Allah Taโala berfirman:
ูููู ูุง ุฃูุฌูุฏู ููู ู ูุง ุฃููุญููู ุฅูููููู ู ูุญูุฑููู ูุง ุนูููู ุทูุงุนูู ู ููุทูุนูู ููู ุฅููุง ุฃููู ููููููู ู ูููุชูุฉู ุฃููู ุฏูู ูุง ู ูุณููููุญูุง ุฃููู ููุญูู ู ุฎูููุฒููุฑู ููุฅูููููู ุฑูุฌูุณู ุฃููู ููุณูููุง ุฃูููููู ููุบูููุฑู ุงูููููู ุจููู ููู ููู ุงุถูุทูุฑูู ุบูููุฑู ุจูุงุบู ูููุง ุนูุงุฏู ููุฅูููู ุฑูุจูููู ุบููููุฑู ุฑูุญููู ู
Katakanlah: โTiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi โ karena Sesungguhnya semua itu kotor โ atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayangโ. (QS. Al Anโam (6): 145)
Ayat ini tegas menyebut โdaging babiโ maka tidak ada perselisihan tentang kenajisan daging babi. Namun para ulama berbeda pendapat tentang selain daging bagi, seperti; bulu, kulit, kuku, gigi, dan tulangnya.
Kelompok pertama, mereka mengatakan suci dan bukan najis. Alasannya karena nash hanya menyebutkan โdaging babiโ bukan selainnya, sedangkan dalam masalah seperti ini mesti membutuhkan dalil yang shahih dan sharih (tegas lagi jelas). Jika tidak ada, maka baraโatul ashliyah (kembali kepada hukum asal) yaitu sucinya semua yang ada di muka bumi ini baik hewan, tumbuhan, dan lainnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan:
ููุงูููููููู ุงูุฑููุงุฌูุญู ูููู ุทูููุงุฑูุฉู ุงูุดููุนููุฑู ูููููููุง : ุดูุนูุฑู ุงููููููุจู ููุงููุฎูููุฒููุฑู ููุบูููุฑูููู ูุงุจูุฎูููุงูู ุงูุฑููููู
โDan pendapat yang kuat adalah sucinya bulu seluruh hewan: bulu anjing, babi, dan selain keduanya. Sedangkan liur terjadi perbedaan pendapat.โ
Apa alasan Beliau?
ููุฐููููู ููุฃูููู ุงููุฃูุตููู ููู ุงููุฃูุนูููุงูู ุงูุทููููุงุฑูุฉู ููููุง ููุฌููุฒู ุชูููุฌููุณู ุดูููุกู ููููุง ุชูุญูุฑููู ููู ุฅูููุงุจูุฏูููููู
โHal itu karena asal dari berbagai benda adalah suci, maka tidak boleh menajiskan sesuatu dan mengharamkannya kecuali dengan dalil.โ (Majmuโ Al Fatawa, 21/617)
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:
ููุฌูุฒ ุงูุญุฑุฒ ุจุดุนุฑ ุงูุฎูุฒูุฑ ูู ุฃุธูุฑ ูููู ุงูุนูู ุงุก
Dibolehkan membuat benang dari bulu Babi menurut pendapat yang benar di antara dua pendapat ulama. (Fiqhus Sunnah, 1/25)
Dalam Syarhush Shaghir:
ููุฐูููุจู ุงููู ูุงูููููููุฉู ุฅูููู ุทูููุงุฑูุฉู ุนููููู ุงููุฎูููุฒููุฑู ุญูุงู ุงููุญูููุงุฉู ุ ููุฐููููู ูุฃู ููู ุงูุฃู ุตูู ููู ููู ุญูููู ุงูุทููููุงุฑูุฉู
Kalangan Malikiyah berpendapat sucinya Babi secara zat dalam keadaan hidup, hal itu karena hukum asal segala hal yang hidup adalah suci. (Syarhus Shaghir, 1/43)
Lalu disebutkan:
ููุทูููุงุฑูุฉู ุนููููููู ุจูุณูุจูุจู ุงููุญูููุงุฉู ุ ููููุฐููููู ุทูููุงุฑูุฉู ุนูุฑููููู ููููุนูุงุจููู ููุฏูู ูุนููู ููู ูุฎูุงุทููู
Maka, sucinya zat Babi karena sebab kehidupannya, demikian juga sucinya keringat, air liur, dan ingusnya.(Ibid)
Kelompok Kedua, pihak yang mengatakan najisnya daging Babi dan semua bagian tubuhnya.
Tertulis dalam Al Mausuโah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah:
ููููุฏู ุงุชูููููู ุงููุญููููููููุฉู ููุงูุดููุงููุนููููุฉู ููุงููุญูููุงุจูููุฉู ุนูููู ููุฌูุงุณูุฉู ุนููููู ุงููุฎูููุฒููุฑู ุ ููููุฐููููู ููุฌูุงุณูุฉู ุฌูู ููุนู ุฃูุฌูุฒูุงุฆููู ููู ูุง ููููููุตูู ุนููููู ููุนูุฑููููู ููููุนูุงุจููู ููู ูููููููู
Telah sepakat kalangan Hanafiyah, Syafiโiyah, Hanabilah tentang najis โaini-nya Babi, demikian pula kenajisan semua bagian tubuhnya dan apa yang menjadi bagiannya, seperti keringat, liur, dan maninya. (Al Mausuโah, 20/33)
Alasannya adalah surat Al Anโam ayat 145 di atas:
ููุงูุถููู ููุฑู ููู ูููููู ุชูุนูุงููู : { ุฃููู ููุญูู ู ุฎูููุฒููุฑู ููุฅูููููู ุฑูุฌูุณู } ุฑูุงุฌูุนู ุฅูููู ุงููุฎูููุฒููุฑู ููููุฏูู ุนูููู ุชูุญูุฑููู ู ุนููููู ุงููุฎูููุฒููุฑู ููุฌูู ููุนู ุฃูุฌูุฒูุงุฆููู
Dhamir (kata ganti) pada firman Allah Taโala: (atau daging Babi maka itu adalah rijs (najis/kotor) ) kata ganti โituโ kembali kepada Babi, maka ini menunjukkan keharaman secara zat Babi dan semua bagian tubuhnya.(Ibid)
Demkian perbedaan pendapat ini, namun dari kedua pendapat
ini, bersikap hati-hati adalah lebih baik dan utama, bahwa seluruhnya adalah najis.
Wallahu Aโlam
Farid Nuโman Hasan