Minta Jabatan? Boleh! Menurut Al Quran, As Sunnah, dan Para Imam Salaf dan Khalaf

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

📨 PERTANYAAN:

Banyak ustadz, kiayi, aktifis Islam
mencaalonkan diri menjadi kepala daerah, pejabat, atau legislatif, apakah ini dibenarkan?

📬 JAWABAN

Bismillahirrahmanirrahim ..

Allah Ta’ala menceritakan tentang doa-doa para ‘ibadurrahman:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami sebagai PEMIMPIN bagi orang-orang yang bertakwa.”

(QS. Al-Furqan, Ayat 74)

Pernahkah kita membaca doa ini? Biasanya kita pernah mendengarnya, memakainya, minimal mengaminkannya. Itu tanda bahwa kita pernah minta jabatan, bahkan sebagai pemimpin!

Utsman bin Abu Al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhu berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ اجْعَلْنِي إِمَامَ قَوْمِي قَالَ أَنْتَ إِمَامُهُمْ وَاقْتَدِ بِأَضْعَفِهِمْ وَاتَّخِذْ مُؤَذِّنًا لَا يَأْخُذُ عَلَى أَذَانِهِ أَجْرًا

Wahai Rasulullah jadikanlah aku sebagai pemimpin bagi kaumku! Beliau bersabda: “Engkau adalah pemimpin bagi mereka, perhatikanlah orang yang paling lemah di antara mereka, dan angkatkah seorang muadzin dan jangan upah dia karena azannya.”

(HR. Abu Daud No. 531, Ahmad No. 17906, Al Hakim No. 715, katanya: shahih sesuai syarat Imam Muslim. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Ta’liq Musnad Ahmad No. 17906)

▪ Imam Abul Hasan Al Mawardi Rahimahullah berkata:

فَقَدْ قَالَ بَعْضُ الْفُقَهَاءِ إنَّ التَّنَازُعَ فِيهَا لَا يَكُونُ قَدْحًا مَانِعًا وَلَيْسَ طَلَبُ الْإِمَامَةِ مَكْرُوهًا

“Sebagian fuqaha mengatakan bahwa memperebutkan jabatan kepepimpinan tidaklah tercela dan terlarang, dan mengincar jabatan imamah bukan suatu yang dibenci.” (Al Ahkam As Sulthaniyah, Hal. 7)

▪ Imam Ash Shan’ani Rahimahullah mengomentari hadits di atas:

الحديث يدل على جواز طلب الإمامة في الخير وقد ورد في أدعيت عباد الرحمن الذين وصفهم الله بتلك الأوصاف أنهم يقولون {وََاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً} وليس من طلب الرياسة المكروهة

Hadits ini menunjukkan kebolehan meminta jabatan kepemimpinan dalam kebaikan. Telah ada di antara doa-doa para ibadurrahman, di mana Allah Ta’ala mensifati mereka dengan sifat tersebut, bahwa mereka berkata (Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang bertaqwa), dan meminta jabatan itu bukanlah merupakan hal yang dibenci. (Subulus Salam, 1/128)

▪Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah berkata:

فطلب رضي الله عنه إمامة قومه للمصلحة الشرعية، ولتوجيههم للخير وتعليمهم وأمرهم بالمعروف، ونهيهم عن المنكر، مثلما فعل يوسف عليه الصلاة والسلام . قال العلماء : إنما نهي عن طلب الإمرة والولاية ، إذا لم تدع الحاجة إلى ذلك؛ لأنه خطر ، كما جاء في الحديث: النهي عن ذلك ، لكن متى دعت الحاجة والمصلحة الشرعية إلى طلبها جاز ذلك ، لقصة يوسف عليه الصلاة والسلام ، وحديث عثمان رضي الله عنه المذكور

Beliau (Utsman) Radhiallahu ‘Anhu meminta jabatan sebagai pemimpin karena pertimbangan maslahat syar’i, dalam rangka mengantarkan manusia kepada kebaikan, mengajarkan mereka, dan memerintahkan yang baik, dan mencegah kemungkaran, sebagaimana yang dilakukan Yusuf ‘Alaihissalam. Berkata para ulama: bahwasanya meminta jabatan adalah perkara yang terlarang, jika memang tidak ada keperluan untuk itu karena hal itu berbahaya sebagaimana diterangkan dalam hadits yang menyebutkannya. Tetapi jika karena didorong oleh keperluan dan maslahat yang syar’i untuk memintanya maka hal itu dibolehkan, berdasarkan kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam dan hadits ‘Utsman (bin Abu Al ‘Ash) Radhiallahu ‘Anhu tersebut.

(Majmu’ Fatawa Ibni Baaz, 7/232)

▪ Berkata Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah:

فهل يجوز طلب الإمامة؟ والجواب: إذا كان يترتب على ذلك مصلحة فلا بأس به؛ لأن الإمامة قربة وعبادة

Maka, bolehkah meminta menjadi seorang pemimpin? Jawabannya: jika hal itu membawa kepada maslahat tidaklah apa-apa, karena kepemimpinan adalah termasuk qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) dan ibadah.

(Syarh Sunan Abi Daud, 3/404)

▪ Syaikh Said bin ‘Ali bin Wahf Al Qahthani Hafizhahullah juga mengutip perkataan Imam Ash Shan’ani di atas, lalu dia melanjutkan:

فإن ذلك فيما يتعلق برياسة الدنيا التي لا يُعَانُ مَنْ طلبها، ولا يستحق أن يُعْطَاهَا مَنْ سأله، فإذا صَلحت النية وتأكدت الرغبة في القيام بالواجب والدعوة إلى الله – عز وجل – فلا حرج من طلب ذلك

Sesungguhnya hal ini terkait dengan jabatan dunia yang tidak usah ditentang orang yang memintanya, dan tidak pula berhak diberikan kepada yang memintanya, namun jika dia niatnya bagus dan diperkuat oleh keinginan untuk menjalankan kewajiban dan da’wah ilallah ‘Azza wa Jalla, maka tidak apa-apa meminta jabatan itu.

(Al Imamah fish Shalah, Hal. 4)

▪ Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhts Al ‘Ilmiyah wal Ifta di kerajaan Saudi Arabia:

يجوز لك طلب الإمامة للمسجد الذي بنيته، إذا توفرت فيك شروط الإمامة، ولك أن تأخذ عليها أجرة من بيت المال ولا ينقص ذلك من أجرك

Boleh bagi Anda meminta jabatan sebagai ketua masjid yang telah Anda jelaskan, jika memang pada diri Anda memiliki banyak syarat menjadi pemimpin, dan Anda juga berhak mendapatkan honor atas hal itu yang berasal dari Baitul Maal, dan hal itu tidaklah mengurangi pahala Anda.

(Fatawa Al Lajnah Ad Daimah – Majmu’atul Ulaa, Fatwa No. 8949)

📚 Kesimpulan:

– Boleh seseorang meminta jabatan atau mencalonkan diri, JIKA dia memiliki niat yang mulia dan kemampuan.

– Ada pun bagi yang lemah, tidak ada kemampuan, maka dia terlarang. Sebagaimana larangan Rasulullah ﷺ kepada Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu, karena menurut Rasulullah ﷺ dia lemah.

Demikian. Wallahu a’lam

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top