Serial Hari-Hari Utama dan Istimewa dalam Islam

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

Hari-Hari istimewa dan utama dalam Islam – tertera dalam Sunnah- sangatlah banyak. Maka, cukuplah kaum muslimin dengan hari-hari tersebut, tidak usah ditambah dengan lainnya seperti valentine, Aprilmop, atau hari raya keagamaan selain Islam.

Berikut ini kita rinci apa saja hari-hari utama dan istimewa di dalam Islam.

1⃣ Enam hari raya

Biasanya kita menganggap hari raya ada dua, yaitu Idul Ftri dan Idul Adha. Tentu ini tidak mutlak salah. Tapi, jika kita lihat ke banyak hadits kita akan dapati bahwa hari raya kita adalah:

1. Idul Fitri (1 Syawwal),

2. Idul Adha (yaumun nahr yaitu 10 Dzulhijjah),

3. Hari Arafah (9 Dzulhijjah)

4 – 6. tiga hari tasyriq (11 sd 13 Dzulhijjah)

Hal ini berdasarkan hadits berikut:

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

Hari ‘Arafah, hari penyembelihan qurban, hari-hari tasyriq, adalah HARI RAYA KITA para pemeluk islam, itu adalah hari-hari makan dan minum. (HR. At Tirmidzi No. 773, katanya: hasan shahih, Ad Darimi No. 1764, Syaikh Husein Salim Asad mengatakan: isnaduhu shahih. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1586, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim, tetapi mereka tidak meriwayatkannya.” )

Hadits di atas menyebutkan lima hari raya kita. Ada pun Idul Fitri, tersebar dibanyak hadits di antaranya:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ: ” إِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيَوْمَ النَّحْرِ

Anas bercerita: Saat Rasulullah ﷺ sampai ke Madinah orang-orang Madinah punya dua hari (raya) yang biasa mereka bersenang-senang di masa Jahiliyah. Maka, Rasulullah bersabda: “Allah telah ganti untuk kalian dengan hari yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari Idul Fitri dan hari Penyembelihan (Idul Adha).”

(HR. Ahmad no. 12006, Syaikh Syu’aib al Arnauth: shahih. Ta’liq Musnad Ahmad, 19/65)

Nah, masing masing kaum, umat beragama, ada hari rayanya masing-masing maka cukuplah umat Islam dengan hari rayanya yang begitu banyak.

Dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا، وَإِنَّ عِيدَنَا هَذَا اليَوْمُ

Sesungguhnya setiap kaum ada hari rayanya, dan sesungguhnya hari raya kita adalah hari ini.

(HR. Bukhari no. 3931. Aisyah Radhiallahu Anha menceritakan bahwa ucapan nabi ini terjadi saat Idul Fitri atau Idul Adha)

💢💢💢💢💢💢💢💢

2⃣ Hari ‘Asyura

‘Asyura artinya sekitar sepuluh, dari kata ‘asyar, ‘asyrah (artinya 10), yaitu tanggal 9, 10, 11 Muharram.

Berikut ini keistimewaannya:

– Hari diselamatkannya Nabi Musa ‘Alaihissalam dan Bani Israel dari kejaran Fir’aun dan tentaranya

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة فرأى اليهود تصوم عاشوراء
فقال: ” ما هذا؟ ” قالوا: يوم صالح، نجى الله فيه موسى وبني السرائيل من عدوهم، فصامه موسى فقال صلى الله عليه وسلم: ” أنا أحق بموسى منكم ” فصامه، وأمر بصيامه

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa ‘Asyura. Beliau bertanya: “Apa ini?” mereka menjawab: “Ini hari baik, Allah telah menyelamatkan pada hari ini Musa dan Bani Israel dari musuh mereka, maka Musa pun berpuasa.” Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa dibanding kalian.” Maka, beliau pun berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa (‘Asyura).” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

– Hari dianjurkannya berpuasa

Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَصَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Dan berpuasa ‘Asyura, sesungguhnya saya berharap kepada Allah bahwa dihapuskannya dosa setahun sebelumnya.” (HR. Abu Daud  No. 2425, Ibnu Majah No. 1738. Shahih.   Shahihul Jami’ No. 3806)

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah –setelah merangkum semua dalil yang ada tentang puasa ‘Asyura:

وعلى هذا فصيام عاشوراء على ثلاث مراتب : أدناها أن يصام وحده ، وفوقه أن يصام التاسع معه ، وفوقه أن يصام التاسع والحادي عشر والله أعلم

Oleh karena itu, puasa ‘Asyura terdiri atas tiga tingkatan:

1. Paling rendah yakni berpuasa sehari saja (tanggal 10)

2. Puasa hari ke-9 dan ke-10

3.  Paling tinggi   puasa hari ke-9, 10, dan ke-11. Wallahu A’lam”

(Fathul Bari, 6/280. Lihat juga Fiqhus Sunnah, 1/450)

Secara umum shaum di bulan Muharram adalah shaum terbaik, berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم

“Puasa paling utama setelah puasa Ramadhan adalah pada bulannya Allah yaitu puasa pada bulan Muharam.” (HR. Muslim No. 1163)

Dulu, puasa Asyura merupakan rutinitas Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahkan sebagian ulama mengatakan dulu shaum Asyura adalah wajib, seperti pendapat Imam Abu Hanifah, walau pernyataan ini tdk dibenarkan ulama lainnya. Namun, ketika turun ayat tentang Shaum Ramadhan (2 Hijriyah), shaum Asyura menjadi sunnah atau pilihan saja. Hal itu berdasarkan beberapa riwayat, di antaranya:

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا بِصِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ وَيَحُثُّنَا عَلَيْهِ وَيَتَعَاهَدُنَا عِنْدَهُ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ لَمْ يَأْمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَنَا وَلَمْ يَتَعَاهَدْنَا عِنْدَهُ

Dari Jabir bin Samurah Radhiallahu ‘Anhu telah berkata:

“Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk berpuasa di hari ‘Asyura` dan beliau selalu menganjurkan untuk selalu melakukannya, maka ketika puasa Ramadhan diwajibkan, beliau tidak lagi memerintahkan kami, dan tidak pula melarang kami dan tidak pula memperhatikan apakah kami berpuasa atau tidak.” (HR. Muslim no. 1908)

Imam Al ‘Aini berkata:

اتفق العلماء على أن صوم عاشوراء الآن سنة وليس بواجب واختلفوا في حكمه أول الإسلام

Para ulama sepakat bahwa sekarang puasa Asyura adalah sunnah, bukan kewajiban, tapi mereka berbeda pendapat tentang hukumnya dimasa awal Islam. (Dikutip Imam ‘Ubaidullah Ar Rahmani Al Mubarkafuri, Mir’ah Al Mafatih, 7/97)

💢💢💢💢💢💢💢💢

3⃣ Ayyamul Bidh (tanggal 13,14,15 tiap bulan Hijriyah)

Ayyamul bidh artinya hari-hari yang putih terang, karena saat itu hari diwaktu bulan sedang purnama. Ini juga hari-hari istimewa dalam Islam.

– Saat itu dianjurkan bagi kita untuk berpuasa

Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ

Kekasihku (Nabi) Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berwasiat kepadaku tiga hal: berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dua rakaat ketika dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.

(HR. Bukhari No. 1981, Muslim No. 721. Lafaz ini adalah milik Bukhari)

Kapankah tiga hari itu? Dari Abu Dzar Al Ghifari Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَصُومَ مِنْ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الْبِيضَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk berpuasa dalam satu bulannya sebanyak tiga hari, ayyamul bidh: tanggal 13, 14, dan 15.

(HR. An Nasa’i No. 2422, 2423, lihat juga dalam As Sunan Al Kubranya An Nasa’i No. 2730, dishahihkan oleh Imam Ibnu Hibban)

– Nilai puasanya sama seperti puasa Ad Dahr (sepanjang tahun) Jika dilakukan setiap bulan selama setahun

Dari Jarir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Beliau bersabda:

صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ الدَّهْرِ وَأَيَّامُ الْبِيضِ صَبِيحَةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

Berpuasa tiga hari setiap bulannya, adalah puasa sepanjang tahun, dan hari ayyamul bidh yang terang benderang itu adalah pada hari 13, 14, dan 15.

(HR. An Nasa’i No. 2420. Hasan)

Lalu, bagaimana jika puasa tiga hari itu tidak di tanggal 13, 14, 15?

Hal ini pernah kami bahas di link berikut:

Puasa Ayyamul Bidh, Bolehkah Selain Tanggal 13, 14, 15?

4⃣ Malam Isra’ dan Mi’raj

Peristiwa Isra dan Mi’raj yang dialami Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam benar adanya, yaitu perjalanan di malam hari dari Masjid al Haram ke Masjid al Aqsha, lalu ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh.

Hal ini diceritakan dalam Al Quran:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al Isra: 1)

Ayat lainnya:

وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى(18)

Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An Najm: 13-18)

Pada peristiwa inilah shalat diwajibkan, sehingga menunjukkan keistimewaannya; shalat diwajibkan saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di langit sementara kewajiban lain ditetapkan saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di muka bumi.

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:

فُرِضَتْ عَلَى النّبِيّ صلى الله عليه وسلم لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ الصَلوَاتُ خَمْسِينَ، ثُمّ نُقِصَتْ حَتّى جُعِلَتْ خَمْساً، ثُمّ نُودِيَ: يا محمدُ: إِنّهُ لاَ يُبَدّلُ الْقَوْلُ لَدَيّ وَإِنّ لَكِ بِهَذِهِ الْخَمْسِ خَمْسينَ

“Telah difardhukan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi hingga tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan, “Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima shalat ini sama bagi mu dengan 50 kali shalat.”

(HR. At Tirmidzi No. 213, katanya: hasan shahih gharib)

Kapan Peristiwanya?

Paling masyhur dibanyak negeri muslim adalah 27 Rajab. Namun, tidak ada kesepakatan para ulama hadits dan para sejarawan muslim tentang kapan peristiwa ini terjadi, ada yang menyebutnya Rajab, dikatakan Rabiul Akhir, dan dikatakan pula Ramadhan atau Syawal. (Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 7/242-243)

Imam Ibnu Hazm mengatakan terjadinya pada bulan Rajab, di tahun kedua belas kenabian. Sementara Imam Al Hafizh Abdul Ghani Al Maqdisi mengatakan terjadinya pada malam 27 Rajab. (Al Quran Al Karim wa Tafsiruhu, 5/429)

Imam Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, bahwa banyak ulama yang melemahkan pendapat bahwa peristiwa Isra terjadi pada bulan Rajab, sedangkan Ibrahim Al Harbi dan lainnya mengatakan itu terjadi pada Rabi’ul Awal. (Ibid Hal. 95)

Beliau (Imam Ibnu Rajab) juga berkata:

و قد روي: أنه في شهر رجب حوادث عظيمة ولم يصح شيء من ذلك فروي: أن النبي صلى الله عليه وسلم ولد في أول ليلة منه وأنه بعث في السابع والعشرين منه وقيل: في الخامس والعشرين ولا يصح شيء من ذلك وروى بإسناد لا يصح عن القاسم بن محمد: أن الإسراء بالنبي صلى الله عليه وسلم كان في سابع وعشرين من رجب وانكر ذلك إبراهيم الحربي وغيره

“Telah diriwayatkan bahwa pada bulan Rajab banyak terjadi peristiwa agung dan itu tidak ada yang shahih satu pun. Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilahirkan pada awal malam bulan itu, dan dia diutus pada malam 27-nya, ada juga yang mengatakan pada malam ke-25, ini pun tak ada yang shahih. Diriwayatkan pula dengan sanad yang tidak shahih dari Al Qasim bin Muhammad bahwa peristiwa Isra-nya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terjadi pada malam ke-27 Rajab, dan ini diingkari oleh Ibrahim Al Harbi dan lainnya.” (Lathaif Al Ma’arif Hal. 121. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Sementara, Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani mengutip dari Ibnu Dihyah, bahwa: “Hal itu (27 Rajab) adalah dusta.” (Tabyinul ‘Ajab hal. 6)

Keragaman pendapat tentang kapan terjadinya Isra dan Mi’raj menunjukkan bahwa yang terpenting dalam membaca sejarah adalah mengambil hikmahnya, bukan menghapal tanggal-tanggalnya. Sebab, bisa jadi budaya mencatat tanggal peristiwa memang bukan hal yang urgen di zaman itu, tapi peristiwa itu sendiri yang lebih penting. Maka, tidak heran jika manusia sepakat bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dilahirkan di Tahun Gajah (peristiwa penyerangan pasukan Gajahnya Abrahah ke Ka’bah), tapi mereka berbeda pendapat tentang tanggal pasti kelahirannya apakah 12 Rabi’ul Awwal, atau lainnya.

5⃣ Tanggal 17 Ramadhan

Pada tanggal ini ada dua peristiwa istimewa yang terjadi sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, yakni perang Badar (disebut dengan  yaumul furqaan dan  yaumut taqal jam’an – hari bertemunya dua pasukan) dan turunnya Al Quran, disebut dengan  wa maa anzalnaa ‘ala ‘abdinaa (dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami)

Allah Ta’ala  berfirman

و اعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِنْ كُنْتُمْ آَمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Anfal (8): 41)

Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma berkata:

{ يَوْمَ الْفُرْقَانِ } يوم بدر، فَرَق الله فيه بين الحق والباطل

(Hari Al Furqan) yaitu perang Badr, Allah membedakan pada hari itu antara Haq dan Batil. (Tafsir Ath Thabari, 13/561, Tafsir Ibn Katsir, 4/65)

Imam Ibnu Jarir Rahimahullah meriwayatkan demikian:

قال الحسن بن علي بن أبي طالب رضي الله عنه: كانت ليلة “الفرقان يوم التقى الجمعان”، لسبع عشرة من شهر رمضان

“Berkata Al Hasan bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu: Adalah ‘malam Al Furqan hari di mana bertemuanya dua pasukan’ terjadi pada 17 Ramadhan.”  (Jami’ Al Bayan, 13/562. Muasasah Ar Risalah)

Oleh karena itu, Syaikh Muhammad Ali Ash Shabuniy Hafizhahullah berkata:

كان بدء نزول القران الكريم فى السابع عشر من رمضان للاربعين سنة خلت من حياة النبي ﷺ ….

Dahulu awal turunnya Al Quran Al karim adalah pada 17 Ramadhan disaat usia Nabi ﷺ 40 tahun …. (At Tibyan fi ‘Ulumil Quran, Hal. 14)

Hanya saja, walau sama-sama 17 Ramadhan, antara peristiwa perang Badar dan turunnya Al Quran terjadi di tahun yang berbeda. Perang Badar terjadi di tahun 15 setelah kenabian (yaitu th 2 Hijriah), sementara turunnya wahyu pertama itu menjadi tanda awal kenabian (15 tahun sebelum perang Badar).

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

6⃣ Hari Jumat

Apa saja keistimewaannya?

–  Dijelaskan dalam riwayat berikut lima keutamaannya

عَنْ أَبِي لُبَابَةَ بْنِ عَبْدِ الْمُنْذِرِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَيِّدُ الْأَيَّامِ وَأَعْظَمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَهُوَ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ يَوْمِ الْأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ فِيهِ خَمْسُ خِلَالٍ خَلَقَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ وَأَهْبَطَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيهِ تَوَفَّى اللَّهُ آدَمَ وَفِيهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا الْعَبْدُ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ حَرَامًا وَفِيهِ تَقُومُ السَّاعَةُ مَا مِنْ مَلَكٍ مُقَرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيَاحٍ وَلَا جِبَالٍ وَلَا بَحْرٍ إِلَّا وَهُنَّ يُشْفِقْنَ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ

Dari Abu Lubabah bin Abdil Mundzir, dia berkata: Bersabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Sesungguhnya hari Jumat adalah Sayyidul Ayyam (pimpinan hari-hari), keagungannya ada pada sisi Allah, dan dia lebih agung di sisi Allah dibanding hari Idul Adha dan Idul Fitri. Padanya ada lima hal istimewa: pada hari itu Allah menciptakan Adam, pada hari itu Allah menurunkan Adam ke bumi, pada hari itu Allah mewafatkan Adam, pada hari itu ada waktu yang tidaklah seorang hamba berdoa kepada Allah melainkan akan dikabulkan selama tidak meminta yang haram, dan pada hari itu  terjadinya  kimat. Tidaklah malaikat muqarrabin, langit, bumi, angin, gunung, dan lautan, melainkan mereka ketakutan pada hari Jumat.”

(HR. Ibnu Majah No. 1083. Ahmad No. 15547, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 4511, hasan)

–  Dianjurkan membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat

Ini berdasarkan hadits:

عن ابي سعيد الخدري ان النبي صلى الله عليه وسلم قال مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

Dari Abu Said Al Khudri bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat, maka dia akan disinari oleh cahaya sejauh di antara dua Jumat.” (HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra  No. 5792, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 3392, katanya: shahih)

– Dibebaskan dari fitnah kubur bagi yang wafat pada malam Jumat dan hari Jumat

Dari Abdullah bin Amr, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari Jumat atau malam Jumat, melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah kubur.

(HR. At Tirmidzi No. 1073, Ahmad No. 6582, Ath Thahawi dalam Syarh Musykilul Aatsar No. 277)

Syaikh Al Albani Rahimahullah berkata tentang hadits ini: “Dikeluarkan oleh Ahmad (6582-6646) melalui dua jalan dari Abdullah bin Amr, dan oleh At Tirmidzi melalui salah satu dari dua jalur, dan hadits ini memiliki syawahid (beberapa penguat) dari jalur Anas, Jabir bin Abdullah, dan selain keduanya. Maka, hadits ini dengan kumpulan semua jalurnya adalah hasan atau shahih.”

(Lihat Ahkamul Jazaiz, Hal. 35)

– Dianjurkan banyak shalawat

Dari Abu Ad Darda Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أكثروا الصلاة علي َّيوم الجمعة فإنه مشهود تشهده الملائكة، وإن أحدًا لن يصلي عليَّ إلا عرضت عليَّ صلاته حين يفرغ منها

Perbanyaklah shalawat kepadaku di hari Jumat, karena hal itu disaksikah oleh kesaksian para malaikat. Sesungguhnya tidaklah seorang pun bershalawat kepadaku melainkan shalawatnya itu sampai kepadaku saat dia usai membacanya.

(HR. Ibnu Majah No. 1637. Al Mundziri mengatakan: sanadnya jayyid. Lihat Fathul Ghafar, 2/617)

– Disukai untuk bersedekah

Tidak dalil khusus tentang ini tapi para salaf menyukai sedekah dihari Jumat karena keberkahan hari Jumat.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:

أن للصدقة فيه مزية عليها في سائر الأيام، والصدقة فيه بالنسبة إلى سائر أيام الأسبوع ، كالصدقة في شهر رمضان بالنسبة إلى سائر الشهور. وشاهدت شيخ الإسلام ابن تيمية قدس الله روحه، إذا خرج إلى الجمعة يأخذ ما وجد في البيت من خبز أو غيره، فيتصدق به في طريقه سرا

Bahwasanya bersedekah di hari Jumat ada keistimewaan dibanding hari-hari lainnya selama sepekan. Sebagaimana sedekah di bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lain.

Aku lihat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – semoga Allah sucikan ruhnya- jika keluar rumah hari Jumat dia akan membawa sesuatu dari rumahnya, baik roti atau lainnya, lalu dia sedekahkan di jalan secara diam-diam.

(Zaadul Ma’ad, 1/407)

Demikian. Wallahu a’lam

🌿🌺🌷🌻🌸🍃🌵🌴

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top