Shalat Jama’ah Bagi Kaum Laki-laki Menurut Madzhab Syafi’i

Para fuqaha sejak masa salaf dan khalaf berbeda pendapat tentang status shalat berjamaah bagi kaum laki-laki. Sebagian mengatakan sunnah muakkadah, fardhu kifayah, fardhu ‘ain, bahkan ada pula yang mengatakan sebagai salah satu syarat sahnya shalat kecuali bagi yg uzur sebagaimana pendapat Imam Sa’id bin al Musayyab dan Imam Ibnu Taimiyah.

Lalu, bagaimana menurut mazhab Syafi’i? Berikut ini pembahasannya.

Imam Abul Hasan al Mawardi Rahimahullah mengatakan:

فأما الجماعة لسائر الصلوات المفروضات فلا يختلف مذهب الشافعي وسائر أصحابه أنها ليست فرضا على الأعيان، واختلف أصحابنا هل هي فرض على الكفاية أم سنة؟ فذهب أبو العباس بن سريج، وجماعة من أصحابنا إلى أنها فرض على الكفاية، وذهب أبو علي بن أبي هريرة، وسائر أصحابنا إلى أنها سنة

Ada pun shalat berjamaah di semua shalat wajib, tidak ada perbedaan pendapat madzhab Syafi’i dan semua sahabatnya (Syafi’iyah) bahwa itu BUKAN FARDHU ‘AIN.

Para sahabat kami (Syafi’iyah) berbeda pendapat apakah itu fardhu kifayah atau sunnah? Abul ‘Abbas bin Suraij dan segolongan sahabat-sahabat kami mengatakan fardhu kifayah, sedangkan Abu Ali bin Abi Hurairah dan semua sahabat kami mengatakan itu sunnah.

(Al Hawi Al Kabir, 2/297)

Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan:

فالجماعة مأمور بها للأحاديث الصحيحة المشهورة وإجماع المسلمين وفيها ثلاثة أوجه لأصحابنا (أحدها) أنها فرض كفاية (والثاني) سنة وذكر المصنف دليلهما (والثالث) فرض عين لكل ليست بشرط لصحة الصلاة وهذا الثالث قول اثنين من كبار أصحابنا المتمكنين في الفقه والحديث وهما أبو بكر ابن خزيمة وابن المنذر قال الرافعي وقيل إنه قول للشافعي والصحيح أنها فرض كفاية وهو الذي نص عليه الشافعي في كتاب الإمامة كما ذكره المصنف
وهو قولي شيخي المذهب ابن سريج وأبي اسحق وجمهور أصحابنا المتقدمين وصححه أكثر المصنفين وهو الذي تقتضيه الأحاديث الصحيحة وصححت طائفة كونها سنة منهم الشيخ أبو حامد …

Shalat berjamaah adalah hal yang diperintahkan, berdasarkan hadits-hadits shahih yang terkenal dan ijma’ kaum muslimin.

Dalam masalah ini, ada TIGA pendapat sahabat-sahabat kami (Syafi’iyah):

1. Fardhu Kifayah

2. Sunnah, seperti yang disebutkan Al Mushannif (Imam Abu Ishaq Asy Syirazi)

3. Fardhu ‘Ain, tetapi bukan syarat sahnya shalat.

Pendapat yg ketiga (fardhu ‘ain) adalah pendapat dua imam besar madzhab kami yang begitu mumpuni fiqih dan haditsnya, yaitu Imam Abu Bakar bin Khuzaimah dan Imam Ibnul Mundzir.

Ar Rafi’i mengatakan: “Disebutkan bahwa itu (fardhu ‘ain) adalah perkataan Imam Asy Syafi’i.” Namun yang BENAR adalah FARDHU KIFAYAH, itulah yg dikatakan Imam Asy Syafi’i dalam kitab Al Imaamah, seperti yang disebutkan oleh Al Mushannif.

Ini (fardhu kifayah) juga pendapat dua syaikh dalam madzhab Syafi’i yaitu Ibnu Suraij dan Abu Ishaq,dan mayoritas Syafi’iyah terdahulu (mutaqadimin), dan dishahihahkan oleh mayoritas penyusun kitab, dan itulah yang ditetapkan oleh hadits-hadits shahih.

Segolongan ulama (Syafi’iyah) menshahihkan bahwa itu SUNNAH, di antaranya Abu Hamid (Al Ghazali)…

(Imam An Nawawi, Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 5/212)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah – pakarnya fiqih madzhab Syafi’i- mengatakan:

وهي في الصلاة المؤداة للرجال المقيمين لا المسافرين في الأصح، في الفرائض غير الجمعة وفي الحمعة فرض عين

Berjamaah dalam shalat adalah KIFAYAH bagi laki-laki yg mukimin (tidak bepergian), bukan bagi yang sedang safar menurut pendapat yang lebih shahih, yaitu pada shalat-shalat wajib selain shalat Jumat, ada pun untuk shalat Jumat adalah fardhu ‘ain.

(Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Al Fiqh Asy Syafi’iyyah Al Muyassar, 1/239)

Beliau juga berkata:

وتحصل الجماعة بصلاة الرجل في بيته مع زوجته و أولاده و غيرهم لكنها للرجال في المسجد أفضل و أكثرها جماعة افضل

Berjamaah itu sdh cukup dengan shalatnya seorang laki-laki di rumahnya bersama istrinya, anak-anaknya, atau selain mereka. Tetapi laki-laki di masjid adalah lebih utama, dan jamaah yang lebih banyak jg lebih utama.

(Ibid, 1/239)

Dalam kitab Al Fiqh Al Manhaji ‘ala Madzhabi Al Imam Asy Syafi’i, yang disusun oleh Syaikh Mushthafa Al Bugha, Syaikh Mushthafa Al Khin, dan Syaikh Ali Syarbajiy, dikatakan:

الصحيح أنها – فيما عدا صلاة الجمعة – فرض كفاية، لا تسقط فرضيتها عن أهل البلدة إلا حيث يظهر شعارها؛ فإن لم تؤد فيها مطلقا أو أديت في خفاء أثم أهل البلدة كلهم، ووجب على الإمام قتالهم

Yang BENAR shalat jamaah adalah fardhu kifayah, kecuali shalat Jumat. Kewajiban shalat berjamaah tidak gugur bagi penduduk sebuah negeri kecuali jika telah nampak syiar shalat Jamaah.

Jika di negeri tersebut tidak ada shalat jamaah atau ada tapi tersembunyi, maka BERDOSA semua penduduknya, dan penguasa wajib memerangi mereka.

(Al Fiqhu Al Manhaji fi Madzhabi Al Imam Asy Syafi’i, 1/177)

Kesimpulan:

– Yang paling dikuatkan dalam madzhab Syafi’i, shalat berjamaah adalah Fardhu Kifayah. Boleh dilakukan di rumah bersama keluarga, tapi berjamaah di masjid lebih utama.

– Sebagian kecil mengatakan fardhu ‘ain, dan banyak pula yg mengatakan sunnah.

– Jika tidak ada shalat Jamaah di sebuah daerah atau ada tapi sembunyi-sembunyi, maka penguasa negeri tsb wajib memerangi daerah tersebut. Demikian dalam madzhab Syafi’i.

Wallahu a’lam. Wa Shalallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala aalihi wa Shahbihi wa Sallam

✍️ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top