Membaca “Subhanal Malikil Quddus” Setelah Shalat Witir adalah Sunnah

Membaca Subhanal Malikil Quddus setelah Witir adalah Sunnah.

Sebagian orang ada yang tidak menyukainya dan menuduhnya bid’ah. Jelas itu tuduhan amat jauh dari kebenaran.

Bagaimana mungkin sunnah nabi justru dikatakan bid’ah? Dalilnya begitu jelas:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ وَزُبَيْدٍ الْإِيَامِيِّ عَنْ ذَرٍّ عَنِ ابْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ فِي الْوِتْرِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ فَإِذَا سَلَّمَ قَالَ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ وَرَفَعَ بِهَا صَوْتَهُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dan Zubaid Al Iyami dari Dzar dari Abu Abdurrahman bin Abza dari Bapaknya dari Nabi ﷺ beliau membaca dalam SHALAT WITIR dengan surat, Sucikanlah nama Tuhanmu yang Mahatinggi, dan katakanlah, “Hai orang-orang kafir dan katakanlah, “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. jika telah SELESAI SALAM beliau membaca:

“SUBHANAL MALIKIL QUDDUS SUBHANAL MALIKIL QUDDUS “(Mahasuci Raja Yang Mahasuci, Mahasuci Raja Yang Mahasuci Mahasuci Raja Yang Mahasuci)” dan meninggikan suaranya.

(HR. Ahmad no. 14813. Dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib al Arnauth dan Syaikh Al Albani)

Hadits ini jelas apa yang dibaca oleh Rasulullah setelah shalat witir adalah “SUBHANAL MALIKIL QUDDUS SUBHANAL MALIKIL QUDDUS.

Imam An Nawawi mengatakan:

يستحب أن يقول بعد الوتر ثلاث مرات : سبحان الملك القدوس

Disunnahkan setelah shalat witir membaca 3x: “SUBHANAL MALIKIL QUDDUS.” (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, jilid. 4, hal. 16)

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah mengatakan:

يستحب أن يقول بعد وتره: سبحان الملك القدوس. ثلاثًا، ويمد صوته بها في الثالثة

Disunnahkan setelah shalat witir: SUBHANAL MALIKIL QUDDUS (3X), dan memanjangkan (meninggikan) suara di yang ketiga. (Al Mughni, jilid. 2, hal. 122)

Demikian. Wallahu A’lam

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top