Hukum Mengikuti Tarikat Tasawuf

◼◽◼◽◼◽◼◽◼◽

✉️❔PERTANYAAN:

Untuk kebaikan ruhiyah kita, apakah mesti mengikuti suatu thariqat yang muktabarah?

✒️❕JAWABAN

☘️⭐☘️⭐☘️⭐☘️⭐

Dunia tarikat, identik dengan tasawwuf. Di mana para ulama ada tiga sikap:

1. Mencelanya dan menganggapnya sebagai bid’ah, bahkan dianggap memiliki model keberagamaan tersendiri. Para pembencinya menyebut dengan Diinus Shufi (agama sufi).

2. Pihak yang menyanjungnya, mensucikannya, dan menyebut mereka di atas para ulama syariat karena dianggap sufi sudah melewati fase syariat, tapi hakikat, dan ma’rifat.

3. Pihak pertengahan. Bahwa dalam dunia sufi, ada yang berlebihan dan menyimpang bahkan sampai akhirnya meninggalkan kewajiban agama, bukan hanya bid’ah, tapi ini merupakan kezindikan. Inilah yang tertolak dan tercela.

Namun, sebagian sufi ada yang masih di atas jalan sunnah, mereka menjadikan keterikatan terhadap al Quran dan As Sunnah sebagai syarat berjalan di atas jalan tasawwuf. Seperti para imam mereka: Junaid bin Muhammad, Dzun Nun al Mishri, Ma’ruf Al Kharkiy, Hatim al ‘Asham, Abu Yazid al Qusyairi.

Oleh karena itu para imam seperti Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim memuji sufi-sufi seperti ini. Namun menolak yang menyimpang dari mereka.

Imam al’ Ajluni Rahimahullah menyebutkan bahwa Imam asy Syafi’i Rahimahullah berkata:

وأنا حبب إلي من دنياكم ثلاث: ترك التكلف، وعشرة الخلق بالتلطف، والاقتداء بطريق أهل التصوف

Ada tiga hal yang jadi kesukaanku atas dunia kalian: meninggalkan sikap memberatkan diri, bergaul dengan makhluk dengan kelembutan, dan mengikuti jalan ahli tasawwuf.

(Kasyful Khafa, 1/394)

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah mengutip dari Imam asy Syafi’i Rahimahullah yang mengatakan:

صَحِبْتُ الصُّوفِيَّةَ فَمَا انْتَفَعْتُ مِنْهُمْ إِلَّا بِكَلِمَتَيْنِ سَمِعْتُهُمْ يَقُولُونَ: الْوَقْتُ سَيْفٌ. فَإِنْ قَطَعْتَهُ وَإِلَّا قَطَعَكَ. وَنَفْسُكَ إِنْ لَمْ تَشْغَلْهَا بِالْحَقِّ، وَإِلَّا شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ

Aku bersahabat dengan golongan sufi, tidaklah aku mendapatkan manfaat dari mereka kecuali dua ucapan yang aku dengar dari mereka. Mereka berkata: “Waktu adalah pedang, jika kamu tidak bisa mengendalikannya maka dia akan menebasmu. Dirimu jika sedang tidak sibuk dalam kebaikan, maka niscaya dia akan menyibukkanmu dengan kebatilan.” (Madarij as Salikin, 3/125)

Imam Amin al Kurdi Rahimahullah menceritakan tentang Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah:

إنه كان يقول لولده عبد الله قبل مصاحبة الصوفية: ” يا ولدي عليك بالحديث، وإياك ومجالسة هؤلاء الذين سموا أنفسهم بالصوفية، فإنهم ربما كان أحدهم جاهلاً بأحكام دينه، فلما صحب (أبا حمزة البغدادي الصوفي)، وعرف أحوال القوم أصبح يقول لولده: يا ولدي. عليك بمجالسة هؤلاء القوم، فإنهم زادوا علينا بكثرة العلم والمراقبة والخشية والزهد، وعلو الهمة “

Imam Ahmad bin Hambal berkata kepada anaknya di saat dia belum bergaul dengan majelisnya sufi: “Wahai anakku, peganglah hadits, dan jauhilah majelisnya orang-orang yang menamakan diri mereka dengan sufiyah karena bisa jadi mereka bodoh terhadap hukum-hukum agamanya.”

Namun saat dia bersahabat dengan Abu Hamzah al Baghdadi seorang sufi, maka dia menjadi tahu kondisi sufi, dan dia berkata: “Wahai anakku, hendaknya engkau bermajelis bersama kaum itu, karena mereka menambah untuk kita banyak ilmu, muraqabah, rasa takut, zuhud, dan cita-cita yang tinggi.”

(Tanwir al Qulub, Hal. 405)

Maka, tarikat-tarikat juga demikian. Jika dia masih di atas sunnah, boleh bagi seseorang mengikutinya secara objektif, dan mengamalkan wirid-wiridnya yang tidak ada penyimpanngan. Namun tidak dibenarkan tarikat-tarikat yang justru mengajarkan penyimpangan seperti tidak wajib shalat, tidak kena beban syariat, dll.

Wallahu A’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top