Daftar Isi
💦💥💦💥💦💥
📌 Riwayat yang menunjukkan BOLEHnya minum sambil berdiri
Berikut ini adalah keterangan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah minum sambil berdiri.
✅ Dari Nazzal, katanya:
أَتَى عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى بَابِ الرَّحَبَةِ فَشَرِبَ قَائِمًا فَقَالَ إِنَّ نَاسًا يَكْرَهُ أَحَدُهُمْ أَنْ يَشْرَبَ وَهُوَ قَائِمٌ وَإِنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَ كَمَا رَأَيْتُمُونِي فَعَلْتُ
“Ali Radhiallahu ‘Anhu datang ke pintu Ar Rahabah, lalu dia minum sambil berdiri, lalu berkata: Sesungguhnya manusia membenci salah seorang mereka minum sambil berdiri. Sesungguhnya saya melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan seperti yang kalian lihat terhadap perbuatanku.” (HR. Bukhari No. 5292)
✅ Dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, katanya:
رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يشرب قائما وقاعدا
“Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam minum sambil berdiri dan duduk.” (HR. At Tirmidzi No. 1944, katanya: hasan shahih. Syaikh Al Albani menyatakan hasan dalam Mukhtashar Asy Syamail Muhammadiyah No. 177)
✅ Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:
سقيت النبي صلى الله عليه وسلم من زمزم فشرب وهو قائم
“Aku menuangkan air zamzam kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu dia meminumnya sambil berdiri.” (HR. At Tirmidzi, Syaikh Al Albani menyatakan shahih dalam Mukhtashar Asy Syamail Muhammadiyah No. 178)
✅ Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أن النبي صلى الله عليه وسلم شرب من زمزم وهو قائمٌ
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam minum zamzam sambil berdiri.”(HR. At Tirmidzi No. 1943, katanya: hasan shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Al Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 1882)
✅ Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْرَبُ قَائِمًا وَقَاعِدًا
“Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam minum sambil berdiri dan duduk.” (HR. An Nasa’i No. 1361, Syaikh Al Albani menshahihkannya dalam Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa’i No. 1361)
📌 Selanjutnya adalah keterangan bahwa Beliau MELARANG minum sambil berdiri.
✖ Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا يَشْرَبَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ قَائِمًا فَمَنْ نَسِيَ فَلْيَسْتَقِئْ
“Janganlah salah seorang kalian minum sambil berdiri, barang siapa yang lupa, maka muntahkanlah.” (HR. Muslim No. 2026)
✖ Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى أن يشرب الرجل قائما فقيل الأكل قال: ذاك أشد
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang seseorang minum sambil berdiri.” Dikatakan: kalau makan? Beliau menjawab: lebih keras lagi larangannya.” (HR. At Tirmidzi No. 1940, Katanya: hadits ini shahih. Dalam riwayat Muslim No. 2024, lafaznya: lebih jelek dan lebih buruk lagi)
✖Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أن النبي صلى الله عليه وسلم زجر عن الشرب قائما
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang minum sambil berdiri.” (HR. Muslim No. 2024, juga dengan lafaz yang sama dari jalur Abu Said Al Khudri No. 2025)
✖ Dari Al Jarud bin Al ‘Ala Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن الشرب قائما
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang minum sambil berdiri.” (HR. At Tirmidzi No. 1941, katanya: hasan gharib. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 1880)
Kita lihat berbagai keterangan riwayat shahih ini, bahwa Beliau minum sambil berdiri dan disaksikan oleh beberapa sahabatnya. Dan, beliau juga melarang minum sambil berdiri dan ini pun juga didengar dan diriwayatkan oleh beberapa sahabatnya.
Perbedaan ini membuat perselisihan pendapat di antara para ulama; ada yang mengharamkan, memakruhkan, dan membolehkan. Tapi mereka sepakat, minum sambil duduk adalah afdhal. Ada sebagian ulama menganggap hadits-hadits ini musykil (bermasalah), bahkan dhaif (lemah), dan ada pula yang menganggap yang satu menasakh (menghapus) yang lain.
Semua ini dibantah oleh Imam An Nawawi dengan bantahan yang bagus. Beliau melakukan metode kompromi di antara riwayat yang nampaknya bertentangan ini. Baginya, semua riwayat ini terbukti shahih, tidak ada yang merevisi satu sama lain, baik berdiri atau duduk, keduanya adalah boleh tetapi duduk adalah lebih utama dan sempurna.
Perhatikan penjelasan Imam An Nawawi Rahimahullah:
اِعْلَمْ أَنَّ هَذِهِ الْأَحَادِيث أَشْكَلَ مَعْنَاهَا عَلَى بَعْض الْعُلَمَاء حَتَّى قَالَ فِيهَا أَقْوَالًا بَاطِلَة ، وَزَادَ حَتَّى تَجَاسَرَ وَرَامَ أَنْ يُضَعِّف بَعْضهَا ، وَادَّعَى فِيهَا دَعَاوِي بَاطِلَة لَا غَرَض لَنَا فِي ذِكْرهَا ، وَلَا وَجْه لِإِشَاعَةِ الْأَبَاطِيل وَالْغَلَطَات فِي تَفْسِير السُّنَن ، بَلْ نَذْكُر الصَّوَاب ، وَيُشَار إِلَى التَّحْذِير مِنْ الِاغْتِرَار بِمَا خَالَفَهُ ، وَلَيْسَ فِي هَذِهِ الْأَحَادِيث بِحَمْدِ اللَّه تَعَالَى إِشْكَال ، وَلَا فِيهَا ضَعْف ، بَلْ كُلّهَا صَحِيحَة ، وَالصَّوَاب فِيهَا أَنَّ النَّهْي فِيهَا مَحْمُول عَلَى كَرَاهَة التَّنْزِيه . وَأَمَّا شُرْبه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا فَبَيَان لِلْجَوَازِ ، فَلَا إِشْكَال وَلَا تَعَارُض ، وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ يَتَعَيَّن الْمَصِير إِلَيْهِ ، وَأَمَّا مَنْ زَعَمَ نَسْخًا أَوْ غَيْره فَقَدْ غَلِطَ غَلَطًا فَاحِشًا ، وَكَيْف يُصَار إِلَى النَّسْخ مَعَ إِمْكَان الْجَمْع بَيْن الْأَحَادِيث لَوْ ثَبَتَ التَّارِيخ وَأَنَّى لَهُ بِذَلِكَ . وَاللَّهُ أَعْلَم . فَإِنْ قِيلَ : كَيْف يَكُون الشُّرْب قَائِمًا مَكْرُوهًا وَقَدْ فَعَلَهُ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ فَالْجَوَاب : أَنَّ فِعْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ بَيَانًا لِلْجَوَازِ لَا يَكُون مَكْرُوهًا ، بَلْ الْبَيَان وَاجِب عَلَيْهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَكَيْف يَكُون مَكْرُوهًا وَقَدْ ثَبَتَ عَنْهُ أَنَّهُ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ مَرَّة مَرَّة وَطَافَ عَلَى بَعِير مَعَ أَنَّ الْإِجْمَاع عَلَى أَنَّ الْوُضُوء ثَلَاثًا وَالطَّوَاف مَاشِيًا أَكْمَل ، وَنَظَائِر هَذَا غَيْر مُنْحَصِرَة ، فَكَانَ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُنَبِّه عَلَى جَوَاز الشَّيْء مَرَّة أَوْ مَرَّات ، وَيُوَاظِب عَلَى الْأَفْضَل مِنْهُ ، وَهَكَذَا كَانَ أَكْثَر وُضُوئِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاث ثَلَاثًا ، وَأَكْثَر طَوَافه مَاشِيًا ، وَأَكْثَر شُرْبه جَالِسًا ، وَهَذَا وَاضِح لَا يَتَشَكَّك فِيهِ مَنْ لَهُ أَدْنَى نِسْبَة إِلَى عِلْم . وَاللَّهُ أَعْلَم
“Ketahuilah, hadits-hadits ini menurut sebagian ulama dinilai musykil (bermasalah) maknanya, sampai-sampai di antara mereka terdapat pendapat-pendapat yang batil, ditambah lagi sampai berani melemparkan anggapan sebagian hadits-hadits tersebut adalah dhaif. Mereka mengklaim dengan vonis yang batil tapi kami tidak bermaksud membahasnya di sini, dan tidak akan menyebarkan kebatilan dan kekeliruan penafsiran mereka terhadap sunah. Tetapi kami akan sampaikan kebenaran tentang ini, bahwa larangan tersebut bermakna makruh tanzih (makruh mendekati mubah, yang sebaiknyantidak dilalukan). Ada pun minumnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara berdiri merupakan penjelasan atas kebolehannya. Tidak ada musykil dan tidak ada pula kontradiksi, inilah yang telah kami sebutkan maknanya. Ada pun barangsiapa menyangka adanya nasakh (amandemen) atau lainnya, maka itu merupakan kesalahan yang buruk. Bagaimana bisa terjadi nasakh, padahal masih bisa dimungkinkan jam’u (kompromi) antara hadits-hadits yang ada. Wallahu A’lam. Jika dikatakan: “Bagaimana bisa minum berdiri adalah makruh padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukannya?” Jawabnya: “Sesungguhnya perbuatan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika sebagai penjelas atas kebolehan sesuatu, maka tidaklah itu menjadi makruh, bahkan penjelasan itu adalah wajib atasnya (untuk menjelaskan), bagaimana hal itu menjadi makruh, padahal telah shahih darinya bahwa beliau berwudhu pernah sekali-sekali, thawaf dengan menunggang Unta, sedangkan ijma’ menyebutkan bahwa wudhu hendaknya tiga kali-tiga kali, dan thawaf dengan berjalan kaki adalah lebih sempurna. Pandangan-pandangan ini tidaklah dibatasi, sebab dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan kebolehan sesuatu sekali atau berkali-kali, dan beliau menegaskan pula mana yang afdhalnya. Demikian juga, bahwa kebanyakan wudhu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tiga kali-tiga kali, dan lebih banyak thawaf dengan berjalan kaki, dan lebih banyak minum dengan cara duduk. Dan, ini sangat jelas, tanpa ada keraguan lagi bagi orang-orang yang menyerukan dirinya kepada ilmu. Wallahu A’lam.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/62. Mawqi’ Al Islam)
Kesimpulannya, menurut Imam An Nawawi pendapat yang paling kuat dalam memahami perbedaan hadits-hadits ini adalah menunjukkan kebolehan minum sambil berdiri, tetapi dengan cara duduk adalah lebih utama, sebab itu yang lebih ditekankan. Dalam kitab Riyadhushshalihin Beliau pun membuat Bab Bayan Jawaz Asy Syurb Qaa-iman wa Bayan An Al Akmal wal Afdhal Asy Syurb Qaa’idan. (Penjelasan Bolehnya Minum Berdiri dan Penjelasan Bahwa Lebih Sempurna dan Utama Minum adalah Sambil Duduk)
📌 Tarjih Imam An Nawawi ini diperkuat oleh perilaku para sahabat, bahwa mereka pun pernah minum berdiri.
📕 Umar, Ali, dan Utsman Radhiallahu ‘Anhum
عن مالك أنه بلغه أن عمر بن الخطاب وعلي بن أبي طالب وعثمان بن عفان كانوا يشربون قياما
Dari Malik, sesungguhnya telah sampai kepadanya, bahwa Umar bin Al Khathab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan, mereka minum sambil berdiri. (Al Muwaththa’ No. 1651)
📘 Zubeir bin Awwam Radhiallahu ‘Anhu
Dari Abdullah bin Az Zubier, dari Ayahnya (yakni Zubeir bin Awwam):
أَنَّهُ كَانَ يَشْرَبُ قَائِمًا
“Bahwa dia (ayahnya) minum sambil berdiri.” (HR. Malik, Al Muwaththa’ No. 1654)
📙 ‘Aisyah dan Saad bin Abi Waqqash Radhiallahu ‘Anhuma
Dari Ibnu Syihab, katanya:
أن عائشة أم المؤمنين وسعد بن أبي وقاص كانا لا يريان بشرب الإنسان وهو قائم بأسا
“Bahwa Ummul Mu’minin ‘Aisyah dan Sa’ad bin Abi Waqqash menganggap tidak apa-apa manusia minum sambil berdiri.” (HR. Malik, Al Muwaththa’ No. 1652. Abdurrazzaq, Al Mushannaf, No. 19591. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, 5/514, No. 5)
📔 Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Ahuma
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:
كنا نأكل على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم ونحن نمشي ونشرب ونحن قيامٌ
“Kami makan pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sambil berjalan dan minum sambil berdiri.” (HR. At Tirmidzi No. 1942, katanya: hasan shahih. Ibnu Majah No. 3301, Ahmad No. 5607. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf , 5/515, No. 16)
Selain itu juga dari Abu Hurairah, Said bin Jubeir, Al Hasan, dan lainnya. Wallahu A’lam
🍃🌴🌻🌺☘🌷🌾🌸
✏ Farid Nu’man Hasan