Salah Niat Ketika Salat

 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum warahmatullah.
Afwan ustadz ingin bertanya ada kejadian, Ketika sholat berjamaah makmum salah berniat, yang seharusnya sholat dzuhur tapi dia niatkan sholat ashar karena tidak sengaja/lupa, lalu di tengah sholat dia tersadar ternyata sholat yang dilaksanakan adalah sholat dzuhur. Namun dia menyelesaikan sholat berjamaah tersebut bersama imam sampai selesai. Pertanyaannya apakah sholat dia sah atau harus mengulang lagi ustadz?


 JAWABAN

Wa’alaikumussalam Wa Rahmatullah Wa Barakatuh

– Jika dia belum shalat zuhur, tapi dia niatkan shalat ashar, padahal dia kemudian tahu bahwa belum shalat zuhur, maka itu tidak boleh. Sebab, tidak boleh seseorang shalat ashar padahal shalat zuhurnya belum dilaksanakan, krn Allah Ta’ala menurunkan kewajiban shalat sesuai tertibnya.

Beda kasus jika shalat bersama imam yang shalat Ashar, dan kita bersamanya dengan niat shalat zuhur karena kita belum zuhur, itu tidak apa-apa. Lalu kita bangun segera melakukan asharnya.

Syaikh Abu Bakar bin Jabir Al Jazaairiy Rahimahullah mengatakan tentang pembatal shalat:

ذكر صلاة قبلها كأن يدخل في العصر و يذكر أنه ما صلى الظهر فإن العصر تبطل حتى يصلي الظهر إذ الترتيب بين الصلوات الخمس فرض لورودها عن الشارع مرتبة فرضا بعد فرض، فلا تصلى صلاة فبل الي قبلها مباشرة

Teringat shalat sebelumnya saat dia memasuki shalat Ashar, tapi dia ingat belum shalat zuhur. Maka shalat Asharnya batal sampai dia shalat zuhur dulu. Sebab, berurut antara shalat yg 5 adalah wajib karena Allah mendatangkannya seperti itu, satu kewajiban dgn kewajiban lain secara berurutan. Maka, janganlah shalat jika belum melakukan shalat sebelumnya. (Minhajul Muslim, Hal. 157)*

– Jika kasusnya jamak ta’khir, yaitu dilakukan di waktu Ashar. Kita berjamaah bersama rombongan yg juga jamak, maka lakukan sesuai urutan, zuhur dulu barulah Ashar.

Tapi, jika berjamaah dengan penduduk setempat, yang sedang Shalat Ashar, maka ikutilah mereka shalat Ashar dulu, barulah zuhur.

انما جعل الإمام ليؤتم به فلا تختلفوا عليه ..

Imam itu ditunjuk untuk diikuti, maka janganlah meyelisihinya. (HR. Bukhari)

Wallahu a’lam

✏ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top