💢💢💢💢💢💢💢
Daftar Isi
Definisi:
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata tentang arti nifas:
تعريفه: هو الدم الخارج من قبل المرأة بسبب الولادة وإن كان المولود سقطا.
Definisinya: yaitu darah yang keluar dari kemaluan wanita dengan sebab melahirkan, walau pun keguguran. (Fiqhus Sunnah, 1/84)
Dalam kitab Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah disebutkan definisi nifas, sebagai berikut:
النِّفَاسُ دَمٌ يَخْرُجُ عَقِبَ الْوِلاَدَةِ ، وَهَذَا الْقَدْرُ لاَ خِلاَفَ فِيهِ ، وَزَادَ الْمَالِكِيَّةُ فِي الأْرْجَحِ : وَمَعَ الْوِلاَدَةِ ، وَزَادَ الْحَنَابِلَةُ : مَعَ وِلاَدَةٍ وَقَبْلَهَا بِيَوْمَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةٍ
“Nifas adalah darah yang keluar setelah kelahiran, dan bagian ini tidak ada perbedaan pendapat ulama. Malikiyah menambahkan dalam pendapat yang lebih kuat: darah yang keluar bersamaan dengan kelahiran. Hanabilah (Hambaliyah) menambahkan: darah yang keluar bersamaan dengan kelahiran dan juga sebelumnya baik dua atau tiga hari sebelumnya.” (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 3/198)
Dengan demikian, darah yang keluar karena melahirkan, baik menjelang melahirkan (selama dibarengi mulas melahirkan), saat melahirkan, dan setelahnya, maka itulah nifas. Jadi, bukan sekedar flek-flek biasa tanpa dibarengi rasa mulas melahirkan.
Ciri fisik Darah Nifas
Keluarnya lebih deras dibanding haid, warnanya tidak sampai hitam, tidak sekental haid, dan baunya juga menyengat.
Hukum Wanita Nifas
Hukum wanita nifas sama dengan wanita haid atau orang junub.
Berkata Imam Ibnu Hazm Rahimahullah:
وحكمه حكم الحيض في كل شئ لقول رسول الله صلى الله عليه وسلم لعائشة: (أنفست؟ قالت: نعم (فسمى الحيض نفاسا، وكذلك الغسل منه واجب باجماع
Hukumnya sama dengan hukum haid dalam segala hal, karena Rasulullah ﷺ bersabda kepada ‘Aisyah: “Apakah engkau sedang nifas?” ‘Aisyah menjawab: “Ya.” Pada hadits ini Rasulullah menamakan haid dengan nifas, maka mandi bagi wanita nifas (setelah berhenti, pen) adalah wajib menurut ijma’ (kesepakatan ulama). (Al Muhalla, 2/184)
Masa Waktu Nifas
Untuk batasan minal nifas, tidak ada ketentuannya. Para ulama menegaskan:
ذهب جمهور الفقهاء إلى أنه لا حد لأدنى النفاس ، ففي أي وقت رأت الطهر اغتسلت وصلت
Mayoritas ahli fiqih mengatakan tidak ada batasan terpendek tentang nifas, maka di waktu kapan pun dia melihat darahnya terhenti maka hendaknya dia mandi dan shalat. (Fathul Qadir wal Kifayah, 1/166, Bada’i Ash Shana’i, 1/41, Raudhatuth Thalibin, 1/174, Mughni Muhtaj, 1/119, Kasyaf Al Qina’, 1/218-219, Al Mughni, 1/245, 247)
Jadi, jika baru 1, 2, 3, 7, 10 hari sudah berhenti keluar darahnya, maka selesailah nifasnya, dan selesai pula hukum-hukum nifas baginya.
Adapun batasan maksimal nifas, ada dua pendapat.
Pertama. Empat Puluh hari.
Syakh Muhammad Na’im Saa’iy mengatakan:
أكثر العلماء من الصَّحابة والتابعين ومن بعدهم على أن أكثر النفاس أربعون يومًا. حكاه عنهم الترمذي والخطابي وغيرهما
Mayoritas ulama dari kalangan sahabat nabi, tabi’in, dan generasi setelah mereka bahwa nifas paling lama adalah 40 hari. Hal ini diceritakan dari mereka oleh At Tirmidzi, Al Khathabi, dan lainnya. (Mausu’ah Masaail Al Jumhur fi Fiqhil Islamiy, 1/115)
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:
وأما أكثره فأربعون يوما. لحديث أم سلمة رضي الله عنها قالت: (كانت النفساء تجلس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم أربعين يوما).رواه الخمسة إلا النسائي وقال الترمذي – بعد هذا الحديث -: قد أجمع أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم والتابعين ومن بعدهم، على أن النفساء تدع الصلاة أربعين يوما، إلا أن ترى الطهر قبل ذلك، فإنها تغتسل وتصلي، فإن رأت الدم بعد الاربعين، فإن أكثر أهل العلم قالوا: لا تدع الصلاة بعد الاربعين
Ada pun paling lama adalah 40 hari, berdasarkan hadits Ummu Salamah Radhiallahu ‘Anha: “Pada masa Rasulullah ﷺ , kaum wanita yang nifas duduk-duduk saja selama 40 hari.” (HR. Al Khamsah kecuali An Nasa’i).
Berkata Imam At Tirmidzi-stelah menyebutkan hadits ini:
“Telah ijma’/sepakat para ulama sejak masa sahabat, tabi’in, dan setelahnya, bahwa wanita yg nifas mereka meninggalkan shalat selama 40 hr kecuali jika mereka mendapatkan suci sebelum itu maka hendaknya dia mandi dan shalat. Jika dia melihat ada darah lagi setelah 40 hari, maka mayoritas ulama mengatakan: jangan tinggalkan shalat setelah 40 hari. (Fiqhus Sunnah, 1/185)
Tertulis dalam Al Mausu’ah:
ذهب جمهور الفقهاء من الحنفية والحنابلة – وهو مقابل المشهور عند المالكية – إلى أن أقصى مدة النفاس أربعون يوما ، وهو غالب مدة النفاس عند الشافعية ، وقال أبو عيسى الترمذي : أجمع أهل العلم من أصحاب النبي – صلى الله عليه وسلم – ومن بعدهم على أن النفساء تدع الصلاة أربعين يوما ، إلا أن ترى الطهر قبل ذلك فتغتسل وتصلي ، وقال أبو عبيد : وعلى هذا جماعة الناس وروي هذا عن عمر ، وابن عباس ، وعثمان بن أبي العاص ، وعائذ بن عمرو ، وأنس ، وأم سلمة ، وبه قال الثوري ، وإسحاق ؛ لما روي عن أم سلمة قالت : ” كانت النفساء تجلس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم أربعين يوما ” (1) . وما روي عن أم سلمة أنها سألت النبي صلى الله عليه وسلم : كم تجلس المرأة إذا ولدت ؟ قال : ” تجلس أربعين يوما إلا أن ترى الطهر قبل ذلك ” (2) ، فإن زاد دم النفاس على أربعين يوما فصادف عادة الحيض فهو حيض ، وإن لم يصادف عادة فهو استحاضة
Mayoritas ahli fiqih dari kalangan hanafiyah, Hanabilah (Hambaliyah), -dan ini juga pendapat kebalikan dari yang Masyhur-nya Malikiyah- bahwa paling akhir nifas adalah 40 hari, dan ini merupakan waktu yang umum menurut Syafi’iyah. Abu Isa At Tirmidzi berkata: “Telah ijma’/sepakat para ulama sejak masa sahabat Nabi ﷺ, dan setelahnya, bahwa wanita yg nifas mereka meninggalkan shalat selama 40 hr kecuali jika mereka mendapatkan suci sebelum itu maka hendaknya dia mandi dan shalat.” Abu ‘Ubaid berkata: “Segolongan manusia berpegang atas dasar ini.”
Pendapat ini juga dari Umar, Ibnu Abbas, ‘Utsman bin Abi Al ‘Ash, ‘Aidz bin ‘Amr, Anas, Ummu Salamah, dan ini juga pendapat Ats Tsauri dan Ishaq. Dasarnya adalah dari Ummu Salamah: “Dahulu kaum wanita yang nifas duduk-duduk (santai-santai/istirahat) pada Rasulullah ﷺ selama 40 hari.” Juga diriwayatkan dari Ummu Salamah, dia bertanya kepada Nabi ﷺ : “Barapa lama kaum wanita istirahat sesudah melahirkan?” Beliau bersabda: “Selama 40 hari, kecuali sudah mendapatkan suci sebelum itu.” Jika darah haid masih ada lewat 40 hari dan kebetulan bersamaan dengan kebiasaan haidnya maka itu haid, jika tidak bersamaan, maka itu istihadhah._ (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 41/7)
Kedua. Enam Puluh Hari
Imam Abu Ishaq Asy Syirazi Rahimahullah berkata:
وأكثر النفاس ستون يوما وقال المزني أربعون يوما والدليل على ما قلناه ما روي عن الأوزاعي أنه قال عندنا امرأة ترى النفاس شهرين وعن عطاء والشعبي وعبيد الله بن الحسن العنبري والحجاج بن أرطأة أن النفاس ستون يوما وليس لأقله حد
Nifas paling lama adalah 60 hari. Berkata Al Muzani: 40 hari. Dalil apa yang kami katakan adalah apa yang diriwayatkan dari Al Auza’i, dia berkata: “Wanita-wanita kami nifas selama dua bulan.” Dan, dari ‘Atha, Asy Sya’bi, ‘Ubaidillah bin Al Hasan Al ‘Anbari, Al Hajaj bin Artha’ah, bahwa nifas adalah 60 hari, dan tidak ada batas minimal. (Al Muhadzdzab, 1/45, Lihat juga Al Mughni, 1/392, Syarhul Kabir, 1/368, Kifayatul Akhyar, Hal. 76)
Demikian. Nampak pendapat golongan pertama (40 hari) berdasarkan riwayat yang lebih shahih dan lebih dekat dengan masa Rasulullah ﷺ , sebagaimana dari Ummu Salamah Radhiallahu ‘Anha, istri Nabi ﷺ sendiri.
Wallahu a’lam
🌸🌴🌿🌷🌳🌻🌺
✍ Farid Nu’man Hasan