“Tahanlah olehmu Jari jemarimu” bukanlah hadits Nabi ﷺ
Tapi kalimat tsb terinspirasi dari hadits:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir berkata, Aku bertanya: Wahai Rasulullah ﷺ bagaimana supaya selamat? beliau menjawab:
1. Jagalah olehmu lisanmu
2. Hendaklah rumahmu membuatmu lapang
3. dan menangislah karena dosa dosamu (HR. At Tirmidzi no. 2406, hasan)
Menjaga lisan adalah salah satu jalan keselamatan; asalkan mampu menjaganya dari menyebar fitnah (berita bohong), ghibah, adu domba, caci makian, dan semisalnya.
Kebalikannya, mulut (lisan) pula yang paling banyak menyebabkan manusia ke neraka. Sebagaimana hadits:
وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ
Rasulullah ﷺ ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab: “(karena) Mulut dan kemaluan.” (HR. At Tirmidzi no. 2004, hadits hasan)
Namun, zaman media sosial seperti sekarang, komunikasi manusia lebih didominasi atau diwakili oleh jari jemarinya, sehingga jari jemari menjadi delegasi lisannya. Baik mengetik, men-share, men-copas, komen, dll.
Oleh karena itu, pastikan dulu apa yang kita tulis, share, copas, adalah akurat, benar, dan memiliki manfaat.
Bukan berita dusta, atau bukan sesuatu yang tidak ada manfaat. Jangan asal share, asal komen, asal copas.
Rasulullah ﷺ bersabda:
بِحَسْبِ الْمَرْءِ مِنَ الْكَذِبِ أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
Cukuplah seseorang termasuk berbohong jika dia membicarakan semua apa yang didengarnya. (HR. Muslim no. 5)
Imam an Nawawi Rahimahullah menjelaskan:
وَأَمَّا مَعْنَى الْحَدِيثِ وَالْآثَارِ الَّتِي فِي الْبَابِ فَفِيهَا الزَّجْرُ عَنِ التَّحْدِيثِ بِكُلِّ مَا سَمِعَ الْإِنْسَانُ فَإِنَّهُ يَسْمَعُ فِي الْعَادَةِ الصِّدْقَ وَالْكَذِبَ فَإِذَا حَدَّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ فَقَدْ كَذَبَ لِإِخْبَارِهِ بِمَا لَمْ يَكُنْ وَقَدْ تَقَدَّمَ أَنَّ مَذْهَبَ أَهْلِ الْحَقِّ أَنَّ الْكَذِبَ الْإِخْبَارُ عن الشيء بخلاف ماهو وَلَا يُشْتَرَطُ فِيهِ التَّعَمُّدُ لَكِنَّ التَّعَمُّدُ شَرْطٌ فِي كَوْنِهِ إِثْمًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Ada pun makna hadits dan atsar dalam bab ini adalah larangan keras bagi manusia membicarakan semua yang dia dengarkan, sebab aktifitas mendengarkan itu biasanya ada berita yang benar dan berita yang bohong, maka jika dia membicarakan semua yang didengarnya barang tentu dia telah berbohong, karena telah menyebarkannya apa-apa yang tidak terjadi. Telah dijelaskan sebelumnya, menurut madzhab Ahlul haq bahwa yang dikatakan berita bohong adalah sesuatu yang menyelisihi apa yang seharusnya. Dalam hal ini, unsur kesengajaan itu tidaklah menjadi syarat bahwa dia telah berbohong, tetapi kesengajaan itu merupakan syarat yang membuat dirinya berdosa. Wallahu A’lam
(al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 1/75)
Maka, jangan tergesa-gesa menyebarkan berita, sebab tergesa-gesa itu dari syetan. Rasulullah ﷺ bersabda:
التأني من الله و العجلة من الشيطان
Hati-hati itu dari Allah, tergesa-gesa itu dari syetan.
(HR. al Baihaqi, as Sunan al Kubra, 10/104. Sanadnya: hasan)
Maka, sayangilah diri kita di akhirat nanti … disaat jari jemari akan berbicara dan menjadi saksi atas apa yang telah diperbuatnya.
Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamith Thariq
✍ Farid Nu’man Hasan