Nafar Awal dan Nafar Tsani: Sama-Sama Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

💢💢💢💢💢💢

Disebutkan dalam Sunan Abi Daud:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْمَرَ الدِّيلِيِّ قَالَ
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِعَرَفَةَ فَجَاءَ نَاسٌ أَوْ نَفَرٌ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ فَأَمَرُوا رَجُلًا فَنَادَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ الْحَجُّ فَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا فَنَادَى الْحَجُّ الْحَجُّ يَوْمُ عَرَفَةَ مَنْ جَاءَ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ مِنْ لَيْلَةِ جَمْعٍ فَتَمَّ حَجُّهُ أَيَّامُ مِنًى ثَلَاثَةٌ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ

Dari Abdurrahman bin Ya’mar Ad Dili, ia berkata:

Aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau sedang di Arafah. Kemudian datang beberapa orang dari penduduk Najed, kemudian mereka memerintahkan seorang laki-laki untuk bertanya kepada Rasulullah Shallallahu wa’alaihi wa sallam: “Bagaimana berhaji itu?”

Kemudian Rasulullah Shallallahu wa’alaihi wa sallam memerintahkan seseorang agar mengumumkan:

“Haji adalah pada hari ‘Arafah, barang siapa yang datang sebelum shalat Subuh semenjak malam di Muzdalifah maka Hajinya telah sempurna, hari-hari di Mina ada tiga, barang siapa yang menyegerakan dalam dua hari (Nafar Awal) maka tidak ada dosa padanya dan barang siapa yang menunda (Nafar Tsani) maka tidak ada dosa baginya.

(HR. Abu Daud No. 1664, shahih)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merestui keduanya, dan keduanya sama-sama ada dalam sunnah qauliyah (Sunnah perkataan). Hanya saja Beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memilih Nafar Tsani untuk menghindar berdesakannya manusia pada saat itu (haji wada’), namun keduanya sama-sama boleh dilakukan.

Imam Abul Hasan Al Mawardi Rahimahullah berkata:

فَالنَّفْرُ الأولى فِي الْيَوْمِ الثَّانِيَ عَشَرَ وَالنَّفْرُ الثَّانِي فِي الْيَوْمِ الثَّالِثَ عَشَرَ فَإِنْ نَفَرَ فِي الْيَوْمِ الْأَوَّلِ كَانَ جَائِزًا وَسَقَطَ عَنْهُ الْمَبِيتُ بِمِنًى فِي لَيْلَتِهِ وَسَقَطَ عَنْهُ رَمْيُ الْجِمَارِ مِنْ غَدِهِ
وَأَصْلُ ذَلِكَ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَإِجْمَاعُ الْأُمَّةِ 

Maka, Nafar pertama di hari ke 12 dan Nafar kedua di hari 13. Sesungguhnya Nafar Awal adalah boleh, dan gugurlah bermalam di Mina pada malam harinya dan gugurlah pula kewajiban jumroh keesokannya.

Dasar hal ini adalah Al Qur’an, As Sunnah, dan Ijma’ umat. (Al Hawi Al Kabir, 4/199)

Maka, siapa yang menjalankan Nafar Awal maka dia menjalankan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan yang menjalankan Nafar Tsani dia juga menjalankan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kondisi-kondisi yang mengitarinyalah yang membuat mana yang mesti dipilih. Bagi jamaah haji yang masih muda, sehat, bisa jadi kuat berlama-lama di Mina sampai 13 Dzulhijjah (Nafar Tsani), bisa jadi ini lebih utama bagi mereka. Tapi, jika jamaah banyak yang sepuh, tidak kuat dengan cuaca, perjalanan jauh, sakit, hiruk pikuk, tentu Nafar Awal lebih pas bagi mereka untuk mencegah potensi madharatnya.

So, masalah ini pertimbangannya bukan hanya sisi Syara’, tapi juga variabel lainnya.

Wallahu a’lam wa Lillahil ‘Izzah

🍀☘🌹🌸🍃🎋🌷

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top