Arti, Hukum dan Tata Cara Istighatsah

💢💢💢💢💢💢💢💢

I. Maknanya

Di ambil dari kata Al Ghauts – الغوث, yg artinya pertolongan. Maka, istighatsah adalah:

طلب الغوث والنصر

Meminta pertolongan dan bantuan (Tafsir Al Qurthubi, 5/278)

Apa bedanya dengan isti’anah (thalabul ‘aun) ? Secara harfiyah sama-sama meminta pertolongan, tapi ada sedikit perbedaan.

Istightsah adalah meminta pertolongan saat susah (asy syiddah) dan sempit (adh dhiq). Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam saat perang Badar.

Allah Ta’ala berfirman:

إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ

(Ingatlah), ketika kamu beristighatsah (memohon pertolongan) kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

(QS. Al-Anfal, Ayat 9)

Sedangkan isti’anah, adalah meminta pertolongan secara umum baik keadaan susah, payah, atau biasa saja. Allah Ta’ala berfirman:

وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ

Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

(QS. Al-Baqarah, Ayat 45)

II. Dalilnya

Dalil istighatsah begitu banyak, di antaranya surat Al Anfal ayat 9 di atas.

Juga doa-doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seperti:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ: «يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ»

Anas bin Malik berkata bawah Jika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang menghadap permasalahan besar, maka Beliau berdoa: “Ya Hayyu Ya Qayyum birahmatika astaghiits – Wahai yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan, dengan rahmatMu aku minta pertolonganMu.”

(HR. At Tirmidzi no. 3524, Al Hakim no. 2052. Beliau mengatakan: shahih sesuai syarat Bukhari Muslim)

Juga doa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam saat menjelang perang Badar, dengan suara keras dan mengangkat kedua tangannya

.. فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ…

Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menghadapkan wajahnya ke arah kiblat sambil menengadahkan tangannya, beliau berteriak: “ALLAHUMMA ANJIZ LII MAA WA’ADTANI, ALLAHUMMA AATI MAA WA’ADTANI, ALLAHUMMA IN TUHLIK HAADZIHIL ‘ISHAABAH MIN AHLIL ISLAM LA TU’BAD FIL ARDHI (Ya Allah, tepatilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-Mua di muka bumi ini).’ Demikianlah, beliau senantiasa berdoa dengan suara keras kepada Rabbnya dengan mengangkat tangannya sambil menghadap ke kiblat…

(HR. Muslim no. 3309)

Dalam hadits ini menunjukkan tidak masalah istighatsah dengan mengeraskan suara dan mengangkat kedua tangan.

Imam an Nawawi Rahimahullah mengatakan:

وَفِيهِ اسْتِحْبَابُ اسْتِقْبَالِ الْقِبْلَةِ في الدعاء ورفع اليدين فيه وأنة لابأس بِرَفْعِ الصَّوْتِ فِي الدُّعَاءِ

Dalam kisah ini menunjukkan hal yang disunnahkan menghadap kiblat dan mengangkat tangan saat berdoa, dan tidak apa-apa meninggikan suara dalam berdoa. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 12/84)

Al Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah mengatakan:

وقوله: ” فما زال يهتف بربه “: أى يصيح بالدعاء والاستغاثة به

Perkataan: “beliau senantiasa berdoa dengan suara keras kepada Rabbnya” artinya dia memekikkan suara saat berdoa dan meminta pertolongan.

(Ikmal al Mu’ lim, 6/94)

III. Boleh sendiri dan bersama-sama

Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa istighatsah bisa dilakukan sendiri-sendiri, dan juga bersama-sama.

Syaikh Ibnu ‘Asyur Rahimahullah menjelaskan

surat Al Anfal ayat 9:

استغاثة النبي صلى الله عليه وسلم والمسلمينَ ربّهم على عدوهم ، حين لقائهم مع عدوهم يومَ بدر ، فكانت استجابة الله لهم بإمدادهم بالملائكة

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan kaum muslimin beristighatsah kepada Rabb mereka untuk melawan musuh-musuhnya, disaat berjumpa dengan mereka pada perang Badar maka Allah Ta’ala mengabulkan doa mereka dengan diturunkannya para malaikat yg berturut-turut.

(At Tahrir wat Tanwir, 6/164)

Berjamaah dalam ketaatan itu pada dasarnya dianjurkan, apalagi jika membuahkan banyak manfaat, seperti: keterpautan hati, kuatnya ikatan, menggunakan waktu untuk sesuatu yang bermanfaat, memberi pengajaran kepada orang awam yang belum belajar dengan baik, dan mempublikasikan syi’ar agama Allah Ta’ala. Selama di dalamnya tidak tercampur oleh hal-hal yang mungkar atau melalaikan yang lebih wajib.

Demikian. Wallahu a’lam

🌿🌻🍃🍀🌷🌸🌳

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top