Sudah Mandi, Apakah Mesti Wudhu Lagi?

💥💦💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Assalamualaikum ustad mau nanya, kalau kita sebelum sholat itu mandi dulu, perlu wudhu lagi gak? Mksdnya ketika mandi selesai (waktu di kamar mandi) lalu kita wudhu (+62 878-3081-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Tergantung mandinya, jika mandinya adalah mandi biasa, seperti mandi pagi sore untuk segar-segar saja, bukan mandi junub, maka tetap wajib wudhu. Sebab mandi biasa bukanlah thaharah ..

Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah menjelaskan:

تمييز العبادات بعضها عن بعض ، كتمييز صلاة الظهر من صلاة العصر مثلاً وتمييز صيام رمضان من صيام غيره ، أو تمييز العبادات من العادات ، كتمييز الغُسل من الجنابة من غسل التبرد والتنظف ، ونحو ذلك، وهذه النيَّةُ هي التي تُوجد كثيراً في كلام الفقهاء في كتبهم

(Niat) itu membedakan sebagian ibadah dengan ibadah lainnya, seperti membedakan shalat Dzuhur dengan shalat Ashar, membedakan puasa Ramadhan dengan puasa lainnya. Atau membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan, misalnya membedakan antara mandi junub dengan mandi untuk menyejukkan badan atau membersihkannya, dan lain sebagainya. Niat seperti inilah yang banyak sekali dijumpai di perkataan para fuqaha’. (Jaami’ Al ‘Uluum wal Hikam, hal. 11)

Ada pun jika mandinya adalah mandi junub, maka itu sudah cukup dan tidak usah wudhu. Lagi pula tatacara mandi junub adalah diawali dgn wudhu dulu, artinya jika org yg mandi junubnya sempurna caranya pastilah dia sudah wudhu diawal mandi junubnya.

‘Aisyah Radhiyallahu Anha bercerita:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ

Adalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidaklah berwudhu lagi setelah mandi (junub).

(HR. An Nasa’i no. 252, Shahih)

Seorang laki-laki berkata kepada Abdullah bin Umar Radhiallahu ‘Anhu:

إِنِّي أَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ، قَالَ: «لَقَدْ تَعَمَّقْتُ»

“Saya berwudhu lagi setelah mandi.” Beliau menjawab: “Kamu berlebihan.”

(Al Mushannaf Libni Abi Syaibah, no.745)

Imam Asy Syaukani Rahimahullah berkata:

وَرُوِيَ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ قَالَ : ” أَمَا يَكْفِي أَحَدَكُمْ أَنْ يَغْسِلَ مِنْ قَرْنِهِ إلَى قَدَمَيْهِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ ؟ ” ، وَقَدْ رُوِيَ نَحْوُ ذَلِكَ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنْ الصَّحَابَةِ وَمَنْ بَعْدَهُمْ حَتَّى قَالَ أَبُو بَكْر بْن الْعَرَبِيِّ : إنَّهُ لَمْ يَخْتَلِفْ الْعُلَمَاءُ أَنَّ الْوُضُوءَ دَاخِلٌ تَحْتَ الْغُسْلِ وَأَنَّ نِيَّةَ طَهَارَةِ الْجَنَابَةِ تَأْتِي عَلَى طَهَارَةِ الْحَدَثِ وَتَقْضِي عَلَيْهَا ؛ لِأَنَّ مَوَانِعَ الْجَنَابَةِ أَكْثَرُ مِنْ مَوَانِعِ الْحَدَثِ فَدَخَلَ الْأَقَلُّ فِي نِيَّةِ الْأَكْثَرِ وَأَجْزَأَتْ نِيَّةُ الْأَكْبَرِ عَنْهُ

Diriwayatkan dari Hudzaifah, bahwa dia berkata: “Apakah tidak cukup bagi kalian mandi janabah dari ubun-ubun hingga ke kedua kaki, sampai-sampai kalian berwudhu segala?” Perkataan seperti itu juga telah diriwayatkan dari jamaah para sahabat dan orang-orang setelah mereka, sampai Abu Bakar bin Al ‘Arabi berkata: “Bahwa para ulama tidak berselisih pendapat, bahwa wudhu telah masuk ke dalam cakupan mandi janabah, dan niat bersuci dari janabah juga berlaku bagi niat bersuci dari hadats, dan itu dapat menghilangkan hadats tersebut. Karena sesungguhnya halangan-halangan bagi orang yang janabah lebih banyak dari pada orang yang sekedar berhadats. Oleh karena itu, sesuatu yang lebih sedikit sudah masuk ke dalam niat yang besar, dan niat besar sudah mencakupi niat yang sedikit.”

(Nailul Authar, 1/246-247)

Demikian. Wallahu a’lam

📙📘📕📒📔📓📗

🖋 Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top