🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾
Nahnu Islam Qabla Kulli Syai’ (Kita adalah Islam Sebelum apa pun juga). Ini bukan ayat, bukan pula hadits, namun memiliki nilai kebenaran. Kita semua seharusnya merenung sejenak, bahwa sebelum kita menjadi NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Salafi, dan lainnya, kita adalah seorang muslim. Kita adalah fitrah (Islam) sebelum menjadi ini dan itu.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al A’raf (7): 172)
Oleh karena itu, kecintaan dan kebanggaan diri sebagai muslim harus lebih diutamakan dibanding kebanggaan sebagai anggota ini dan itu.
Allah Ta’ala berfirman:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri (muslim)?” (QS. Al Fuzhilat (41): 33)
Dari sini kita paham bahwa Allah Ta’ala yang telah mengikat kita dengan Islam, bukan ormas-ormas.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Anfal 98): 63)
Dalam ayat lain:
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al Anbiya (21): 92)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إن المؤمن للمؤمن كالبنيان، يشد بعضه بعض . وشبك أصابعه
“Sesungguhnya seorang mu’min bagi mu’min lainnya adalah seperti bangunan saling menguatkan satu sama lainnya.” Maka nabi menggenggamkan jari-jemarinya. (HR. Bukhari [476, 2314], At Tirmidzi [1993], Ibnu Abi Syaibah [112])
Maka, ukhuwah Islamiyah (persaudaraan karena Islam) jangan dikorbankan dan dikalahkan oleh ukhuwah jam’iyah (persaudaraan karena organisasi). Ikatan hati dan aqidah ini sangat mahal harganya dan sangat sayang nilainya, jika hanya dikorbankan karena rebutan pengaruh dan eksistensi diri dan kelompok semata.
Ayat-ayat dan hadits ini adalah makanan sehari-hari para tokoh Islam dan aktifis dakwah. Mereka pun diberbagai forum senantiasa menyerukan persaudaraan dan keutuhan. Tetapi, jangan sampai ini semua hanya slogan dan bacaan formalitas tanpa aksi nyata. Apakah ayat dan hadits ini adalah kalimat-kalimat kosong tanpa makna?
Disebutkan dalam sebuah syair:
ولست أدرى سوى الإسلام لي وطنا الشام فيها و وادي النيل سيان
وكلمـــا ذكر أسم الله فى بلــد عددت أرجاءه من لب أوطـاني
Aku Tidak Mengenal Tanah Air selain Islam
Bagiku sama saja, Syam atau lembah Nil
Tiap kali disebut nama Allah di sebuah negeri
Maka, kuingat setiap penjuru dari negeriku
Dari An Nu’man bin Basyir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta, kasih sayang, simpati mereka bagaikan satu jasad, jika salah satu anggota tubuhnya ada yang mengeluh, maka bagian yang lain juga mengikutinya, dengan rasa tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim No. 2586, Ahmad No. 18373)
Al Imam Ibnu daqiq Al ‘Id Rahimahullah menjelaskan:
وقال بعض العلماء: في هذا الحديث من الفقه أن المؤمن مع المؤمن كالنفس الواحدة فينبغي أن يحب له ما يحب لنفسه من حيث إنهما نفس واحدة
Sebagian ulama berpendapat : “Hadits ini mengandung pemahaman bahwa seorang mukmin dengan mukmin lainnya laksana satu tubuh. Oleh karena itu, hendaknya ia mencintai saudaranya sendiri seperti dia mencintai apa yang ada pada dirinya, sebagai tanda bahwa keduanya adalah jiwa yang menyatu”. (Imam Ibnu Daqiq Al ‘Id, Syarh Al Arbain An Nawawiyah Hal. 64)
🌾🌿🌷🌳🌻☘🌸🍃
✍ Farid Nu’man Hasan