Makna Syetan Diikat Ketika Ramadhan

💥💦💥💦💥💦

Pertanyaan:

جاء فى بعض الأحاديث أن الشياطين تصفد فى رمضان ، فكيف يتفق هذا مع وقوع جرائم كثيرة فى رمضان من الصائمين وغير الصائمين ؟

“Sebagian hadits menyebutkan bahwa syetan dibelenggu ketika Ramadhan. Bagaimana mengkompromikan hal ini dengan realita bahwa kejahatan tetap banyak terjadi pada Ramadhan yang  dilakukan orang berpuasa dan   yang tidak berpuasa?”

Jawab (oleh Syaikh ‘Athiyah Saqr – Mufti Mesir pada zamannya):

روى البخارى ومسلم أن النبى صلى الله عليه وسلم قال : ” إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار وصفدت الشياطين ” وروى ابن خزيمة فى صحيحه قوله صلى الله عليه وسلم ” إذا كان أول ليلة من شهر رمضان صفدت الشياطين مردة الجن . . . ” .
إن الواقع يشهد بأن المعاصى ما تزال ترتكب فى رمضان وغير رمضان ، ومن أجل التوفيق بين الحديث الثابت وبين الواقع المشاهد قال الشراح : إن المراد بتقييد الشياطين فى رمضان عدم تسلطها على من يصومون صوما صحيحا كاملا رُوعيت فيه كل الآداب التى منها عفة اللسان والنظر والجوارح كلها عن المعصية ، استجابة للحديث الذى رواه البخارى : ” من لم يدع قول الزور والعمل به فليس للَّه حاجة فى أن يدع طعامه وشرابه ” أو المراد بالشياطين التى تصفد المردة والجبابرة منهم كما فى رواية ابن خزيمة، أما غيرهم فلا يقيدون ولذلك تقع من الناس بعض المعاصى ، أو المراد أن الشياطين كلها تُغَلُّ بمعنى يضعف نشاطها ولا تكون بالقوة التى عليها بدون أغلال وقيود ، أو المراد :
أن المعاصى التى تكون بسبب الشياطين تمنع ، ولكن تقع المعاصى التى يكون سببها النفوس الخبيثة الأمارة بالسوء أو العادات القبيحة أو شياطين الإنس ، ومن هنا نرى أن الحديث لا يصطدم مع الواقع عند فهمه فهما صحيحا ، وذلك ما نحب أن نلفت الأنظار إليه فى فهم نصوص الدين حتى لا يكون هناك شك فى الدين أو انحراف فى الفكر أو السلوك

“Al Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika datang Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan dibelenggu.” Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam Shahihnya, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jika datang malam pertama bulan Ramadhan syetan jin yang durhaka dibelenggu …”

Sesungguhnya kenyataan yang ada adalah tetap  adanya maksiat  pada bulan Ramadhan dan selainnya,  maka mesti dikompromikan antara hadits-hadits shahih dengan kenyataan yang tampak ini.  Para pensyarah (penjelas) mengatakan:

“Bahwa diikatnya syetan bermakna mereka tidak memiliki kekuasaan terhadap orang yang berpuasanya benar, sempurna,  dan bagus, yang di dalamnya meliputi semua adab-adab seperti menjaga lisan, pandangan, dan perbuatan lahiriyah seluruhnya dari maksiat. Hal ini merupakan jawaban dari hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak membutuhkan aktifitas meninggalkan makan dan minumnya.”

Dan dikatakan pula: “Yang dimaksud dengan syetan yang dibelenggu adalah  yang durhaka dan lalim dari kaum mereka (Jin), sebagaimana hadits Ibnu Khuzaimah. Ada pun selain mereka tidaklah dibelenggu, maka dari itu terjadilah maksiat yang dilakukan manusia.” Atau maksudnya pula adalah: “Bahwa semua syetan terbelenggu dengan artian melemah akifitasnya, dan tidaklah dia menjadi kuat jika diikat dan dibelenggu.” Atau maksudnya adalah: “Bahwa maksiat yang disebabkan dari syetan menjadi tercegah, sedangkan maksiat yang ada adalah disebabkan jiwa yang buruk yang memerintahkan pada kejelekan (amarah bis suu’), kebiasaan yang jelek, atau syetan dalam bentuk manusia.”

Dari sini kita melihat bahwa hadits-hadits tersebut tidaklah bertentangan dengan kenyataan ketika kita memahaminya dengan pemahaman yang benar. Dan hal itu, bukan berarti  kita suka memalingkan berbagai pandangan terhadap  nash-nash agama, sehingga tidak ada lagi keraguan terhadap agama, atau penyimpangan pemikiran dan perilaku.”   (Fatawa Darul Ifta’ Al Mishriyah, 9/253)

🍃🌴🌻🌸🌾🌺☘🌷

✏ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top