💦💥💦💥💦💥
📨 PERTANYAAN:
Ustadz, bagaimanakah sebenarnya hidayah Allah itu? Apakah Allah sudah memberikannya dan seseorang harus menjemputnya, lalu bertaubat?
Atau apakah hidayah itu harus diminta sehingga Allah menjadikan seseorang itu bertaubat lalu Allah mengampuninya?
📬 JAWABAN
🍃🍃🍃🍃🍃
Bismillahirrahmanirrahim…
Pada dasarnya hidayah itu dari Allah Ta’ala. Ini konsep utama dalam masalah ini. Sebagaimana firmanNya:
إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
(QS. Al-Qashash, Ayat 56)
Ayat lainnya:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ
خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡۖ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَٰرِهِمۡ غِشَٰوَةٞۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.
(QS. Al-Baqarah, Ayat 6-7)
Namun, demikian salah satu perangkat penting dalam diri manusia yang telah Allah Ta’ala ciptakan adalah IRADAH dan MASYI-AH (Kehendak/kemauan). Allah Ta’ala memerintahkan manusia agar kehendak itu digunakan untuk menuju dan meraih hidayah, tidak diam. Jangan pula kehendak itu dipakai untuk keburukan, kedua pilihan itu ada konsekuensi.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا
Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zhalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
(QS. Al-Kahfi, Ayat 29)
Ayat ini menunjukkan adanya peran kehendak manusia untuk menuju jalan iman dan jalan kafir.
Oleh karena itu dalam ayat lain, Allah Ta’ala menggabungkan antara usaha manusia untuk mendapatkan hidayah dan kehendak diriNya memberikan hidayah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.
(QS. Al-Ankabut, Ayat 69)
Hidayah Allah Ta’ala diberikan kepada orang-orang yang berjihad dijalanNya, yaitu bersungguh-sungguh mencari jalan kebenaran. Pencarian jalan menuju kebenaran adalah bagian dari hidayah itu sendiri.
Maka, siapa pun yg berusaha menuju hidayah, dia melakukan perbuatan yang semakin mendekatkan dirinya kepada hidayah – seperti berkumpul dgn org shalih, mempelajari buku2 keislaman, kajian- maka Allah Ta’ala akan memberikan jalan kepadaNya. Siapa yang justru menjauh dan melawan, maka dia semakin jauh dari hidayah, dan Allah Ta’ala pun menjauhkannya.
Hidayah itu mirip dengan – misalnya- prestasi yg diraih seseorang dalam hidupnya. Walau hakikatnya berasal dari Allah, tapi ada sebab-sebab ril yang sebelumnya dia lakukan.
Demikian. Wallahu a’lam
📓📕📗📘📙📔📒
✏ Farid Nu’man Hasan