Imam Al Ghazali dan Kontroversi Ihya ‘Ulumuddin

Pertanyaan:

Assalamu ‘Alaikum Ustadz, mau menanyakan pendapat objektif ulama mengenai kitab Ihya Ulumuddin. Ada sebagian orang memuji kitab itu, disisi lain ada yang menyebutkan kitab tersebut banyak hadits palsu dan tidak layak baca. Juga berkaitan status penulisnya, yaitu Imam Al Ghazali, bukankah Beliau termasuk Ahli Fiqih Madzhab Syafi’i, apakah Beliau tidak Ahli Hadits?

Jawaban:

Wa ‘Alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa Ba’d:

Imam Abu Hamid Al Ghazali Rahimahullah adalah hujjatul Islam, salah satu imam utama madzhab Syafi’i bahkan umat manusia. Dia imamnya para imam pada zamannya. Berbagai ilmu dikuasainya; fiqih, ushul fiqih, tasawwuf, filsafat, sosiologi, dan sebagainya.

Banyak manusia membincangkan dirinya, baik dalam posisi memuji, atau mencelanya. Ada yang memujinya setinggi langit, ada yang merendahkannya sedasar lautan. Begitu pula terhadap karyanya yang amat terkenal, Ihya ‘Ulumuddin. Ada yang menganggapnya sebagai kitab yang membimbang manusia ke jalan menuju surga, ada pula yang merendahkan kitab ini dan membakarnya.

Para imam memujinya, seperti Imam Tajuddin As Subki, Imam Ibnul ‘Arabi, Imam An Nawawi, dan sebagainya. Para imam juga  mengkritiknya dengan tajam, seperti Imam Abu Bakar At Thurthusi, Imam Abul Faraj Al Jauzi, dan lainnya.

Imam Al Ghazali dipuji karena keilmuannya dalam fiqih, ketajaman analisanya dalam ilmu hati dan jiwa, serta kehidupannya sendiri yang penuh ibadah, zuhud, dan wara’.

Imam Al Ghazali dipuji karena penguasaannya terhadap filsafat, yang mampu menjadikannya sebagai senjata menghancurkan filsafat juga, yaitu filsafat metafisika yang merusak, yang pada masanya begitu diminati manusia. Dia maju seorang diri, bagai pendekar berkuda, meluluhlantakkan filsafat dengan berbagai senjata dan pemikiran yang dia kuasai dari berbagai madzhab.

Tapi, Imam Al Ghazali dikritik bahkan dicela karena kitabnya Ihya ‘Ulumuddin dinilai penuh ajaran dan pemikiran tasawwuf yang menyimpang, perkataan ahli filsafat, dan hadits-hadits lemah, munkar, bahkan palsu.

Imam Al Ghazali dikritik karena dia “menghilang” ketika Baitul Maqdis direbut oleh pasukan Nashrani, ribuan kaum muslimin dibantai. Padahal fatwanya sangat berpengaruh, ajakannya pasti di dengar jika dia menyerukan jihad… tapi Imam Al Ghazali sedang asyik rihlah ruhiyah (perjalanan ruhani).

Begitulah manusia, siapa pun dia, memiliki kelebihan dan kekurangan. Hanya Rasulullah ﷺ yang ma’shum (bebas dari dosa). Maka, adil-lah dalam mencintai Imam Al Ghazali, dan adil –lah pula dalam mengkritiknya.

Imam Ibnu Taimiyah, salah satu contoh ulama moderat dalam menyikapi Imam Al Ghazali dan Ihya ‘Ulumiddin. Beliau memuji dan mengkritik sekaligus. Beliau berkata:

 

وَالْإِحْيَاءُ فِيهِ فَوَائِدُ كَثِيرَةٌ ، لَكِنَّ فِيهِ مَوَادَّ مَذْمُومَةً ، فَإِنَّ فِيهِ مَوَادَّ فَاسِدَةً مِنْ كَلَامِ الْفَلَاسِفَةِ تَتَعَلَّقُ بِالتَّوْحِيدِ وَالنُّبُوَّةِ وَالْمَعَادِ

“Kitab Al Ihya, di dalamnya terdapat banyak faedah (manfaat), tetapi di dalamnya juga terdapat materi-materi yang tercela, materi merusak yang berasal dari ucapan filsuf yang terkait masalah tauhid, kenabian, dan akhirat.”(Imam Ibnu Tamiyah, Al Fatawa Al Kubra, 5/86)

Betul bahwa kepakaran Imam Al Ghazali dalam ilmu hadits tidak seperti kepakarannya dalam fiqih. Tapi, di akhir hayatnya Beliau mempelajarinya, bahkan wafat dalam keadaan memeluk kitab Shahih Al Bukhari. Ini menunjukkan kedekatan Beliau dengan ilmu hadits dan penelaahan Beliau sampai akhir hayatnya terhadap hadits.  Sedangkan Ihya ‘Ulumuddin dibuat sebelum itu. Dan, Ihya ‘Ulumuddin memang bukan ki tab hadits, maka keadaan Beliau dan keadaan Ihya ‘Ulumuddinnya membuat kita bisa memaklumi jika kitab itu tercampur hadits shahih, dhaif, munkar, dan palsu.

Semoga Allah ﷺ mengampuni Imam Al Ghazali dan kita semua, dan dipertemukan di dalam surgaNya. Amiin.

Wallahu A’lam

  • Farid Nu’man Hasan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top