, No. 97. Hasan. Lihat Shahih At Targhib wat Tarhib No. 2719. Imam Al Haitsami mengatakan: rijalnya (para perawinya) rijal hadits shahih. Lihat  Majma’ Az Zawaid, 8/36)

– Berjabat tangan dapat menggugurkan dosa, Dari Bara bin ‘Azib Radhialllahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مامن مسلمين يلتقيان، فيتصافحان، إلا غفر لهما، قبل أن يتفرقا

“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu mereka bersalaman melainkan Allah ampuni mereka berdua sebelum mereka berpisah.”

(HR. Abu Daud No. 5212, Shahih. Lihat Al Misykah Al Mashabih No. 4679, Shahihul Jami’ No. 5777, dan lainnya)

Imam an Nawawi Rahimahullah mengatakan:

واعلم أن هذه المصافحة مستحبة عند كل لقاء، وأما ما اعتاده الناس من المصافحة بعد صلاتي الصبح والعصر، فلا أصل له في الشرع على هذا الوجه، ولكن لا بأس به، فإن أصل المصافحة سنة، وكونهم حافظوا عليها في بعض الأحوال، وفرطوا فيها في كثير من الأحوال أو أكثرها، لا يخرج ذلك البعض عن كونه من المصافحة التي ورد الشرع بأصلها

“Ketahuilah, bersalaman merupakan perbuatan yang disunahkan dalam setiap pertemuan. Ada pun kebiasaan manusia saat ini bersalaman setelah shalat subuh dan ‘ashar, maka yang seperti itu tidak ada dasarnya dalam syariat, tetapi itu tidak mengapa. Karena pada dasarnya bersalaman adalah sunah, dan keadaan mereka menjaga hal itu pada sebagian keadaan dan mereka berlebihan di dalamnya pada banyak keadaan lain atau lebih dari itu, pada dasarnya tidaklah keluar dari bersalaman yang ada dalam syara’.”

(Al Adzkar, Hal. 184. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Lihat juga dalam kitabnya yang lain. (Raudhatuth Thalibin, 7/438. Dar Al Maktabah Al ‘ilmiyah)

Demikian. Wallahu a’lam

🌿🌷🌺🌻🌸🍃🌵🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top