Abu Qilabah Rahimahullah berkata:
إذا بلغك عن أخيك شيء تكرهه فالتمس له عذرا فإن لم تجد له عذرا فقل لعل له عذرا لا أعلمه
“Apabila sampai kepadamu berita tentang saudaramu tentang perkara yang engkau membencinya, maka carikanlah ‘udzur (alasan) untuknya. Jika engkau tidak mendapatkan ‘udzur untuknya maka katakanlah, “Mungkin ada ‘udzur baginya yang tidak aku ketahui.”
(Imam Ibnu Hibban, Raudhatul ‘Uqalaa wa Nuzhatul Fudhala, Hal. 184. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut. 1977M-1397H)
Imam Al ‘Aini menyebutkan:
و قيل إِحْسَان الظَّن بِاللَّه عز وَجل وبالمسلمين وَاجِب
Berbaik sangka kepada Allah dan kaum muslimin adalah wajib. (‘Umdatul Qaari, 20/133)
Maka, jika ada saudara kita yg dikenal baik, shalih, atau ahli ilmu, namun datang berita tentangnya hal yang negatif. Maka, tahanlah diri untuk membenarkan keburukan itu sampai benar-benar sah dan terbukti bahwa dia melakukan keburukan tsb. Apalagi jika berita datangnya dari orang atau media yang tidak jelas kejujurannya, atau ada motiv tertentu tentang berita itu.
Jika terbukti pun, tidak lantas kita ikut menyebarluaskan jika itu aib pribadi atau keluarganya. Menutup aib sesama muslim adalah kewajiban, agar Allah Ta’ala menutup aib kita di akhirat.
Wallahu A’lam
☘
✏️ Farid Nu’man Hasan