Memperpanjang Takbir Saat Bangun Dari Sujud, Adakah Dasarnya?

💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

Dalam sholat berjama’ah, terkadang kami dapati imam dalam membaca takbir perpindahan gerak misal dari sujud ke berdiri dibaca lebih panjang dari 2 harakat dan saat dari sujud ke tahiyyat terkadang ada yang intonasinya berbeda. Adakah tuntunannya tentang hal ini? (+62 852-1671-xxxx)

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Bismillah wal Hamdulillah ..

Untuk takbir intiqaal (perpindahan antar posisi shalat), tidak ada riwayat bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memanjangkan. Tetapi memang sebagian ulama menganjurkan, yg lain tetap tidak menganjurkan.

Pihak yg menganjurkan, berhujjah dengan hadits ini:

كان إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ

Dahulu jika Nabi mendirikan shalat Beliau bertakbir saat berdiri kemudian bertakbir saat ruku’. (HR. Bukhari no. 789, Muslim no. 392)

Kalimat yukabbiru hiina yarka’, bertakbir saat ruku’, menunjukkan adanya pemanjangan.

Oleh karena itu Imam An Nawawi berkata:

هَذَا دَلِيل عَلَى مُقَارَنَة التَّكْبِير لِهَذِهِ الْحَرَكَات وَبَسْطه عَلَيْهَا ، فَيَبْدَأ بِالتَّكْبِيرِ حِين يَشْرَع فِي الِانْتِقَال إِلَى الرُّكُوع وَيَمُدّهُ حَتَّى يَصِل حَدَّ الرَّاكِعِينَ ….” انتهى

Ini dalil adanya perbandingan takbir pada gerakan-gerakan ini dan memperpanjangnya. Takbir dimulai saat perpindahan sampai ruku’, dan memanjangkannya sampai batas orang yg ruku’ …. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 4/99)

Tapi, Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani mengoreksi Imam An Nawawi dengan mengatakan:

ودلالة هذا اللفظ على البسط الذي ذكره غير ظاهرة

Relasi Lafaz ini dengan makna memanjangkan sebagaimana yang disebutkannya (Imam An Nawawi) tidaklah benar. (Fathul Bari, 2/273)

Imam Ash Shan’ani juga menanggapinya dengan mengatakan:

وأما القول بأنه يمد التكبير حتى يتم الحركة ، فلا وجه له، بل يأتي باللفظ من غير زيادة على أدائه ولا نقصان منه

Ucapan Imam An Nawawi bahwa itu memanjangkan takbir sampai sempurna gerakan, tidak ada sisi dalilnya, tetapi lafaz itu mesti dilakukan tanpa tambahan dan pengurangan. (Subulussalam, 1/367)

Ibrahim An Nakha’iy berkata:

التكبير جذم ..

Takbir itu jadzm (Al Mushannaf, Imam Abdurraazzaq, no. 2553)

Abdurazzaq berkata maksud jadzm adalah: Laa yumad – tidak dipanjangkan.

Pendapat yg pertengahan adalah penjelasan Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin Rahimahullah. Menurutnya memanjangkan takbir intiqaal tidak ada dalilnya, tapi masalah ini masalah yang lapang saja selama tidak mengubah artinya. Tapi lebih utama adalah mengikuti Sunnah yaitu tidak memanjangkannya ..

Beliau berkata:

ولكن؛ الظاهرُ ـ والله أعلم ـ أنَّ الأمرَ في هذا واسعٌ ما لم يُخِلَّ بالمعنى، ولكن ليس مدَّها بأفضل مِن قصرها كما يتوهَّمُه بعض الناس….. والنبيُّ صلّى الله عليه وسلّم لم يُنقل عنه أنه كان يفرِّقُ بين التَّكبيراتِ، بل إن ظاهر صنيعه عليه الصَّلاةُ والسَّلامُ أنه لا يُفرِّقُ….. وأهمُّ شيءٍ هو اتِّباعُ السُّنَّةِ …..

Tetapi, yang benar -wallahu a’lam- masalah ini luas saja selama tidak merusak makna. Namun bukan berarti memanjangkan lebih utama dibanding memendekkan sebagaimana disangka sebagian orang ..

Tidak ada riwayat dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa Beliau membedakan takbir-takbir ini .. yang benar takbir yang diperbuat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak ada perbedaan .. dan suatu yg terpenting adalah mengikuti Sunnah ..

(Syarhul Mumti’ 3/24-25)

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🌱🌴🌾🌸🍃🌵🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top