Jarak Safar yang Membolehkan Qashar, Betulkah Tidak Ada Ketentuan Baku?

💢💢💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Afwan ustad, bagaimana menurut ustad pendapat ttg batas jarak dibolehkannya sholat jamak oleh 4 Mazhab namun diselesihi oleh pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnu qoyyim yg hy mensyaratkan safar sj dan tdk menentukan jarak? (+62 897-5847-xxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillahirrahmanirrahim..

Masalah ini memang beragam pendapat..

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:

وقد نقل ابن المنذر وغيره في هذه المسألة أكثر من عشرين قولا

Imam Ibnul Mundzir dan lainnya telah menukilkan bahwa ada lebih dari dua puluh pendapat tentang masalah ini (jarak dibolehkannya qashar).

(Fiqhus Sunnah, 1/284)

Perbedaan ini terjadi karena memang tak ada satupun hadits dari Rasulullah ﷺ yang menyebutkan jarak secara jelas dan tegas. Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah, “Tidak ada sebuah hadits pun yang menyebutkan jarak jauh atau dekatnya bepergian itu.” (Fiqhus Sunnah, 1/239)

Secara umum memang ada dua pandangan mainstream:

Pendapat pertama. Empat burud, yaitu sekitar 88,656km*

Ini pendapat jumhur ulama:

– Golongan Malikiyah (Imam ad Dasuqi dalam Hasyiyah ad Dasuqi, 1 /359)

– Syafi’iyyah (Imam an Nawawi dalam al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab, 4/323, Imam al Mawardi dalam al Hawi al Kabir, 2/360)

– Hambaliyah (Imam al Mardawi dalam al Inshaf, 2/223)

– Juga sejumlah ulama salaf, dikutip oleh Imam An Nawawi Rahimahullah:

مَذْهبنا: أنَّه يجوز القصرُ في مرحلتين، وهو ثمانية وأربعون مِيلًا هاشميَّة، ولا يجوزُ في أقلَّ من ذلك، وبه قال ابنُ عُمرَ، وابنُ عبَّاس، والحسنُ البَصريُّ، والزُّهريُّ، ومالكٌ، والليثُ بنُ سَعدٍ، وأحمدُ، وإسحاقُ، وأبو ثورٍ

Dalam madzhab kami, dibolehkan qashar jika sudah sejauh 2 MARHALAH, yaitu 48 mil hasyimiyah, dan tidak boleh kurang dari itu. Inilah pendapat Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Hasan al Bashri, az Zuhri, Laits bin Sa’ad, Malik, Ahmad, Ishaq, dan Abu Tsaur.

(al Majmu Syarh al Muhadzdzab, 4/325)

– al Qadhi Abu Yusuf (murid dan kawannya Abu Hanifah). (al Muhith al Burhani, 2/22)

– Al Auza’i dan fuqaha kalangan ahli hadits. (an Nawawi, al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 5/195)

– Ini yg dipilih oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baaz (Fatawa Nuur ‘alad Darb, 13/42-43)

Pendapat kedua. Tidak ada batasan jarak khusus, yang penting sudah layak disebut safar baik jauh atau pendek

Siapa saja yang berpendapat seperti itu:

– Madzhab Zhahiri, seperti Imam Daud az Zhahiri, dan Imam Ibnu Hazm. (Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, 1/168)

– Sebagian Hambaliyah (Ikhtiyarat al Fiqhiyah, Hal. 434)

– Imam Ibnu Qudamah , Beliau berkata:

لا أرى لِمَا صار إليه الأئمَّة حُجَّة؛ لأنَّ أقوال الصحابة متعارضة مختلفة، ولا حُجَّة فيها مع الاختلاف

Saya lihat pendapat para imam itu tidak ditopang oleh hujjah, sebab para sahabat nabi sendiri berbeda-beda, maka perbedaan itu tidak bisa dijadikan hujjah.

(Ibnu Qudamah, al Mughni, 2/190)

– Imam Ibnu Taimiyah. (Majmu al Fatawa, 24/15)

– Imam Ibnul Qayyim (Zaadul Ma’ad, 1/463)

– Imam Asy Syaukani (Sailul Jarar, Hal. 188)

– Syaikh Amin Asy Syanqithi (Adhwa’ul Bayan, 1/273)

– Syaikh al Albani (as Silsilah ash Shahihah, 1/311)

– Syaikh Utsaimin (Syarhul Mumti’, 4/351)

Jadi, sebelum Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim, sudah ada yang punya pendapat bahwa jarak itu tidak baku, yang penting sudah layak disebut safar baik jauh atau tidak. Seperti Imam Daud, Imam Ibnu Hazm, Imam Ibnu Qudamah,.. Mereka hidup sebelum zaman Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim. Walau saya ikut pendapat mayoritas ulama, tapi pendapat lainnya mesti diberikan tempat dan tidak boleh remehkan. Sebab perbedaan seperti ini adalah hal yang biasa dalam dunia fiqih.

Demikian. Wallahu a’lam

🌺🌿🌷🌻🌸🍃🌴🌵

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top