Hukum Berwudhu di Kamar Mandi Sambil Telanjang Tanpa Pakaian/Busana

💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Bagaimana wudhu di kamar mandi dan telanjang bulat? Boleh kah?

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘ala Rasulillah wa Ba’d:

Idealnya adalah berwudhu ditempat yang bersih dari najis, yaitu terpisah dari kamar mandi (WC). Namun, demikian seandainya wudhu di kamar mandi tetap sah, selama dibersihkan dulu, disiram, sampai benar-benar bersih lantai kamar mandi tersebut. Sebagian ulama memakruhkan wudhu dikamar mandi, karena kemungkinan terkena najis, sebagaimana yang ditegaskan Syaikh Abu Bakar bin Jabir Al Jazairiy Rahimahullah dalam Minhajul Muslim dalam Sub Bab “Makruhaatuhu” (Hal-Hal Dimakruhkan Dalam Wudhu), Beliau berkata salah satu yang makruh adalah: “Berwudhu di tempat najis, dikhawatiri dia terkena cipratan najis.”[1] Tapi, jika sudah disiram dengan benar-benar bersih sehingga kekhawatiran terciprat najisnya sudah hilang, maka tidak apa-apa.

Berwudhu dengan tanpa busana, baik sebagian atau keseluruhan (telanjang), bukanlah termasuk pembatal wudhu. Hal ini sering kali dilakukan sebagian orang setelah mereka mandi. Walau ini bukan pembatal wudhu, tetaplah ini etika yang tidak baik dalam berwudhu. Bukankah wudhu itu sendiri ibadah?

Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah menjelaskan:

فوضوء الشخص وهو عارٍ في الحمام ولا أحد معه جائز وصحيح لكن الأفضل تركه لأن خلع الملابس لا ينبغي أن يكون إلا في وقت الحاجة إليه كما يكون في أثناء الغسل فقد روى الترمذي وأبو داود وأحمد عن معاوية بن حيدة أنه سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: “قُلْتُ يَا رَسُولُ الله عَوْرَاتُنَا مَا نَأْتِي مِنْهَا وَمَا نَذَرُ؟ قالَ: “احْفَظْ عَوْرَتَكَ إِلاّ مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مما مَلَكَتْ يَمينُكَ”، فَقَالَ: الرّجُلُ يَكُونُ مَعَ الرّجُلِ؟ قالَ: “إن اسْتَطَعْتَ أَنْ لاَ يَرَاهَا أَحَدٌ فَافْعَلْ”، قلت: فالرّجُلُ يَكُونُ خَالِياً، قالَ: “فَالله أَحقّ أَنْ يستحيا مِنْهُ”. قال الترمذي حسن

Wudhu seseorang dalam keadaan bugil di kamar mandi dan tidak ada siapa pun bersamanya, itu BOLEH dan SAH, tapi lebih utama meninggalkannya sebab melepaskan pakaian tidak pantas dilakukan kecuali ada keperluan seperti saat mandi.

Imam At Tirmidzi, Imam Abu Daud, Imam Ahmad, meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Haidah, dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Wahai Rasulullah, manakah aurat kami yang harus kami tutupi dan yang kami biarkan terbuka?” Beliau menjawab: “Jagalah auratmu kecuali dari istrimu atau budakmu.” Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, bila dengan sejenis?” Beliau menjawab: “Bila kau mampu agar tidak ada seorang pun yang melihatnya, maka jangan sampai ia melihatnya.” Aku berkata; “Wahai Rasulullah, bila salah seorang dari kami sendirian?” Beliau menjawab: “Hendaknya ia lebih layak untuk malu kepada Allah daripada kepada manusia.” (Imam At Tirmidzi berkata: hasan)[2]

Lembaga Fatwa dan Riset kerajaan Arab Saudi, ditanya tentang orang yang wudhu dalam keadaan bugil atau celana pendek, mereka menjawab:

“Wudhunya sah, karena terbukanya aurat dan memakai celana pendek tidaklah menghalangi sahnya wudhu. Tapi, haram atasnya membuka auratnya di hadapan selain istrinya atau budaknya yang mana dia boleh bersenang-senang kepadanya.” [3]

Demikian. Wallahu A’lam

🌵🌴🌱🌷🌸🍃🍄🌹🌾

✍ Farid Nu’man Hasan


▪▫▪▫▪▫▪▫

[1] Syaikh Abu Bakar bin Jabir Al Jazairiy, Minhajul Muslim, Hal. 136

[2] Syaikh Abdullah Al Faqih, Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah no. 3762

[3] Fatawa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyah wal Ifta’, 5/235

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top