Pro Kontra Marawis di Dalam Masjid

▫▪▫▪▫▪▫▪

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum Ustadz. Apa hukumnya marawis atau rebana di mushollah/masjid ? (+62 812-1361-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Ada dua pandangan ulama ..

1. Pihak yg membolehkan.

Dalilnya, dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bersabda Rasulullah :

أَعْلِنُوا هَذَا النِّكَاحَ وَاجْعَلُوهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَاضْرِبُوا عَلَيْهِ بِالدُّفُوفِ

“Umumkanlah pernikahan ini dan lakukanlah di dalam masjid, dan pukul-lah rebana. “

(HR. At Tirmidzi No. 1089, katanya: hasan gharib. Ad Dailami No. 335)

Sebagian ulama mendhaifkannya lantaran kedhaifan yang parah dari salah satu perawinya: ‘Isa bin Maimun, mereka seperti Imam Ibnul Jauzi yang berkata: dhaif Jiddan – sangat lemah. (Al ‘Ilal Mutanahiyah, 2/627, No. 1034), Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: sanaduhu dhaif – sanadnya lemah. (Fathul Bari, 9/226). Syaikh Al Albani juga mendhaifkannya. (Dhaiful Jami’ No. 966)

Ulama lain mengatakan hadits ini hasan, bahkan shahih karena memiliki penguat dari riwayat lainnya. Imam At Tirmidzi menyebutnya hasan gharib. (Sunan At Tirmidzi No. 1089), Imam As Sakhawi mengatakan: “Hadits ini hasan, maka riwayat dari At Tirmidzi kalau pun dhaif, dia memiliki penguat seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya.” (Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 125)

Imam Al ‘Ajluni menjelaskan dengan panjang:

“ … tetapi hadits ini memiliki berbagai syawahid (penguat), yang membuatnya menjadi hasan lighairih, bahkan shahih, … (Kasyful Khafa, 1/145)

Syaikh ‘Athiyah Saqr Rahimahullah berkata:

عقد النكاح بالمسجد مظهر من مظاهر إعلانه وكذلك ضرب الدف عليه ، وذلك أمر مشروع ، وأقل درجاته أنه مباح ، وقيل سنة

Akad nikah di masjid adalah salah satu manifestasi dari mensyiarkan pernikahan, begitu pula memukul rebana padanya, ini adalah perkara yang disyariatkan, minimal ini mubah, bahkan dikatakan ini Sunnah. (Fatawa Al Azhar, 9/444)

2. Terlarang main rebana (apalagi musik lainnya), di masjid, dan itu termasuk kemungkaran besar.

Imam As Suyuthi Rahimahullah – seorang ulama madzhab Syafi’i- mengatakan:

ومن ذلك الرقص، والغناء في المساجد، وضرب الدف أو الرباب، أو غير ذلك من آلات الطرب.
فمن فعل ذلك في المسجد، فهو مبتدع، ضال، مستحق للطرد والضرب؛ لأنه استخف بما أمر الله بتعظيمه، قال الله تعالى: (في بيوت أذن الله أن ترفع ” أي تعظم ” ويذكر فيها اسمه)، أي يتلى فيها كتابه. وبيوت الله هي المساجد؛ وقد أمر الله بتعظيمها، وصيانتها عن الأقذار، والأوساخ، والصبيان، والمخاط، والثوم، والبصل، وإنشاد الشعر فيها، والغناء والرقص؛ فمن غنى فيها أو رقص فهو مبتدع، ضال مضل، مستحق للعقوبة.

“Di antaranya adalah menari, menyanyi di dalam masjid, memukul duf (rebana) atau rebab (sejenis alat musik), atau selain itu dari jenis alat-alat musik. Maka, barang siapa yang melakukan itu di masjid maka dia mubtadi’ (pelaku bid’ah), sesat, patut baginya diusir dan dipukul, karena dia meremehkan perintah Allah untuk memuliakan masjid. Allah Ta’ala berfirman: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya.” Yaitu dibacakan kitabNya di dalamnya. Rumah-rumah Allah adalah masjid-masjid, dan Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk memuliakannya, menjaganya dari kotoran, najis, anak-anak, ingus, bawang putih, bawang merah, menyenandungkan sya’ir di dalamnya, nyanyian dan tarian, dan barang siapa yang bernyanyi di dalamnya atau menari maka dia adalah pelaku bid’ah, sesat dan menyesatkan, dan berhak diberikan hukuman.”

(Al Amru bil Ittiba’ wan Nahyu ‘anil Ibtida’, Hal. 30. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Imam Al Munawi Rahimahullah – seorang ulama Asy Syafi’iyyah lainnya- mengoreksi pihak yang membolehkan:

ليس المراد أنه يضرب به فيه بل خارجه والمأمور بجعله فيه مجرد العقد فحسب وقد أفاد الخبر حل ضرب الدف في العرس ومثله

Maksud memukul rebana ini bukanlah di dalam masjid tapi di luarnya. Ada pun kata perintah melakukan di dalam masjid adalah khusus pada akad nikah saja, oleh karena itu hadits ini dijadikan dalil bolehnya memukul rebana saat pesta pernikahan.

(Faidhul Qadir, 2/14)

Demikian ….

Jalan tengahnya, sebaiknya latihan marawisnya dilakukan bukan di ruang utama masjid, tapi di aula, sekretariat, parkiran, atau bagian ruangan lain yg sejak pendirian tidak diperuntukkan sebagai tempat shalat. Semakin luar dan jauh tentu semakin Afdha dan tidak ada perdebatan. Keluar dari perdebatan tentu lebih baik.

Demikian. Wallahu a’lam

🌻☘🌿🌸🍃🍄🌷💐

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top