Memakai Surban; Sunah atau Tradisi?

💢💢💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

asalamulaikum wr.wb…
mau tanya…bagaimana hukum memakai sorban,soalnya ada yang bilang itu budaya arab…mohon beri penjelasan ustad beserta sumbernya…???

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Perlu diketahui, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memakai gamis, jubah, izar (kain sarung), peci, rida (selendang), dan sorban (‘imaamah).

Hanya saja para ulama berbeda pendapat apakah ini SUNNAH secara hukum, ataukah ini adat yang mubah saja.

Ada penjelasan yang bagus dari Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah berikut ini:

واختلف العلماء في لبس العمامة هل هو من المباحات والعادات ، أم يعدّ سنة يشرع فيه الاقتداء بالرسول صلى الله عليه وسلم ، والأظهر أن ذلك من باب العادات والمباحات ، والأصل أن يلبس الإنسان ما يلبسه قومه – ما لم يكن محرما – وألا يشذ عنهم بلباس يشتهر به ؛ لنهي النبي صلى الله عليه وسلم عن لباس الشهرة ، ولو قيل بأن العمامة سنة من أجل أن النبي صلى الله عليه وسلم لبسها ، لقيل أيضا بأن لبس الإزار والرداء سنة لأن النبي صلى الله عليه وسلم لبسهما 

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum memakai surban, apakah itu termasuk perkara adat kebiasaan yang mubah ataukah Sunnah dlm rangka mengikuti Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam.

Yang BENAR adalah itu termasuk Bab kebiasaan yang mubah, sebab pada dasarnya manusia akan memakai pakaian seperti yang dipakai kaumnya -selama tidak ada unsur keharaman- dan tidak membuat heran manusia dengan memakai pakaian ketenaran, karena Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang memakai pakaian yang membuat tenar.

Seandainya memakai surban itu SUNNAH karena Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memakainya, maka tentu me memakai kain sarung dan rida (selendang/selimut) juga sunnah, sebab Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memakai keduanya.

(Fatawa Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 113894)

Dalam fatwa Al Lajnah Ad Daimah juga disebutkan:

وأما لبس العمامة فهو من المباحات وليس بسنة كما توهمت ، والأولى أن تبقى على ما يلبسه أهل بلدك على رؤوسهم من الغترة والشماغ ونحوه

Ada pun memakai Surban, itu termasuk perkara-perkara yang dibolehkan bukan Sunnah sebagaimana yang Anda sangka.

Yang lebih utama adalah memakai pakaian yang dipakai oleh orang-orang di negeri Anda, di kepala mereka menggunakan ghutrah (sorbannya Arab Saudi), dan kafiyeh, dan semisalnya.

(Al Lajnah Ad Daimah, 24/42)

Syaikh Utsaimin Ibnu Rahimahullah ditanya tentang Surban, sunah atau adat kebiasaan, Beliau menjawab:

“لا ، لباس العمامة ليس بسنة ، لكنه عادة ، والسنة لكل إنسان أن يلبس ما يلبسه الناس ما لم يكن محرماً بذاته ، وإنما قلنا هذا ؛ لأنه لو لبس خلاف ما يعتاده الناس لكان ذلك شهرة ، والنبي صلى الله عليه وسلم نهى عن لباس الشهرة ، فإذا كنا في بلد يلبسون العمائم لبسنا العمائم ، وإذا كنا في بلد لا يلبسونها لم نلبسها ، وأظن أن بلاد المسلمين اليوم تختلف ، ففي بعض البلاد الأكثر فيها لبس العمائم ، وفي بعض البلاد بالعكس ، والنبي صلى الله عليه وسلم كان يلبس العمامة ؛ لأنها معتادة في عهده ، ولهذا لم يأمر بها ، بل نهى عن لباس الشهرة ، مفيداً إلى أن السنة في اللباس أن يتبع الإنسان ما كان الناس يعتادونه ، إلا أن يكون محرماً …

Tidak, surban bukan Sunnah, itu kebiasaan. Yang disunnahkan bagi manusia adalah memakai pakaian yang dipakai manusia (di tempatnya) selama tidak mengandung keharaman.

Sesungguhnya kami katakan ini sebab jika kita memakai pakaian yang berbeda dengan kebiasaan masyarakat kita maka itu akan menjadi pakaian ketenaran, dan Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang itu.

Jika kita tinggal di negeri yang memakai Surban maka kita memakainya. Sebaliknya, jika kita tinggal di negeri yang tidak memakainya maka kita tidak memakainya.

Saya lihat negeri-negeri kaum muslimin hari ini berbeda-beda. Sebagian ada yang begitu banyak memakai surban, sebagian negeri kebalikannya, Tidak memakai surban.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam memakainya karena itu kebiasaan di zamannya. Oleh karena itu Beliau tidak memerintahkannya, tapi Beliau melarang pakaian Syuhrah (ketenaran).

Jadi, faidah dari penjelasan ini, bahwa sunnahnya adalah memakai pakaian yang biasa dipakai manusia di tempatnya kecuali jika ada unsur yang diharamkan …

(Liqa Bab Al Maftuuh, 23/160)

Oleh karena itu, saya lebih sering pakai kain sarung, peci, dan Koko jika ta’lim di lingkungan rumah, atau celana panjang dan Koko kalau pengajian di kantor-kantor. Jarang pakai gamis dan surban, menghindar ‘tampil beda’ di tengah masyarakat.

Demikian. Wallahu a’lam

🌷🌱🌴🌾🌸🍃🌵🍄

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top