🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾
Bertakbir sudah boleh dilakukan sejak tanggal 1 Dzulhijjah, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Hal ini disebutkan secara shahih, dalam kitab Shahih Al Bukhari, sebagai berikut:
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِي أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا
Dahulu Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar menuju pasar di hari-hari yg 10 (1 -10 Zulhijjah), mereka berdua bertakbir, dan manusia pun ikut bertakbir menyusul takbir mereka berdua. (Shahih Al Bukhari, Bab Fadhlil ‘Amal fi Ayyamit Tasyriiq, 1/39)
Baca juga: Jumlah Takbir Sholat Id
Ini juga menjadi pegangan Abdullah bin Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, Beliau menjelaskan tentang tafsir ayat:
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“Dan mereka mengingat nama Allah dihari-hari yang telah diketahui” (QS. Al Hajj: 28)
Apakah hari-hari yang telah diketahui? Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma mengatakan:
Ayyamul ma’lumat adalah Ayyamul ‘asyr (10 hari Zulhijjah), sedangkan Ayyamul ma’duudat adalah hari-hari tasyriq. (Shahih Al Bukhari, Ibid)
Bukannya hanya Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, tapi juga para sahabat dan tabi’in lainnya. Imam Ibnu Katsir mengatakan:
ويروى مثله عن أبي موسى الأشعري، ومجاهد، وعطاء، وسعيد بن جبير، والحسن، وقتادة، والضحاك، وعطاء الخراساني، وإبراهيم النَّخعي. وهو مذهب الشافعي، والمشهور عن أحمد بن حنبل
“Semisal ini juga diriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari, Mujahid, ‘Atha, Sa’id bin Jubeir, Al Hasan, Qatadah, Adh Dhahak, ‘Atha Al Khurasani, dan Ibrahim An Nakha’iy. Ini juga pendapat madzhab Syafi’iy, dan pendapat yang terkenal dari Ahmad bin Hambal.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/415)
Sementara, Imam Ibnu Rajab Rahimahullah menyebutkan nama-nama tokoh ulama yang juga berpendapat seperti ini tapi belum disebut oleh Imam Ibnu Katsir, yaitu Ibnu Umar, ‘Ikrimah, dan Imam Abu Hanifah. (Fathul Bari, 6/109)
Dan, yang dimaksud dengan “mengingat nama Allah dihari-hari yang diketahui” adalah tentunya juga dengan bertakbir. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ، وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِن الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ التَّهْلِيلِ ، وَالتَّكْبِيرِ، وَالتَّحْمِيدِ
Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah, dan tidak pula lebih dicintaiNya, untuk melakukan amal shalih, selain di 10 hari ini, maka perbanyaklah oleh kalian bertahlil, takbir, dan tahmid.
(HR. Ahmad No. 5446, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3750, Abdu bin Humaid No. 807, Ath Thahawi dalam Syarh Musykil Al Atsar No. 2971. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad, 9/324)
Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah, mengutip daru Imam Abu Ja’far Ath Thahawi Rahimahullah:
كان مشايخنا يقولون بذلك أي بالتكبير في أيام العشر
Dahulu guru-guru kami mengatakan hal itu, yaitu bertakbir di hari-hari yang 10 itu. (Fathul Bari, 2/458)
Demikianlah. Bertakbir sejak 1 Dzulhijjah, sampai berakhirnya tasyriq, merupakan pandangan dari banyak salafus shalih, juga tiga Imam Madzhab, yaitu Abu Hanifah, Asy Syafi’i, dan Ahmad bin Hambal Rahimahumullah. Hanya saja memang ini belum menjadi budaya di negeri kita.
Sekian. Wallahu A’lam
🍃☘🌺🌴🌻🌾🌸🌷
✍ Farid Nu’man Hasan