Haidh sering diistilahkan dengan “halangan”. Maksudnya adalah orang yang mendapat haidh berhalangan untuk melakukan sholat dan beberapa ibadah lain. Istilah halangan ini harusnya dipahami hanya untuk ibadah yang jelas larangannya dikerjakan saat haid, dan bukan berarti menghalangi untuk tetap mendulang pahala amal sholeh sebanyak-banyaknya. Diperlukan kreatifitas untuk bisa mendulang pahala ketika beberapa ibadah terhalang untuk dilakukan.
Meski “menghalangi”, tapi haidh punya hikmah karena apa yang telah diatur oleh Allah swt tidak ada yang sia-sia. Di antara hikmah tamu bulanan yang menghampiri kaum wanita ini, seperti yang ditulis oleh Syaikh Utsaimin dalam Fid Dimaa’ Ath-Thabii’iyah Lin Nisaa’ adalah:
Adapun hikmahnya, bahwa karena janin yang ada didalam kandungan ibu tidak dapat memakan sebagaimana yang dimakan oleh anak yang berada di luar kandungan, dan tidak mungkin bagi si ibu untuk menyampaikan sesuatu makanan untuknya, maka Allah Ta’ala telah menjadikan pada diri kaum wanita proses pengeluaran darah yang berguna sebagai zat makanan bagi janin dalam kandungan ibu tanpa perlu dimakan dan dicerna, yang sampai kepada tubuh janin melalui tali pusar, dimana darah tersebut merasuk melalui urat dan menjadi zat makanannya. Maha Mulia Allah, Dialah sebaik-baik Pencipta.
Agar bisa mendulang pahala selagi haid, maka harus kita ketahui dulu apa saja yang ibadah yang terhalang dilakukan semasa haid. Setelah itu kita bisa maksimalkan ibadah yang tidak terlarang untuk dikerjakan.
Daftar Isi
Ibadah yang terlarang dilakukan saat haidh:
1. Sholat.
Dari Aisyah ra berkata, Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah istihadha, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, Darah haid itu berwarna hitam dan dikenali. Bila yang yang keluar seperti itu, janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhu’lah dan lakukan shalat. .
Dari Aisyah ra. berkata, Di zaman Rasulullah SAW dahulu kami mendapat haid, lalu kami diperintahkan untuk mengqada` puasa dan tidak diperintah untuk mengqada` salat. .
Selain itu juga ada hadis lainnya:
`Dari Fatimah binti Abi Khubaisy bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila kamu mendapatkan haid maka tinggalkan salat.
2. Puasa
Wanita yang sedang mendapatkan haid dilarang menjalankan puasa dan untuk itu ia diwajibkannya untuk menggantikannya dihari yang lain.
Dari Abi Said Al-Khudhri ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bukankah bila wanita mendapat hatdh, dia tidak boleh shalat dan puasa?
3. Mandi dan Berwudhu’
As Syafi`iyah dan al-Hanabilah mengatakan bahwa `wanita yang sedang mendapatkan haid diharamkan berwudu`dan mandi janabah. Maksudnya adalah bahwa seorang yang sedang mendapatkan haid dan darah masih mengalir, lalu berniat untuk bersuci dari hadats besarnya itu dengan cara berwudhu’ atau mandi janabah, seolah-olah darah haidnya sudah selesai, padahal belum selesai.
Berbeda dengan mandi yang tidak diniatkan untuk bersuci dari hadats besar atau kecil, itu bukan halangan.
4. Tawaf
Seorang wanita yang sedang mendapatkan haid dilarang melakukan tawaf. Sedangkan semua praktek ibadah haji tetap boleh dilakukan. Sebab tawaf itu mensyaratkan seseorang suci dari hadas besar.
Dari Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila kamu mendapat haid, lakukan semua praktek ibadah haji kecuali bertawaf di sekeliling ka`bah hingga kamu suci. (HR Muslim)
5. Berhubungan Suami Istri
“Oleh sebab itu, hendaklah kalian menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kalian mendekati mereka sebelum mereka suci “(Al-Baqoroh: 222)
Itu adalah amalan-amalan yang disepakati ulama bahwa terlarang dilakukan saat haid.
6. Menyentuh Mushaf
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang menyentuh Al-Quran: “Dan tidak menyentuhnya kecuali orang yang suci “(QS. Al Waqi’ah: 79)
Tetapi untuk membaca Qur’an, para ulama berbeda pendapat. Ada yang membolehkan dan ada yang melarang.
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Diperbolehkan bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al Qur’an menurut pendapat ulama yang paling kuat. Alasannya, karena tidak ada dalil yang melarang hal ini. Namun, seharusnya membaca Al Qur’an tersebut tidak sampai menyentuh mushaf Al Qur’an. Kalau memang mau menyentuh Al Qur’an, maka seharusnya dengan menggunakan pembatas seperti kain yang suci dan semacamnya (bisa juga dengan sarung tangan, pen). Demikian pula untuk menulis Al Qur’an di kertas ketika hajat (dibutuhkan), maka diperbolehkan dengan menggunakan pembatas seperti kain tadi.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 10: 209-210)
Dari daftar amalan yang dilarang di atas, maka tampak jelas sebenarnya ada banyak amalan yang tidak terlarang untuk dilakukan. Seperti antara lain:
Amalan yang Tak Terlarang Saat Haidh:
1. Berdzikir.
Hakikat sholat adalah untuk berdzikir kepada Allah. Tapi larangan sholat tidak berarti terlarang untuk berdzikir kepada Allah. Berdzikir bisa menjadi amalan pengganti sholat agar kita bisa mendulang pahala sebanyak-banyaknya saat haid.
Berdzikir sendiri diperlukan oleh wanita haid karena wanita yang sedang berhalangan biasanya memiliki mood yang tidak stabil. Dengan dzikir, maka hati akan tenang. Sehingga ketidak-stabilan mood bisa diredam.
2. Bersedekah dan Memberi Makan Orang Miskin.
Haid menghalangi muslimah untuk berpuasa. Penggantinya, bisa saja kita membatalkan “puasa” orang miskin yang lapar karena ketidak-punyaannya. Hikmah puasa salah satunya adalah agar kita merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang tidak punya. Dengan begitu, akan memicu diri kita untuk bersimpati dan mencoba berbagi dengan mereka. Bila kita terbiasa berpuasa sunnah, maka saat haid kita bisa mengaplikasikan hikmah puasa tersebut.
3. Menjaga Kebersihan
Karena hadits yang sudah kita hafal, bahwa kebersihan itu sebagian dari iman, maka tidak ada alasan untuk tetap menjaga kebersihan saat mandi wajib dan berwudhu’ terlarang. Mandi biasa yang tidak diniatkan untuk membersihkan hadats besar tentu tidak terlarang dilakukannya. Dan mandi yang asal hukumnya mubah itu tentu bisa menjadi berpahala manakala kita niatkan untuk beribadah kepada Allah. Karena itu, menjaga niat menjadi penting. Selalu hadirkan niat kebaikan pada amalan-amalan mubah sekalipun, agar kita selalu mendulang pahala.
4. Ihram
Memang tawaf terlarang melakukannya saat haid, tapi ihram tidak. Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam memerintahkan Aisyah untuk mandi saat hendak ihram untuk haji padahal saat itu dia sedang haid. Diriwayatkan oleh Muslim.
5. Melayani Suami
Berhubungan suami istri memang mendapatkan pahala. Rasulullah bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Yaitu, setiap kali tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan hubungan intim kalian (dengan isteri) adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?” Rasulullah saw. menjawab, “Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)
Tapi walau terhalang untuk melakukan hubungan suami istri, masih bisa meraih pahala dengan melayani suami dengan optimal. Karena pelayanan kepada suami pun terhitung sedekah.
6. Berinteraksi dengan Qur’an dengan cara mengulang hafalan, mendengar bacaan Qur’an, dan mentadaburinya.
Cara membaca Qur’an tanpa menyentuhnya salah satunya adalah dengan cara muroja’ah hafalan Qur’an. Mintalah suami untuk memeriksa hafalan anda. Selama sepekan waktu haid bisa dimaksimalkan dengan mengulang hafalan-hafalan qur’an.
Selain itu, tidak ada larangan untuk mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Hafalan bisa bertambah, dan bacaan pun bisa diperbaiki.
Selain itu tidak ada larangan juga untuk mentadaburi ayat-ayat Al-Qur’an.
Jadi, ada banyak jalan untuk mendulang pahala saat haid.