Hal ini perlu dirinci, sebagai berikut:
📌 Jika “orang” yang dimaksud adalah awaamul muslimin (umumnya umat Islam), apalagi shalihin dan ulama, maka ini sangat-sangat terlarang. Baik makian secara umum atau dengan nama-nama hewan.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al Hujurat: 11)
Dalam hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
Memaki seorang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran. (HR. Al Bukhari No. 48)
Secara khusus, Ibrahim An Nakha’i Rahimahullah berkata:
(إذا قال الرجل للرجل يا حمار يا خنزير قيل له يوم القيامة حماراً رأيتني خلقته خنزيراً رأيتني خلقته)
Jika ada seorang laki-laki yang berkata kepada laki-laki lainnya, “Wahai Keledai… Wahai Babi ..” maka akan dikatakan kepadanya pada hari kiamat: “Apakah kau melihat Aku menciptakan dia sebagai keledai dan babi?” (Takhrijul Ihya’, 4/1786)
📌 Jika “orang” yang dimaksud adalah para ulama suu’ (ulama buruk), ulama yang menjual akhiratnya demi dunia, maka Allah Ta’ala telah mensifatkan dan mengumpamakan mereka dengan sebutan “anjing”.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS. Al A’raf: 176)
📌 Jika “orang” yang dimaksud adalah orang-orang yang inkar kepada Allah Ta’ala, kafir harbi, penista agama, maka Allah Ta’ala tegas menyebut mereka dengan “kera” dan “hewan ternak”, bahkan lebih sesat lagi dari hewan ternak.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf: 179)
Tentang Bani Israel, karena pembangkangan mereka, maka Allah Ta’ala berkata kepada mereka:
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. (QS. Al Baqarah: 65)
📌 Jika “orang” yang dimaksud adalah pemimpin yang zalim, jahat, dan bengis, tidak memimpin dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutnya dengan pemimpin berhati “syetan.”
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ
Akan ada setelah aku nanti pemimpin-pemimpin yang tidak mengambil petunjuk dari petunjukku, tidak berjalan di atas sunnahku, dan pada mereka akan ada orang yang hatinya berhati syetan pada tubuh manusia. (HR. Muslim No. 1847)
Demikian. Wallahu A’lam
Farid Nu’man Hasan