Tangisan yang Menyelamatkan

Menangis adalah salah satu ekspresi fisik dari jiwa manusia. Baik dari rasa sakit, takut, sedih, haru, iba, bahkan gembira. Menangis yang didasari takut karena dosa dan azab, baik saat tafakkur, muhasabah, dzikrul maut (mengingat kematian) atau membaca Al Quran, adalah tangisan yang dapat melembutkan hati dan jiwa. Inilah tangisan yang menyelamatkan manusia.

Allah ﷻ berfirman:

إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

“Jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, maka mereka tersungkur sambil sujud dan menangis.” (QS. Maryam: 58)

Menurut Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menangis dalam ayat ini mencakup bagi yang membaca Al Quran dalam shalat dan di luar shalat. [1]

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Ada dua mata yang tidak akan disentuh api neraka. (Yaitu) mata yang menangis karena takut kepada Allah ﷻ dan mata yang terjaga dalam jihad fisabilillah.” [2]

Dari Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ، قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوعٍ فِي خَشْيَةِ اللهِ، وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَأَمَّا الأَثَرَانِ: فَأَثَرٌ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَأَثَرٌ فِي فَرِيضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ.

Tidak ada suatu apa pun yang lebih Allah ﷻ cintai dibandingkan dua tetes dan dua bekas: ada pun dua tetes yaitu tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetes-tetas darah fisabilillah. Sedangkan dua bekas adalah bekas-bekas saat jihad fisabilillah dan bekas dari menjalankan kewajiban-kewajiban dari Allah ﷻ.
[3]

Inilah tangisan orang-rang yang bartaubat, yang takut terhadap siksa-Nya, tentang azab kubur dan neraka, dan ke- Maha Kuasaan-Nya. Imam al Munawi Rahimahullah mengatakan:

أي من خوف عقابه أو مهابة جلاله

Yaitu air mata karena rasa takut terhadap siksa-Nya atau kehebatan keagungan-Nya. [4]

Syaikh Abul ‘Ala al Mubarkafuri Rahimahullah menjelaskan:

وَهِيَ مَرْتَبَةُ الْمُجَاهِدِينَ مَعَ النَّفْسِ التَّائِبِينَ عَنِ الْمَعْصِيَةِ سَوَاءٌ كَانَ عَالِمًا أَوْ غَيْرَ عَالِمٍ

Ini adalah kedudukan para mujahidin bersama orang-orang yang bertaubat dari maksiatnya, baik dia seorang berilmu atau bukan. [5]

Maka, tangisilah dosa dan kesalahan kita sebagai awal titik tolak perubahan hidup lebih baik lagi. Jika tidak juga bisa menangis, maka tangisilah; kenapa tidak bisa menangis?!

Wallahu A’lam

Notes:

[1] Sayyid Sabiq, Fiqh as Sunnah (Beirut: Dar al Kitab al ‘Arabi, 1977), jilid. 1, hal. 259

[2] At Tirmidzi, Sunan at Tirmidzi (Kairo: Dar Ibn al Jauzi, 2011), no hadits. 1639, Imam at Tirmidzi mengatakan: hasan.

[3] Ibid, no hadits. 1669, Imam at Tirmidzi mengatakan: hasan

[4] Al Munawi, At Taisir bisyarhi al Jami’ ash Shaghir (Riyadh: Maktabah al Imam asy Syafi’I, 1988), jilid. 2, hal. 151

[5] Imam Abu al Hasan al Mubarkafuri, Tuhfah al Ahwadzi (Kairo: Dar Ibn al Jauzi, 2018), jilid. 6, hal. 21

✍️ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top