Hukum Shaum Ad Dahr (Puasa Sepanjang Tahun)

Shaum Ad Dahr atau Shaum Al Abad, adalah puasa sepanjang tahun tiada henti kecuali di dua hari raya. Telah terjadi perselisihan ulama tentang statusnya; makruhkah atau justru sunah?

📌 Pihak yang melarang

Pihak yang melarang memiliki beberapa alasan, yaitu di antaranya sebagai berikut:

لَا صَامَ مَنْ صَامَ الْأَبَدَ

Tidak ada puasa bagi yang puasa sepanjang tahun. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Hadits lain, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ ! أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ ، وَتَقُومُ اللَّيْلَ ؟ فَقُلْتُ : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ! قَالَ : فَلَا تَفْعَلْ ، صُمْ وَأَفْطِرْ ، وَقُمْ وَنَمْ ، فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ….

Berkata kepadaku Rasulullah ﷺ :”Wahai Abdullah! Apakah belum aku kabarkan bahwa kamu berpuasa di siang hari dan qiyam di malam hari?”
Aku menajwab: “tentu wahai rasulullah.”
Beliau bersabda: “Jangan lakukan itu, berpuasalah, dan berbukalah. Bangunlah dan tidurlah, karena jasadmu punya hak atas dirimu … “. (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Dan masih ada beberapa alasan lainnya.

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata:

الذي يقوى عندي أن صوم الدهر مكروه وإن لم يصم هذه الأيام – يعني العيد والتشريق -, فإن صامها قد فعل محرما , وإنما كره صوم الدهر لما فيه من المشقة والضعف , وشبه التبتل المنهي عنه

Pendapat yg kuat bagiku, bahwa shaum Ad Dahr itu makruh walau dia tidak puasa di hari ‘Id dan tasyriq. Kalau dia puasa di hari ‘Id dan tasyriq juga, maka itu haram. Dimakruhkannya puasa Ad Dahr karena itu menyulitkan dan membuat lemah, dan mirip hidup kependetaan yang terlarang. (Al Mughni, 3/53)

Imam Ibnu Hazm Rahimahullah berkata;

لا يحل صوم الدهر أصلا

Tidak halal sama sekali berpuasa Ad Dahr. (Al Muhalla, 4/41)

Imam Alauddin Al Haskafi Rahimahullah berkata:

والمكروه تنزيها كصوم دهر

Makruh tanzihnya itu seperti shaum Ad Dahr. (Ad Durul Mukhtar, 2/84)

📌 Pihak Yang Menyunnahkan

Sementara itu, banyak ulama yang tetap mengatakan bahwa Shaum Ad Dahr itu mustahab (disukai/sunnah). Mereka memberikan jawaban atas dalil pihak yang melarang, yaitu:

🌸 Larangan puasa Ad Dahr itu adalah jika memang melibatkan shaum pada hari raya dan tasyriq, maka ini tidak ragu lagi haramnya

🌸 Hadits yang melarang puasa Ad Dahr itu berlaku bagi yang merasakan kepayahan, dan tidak berlaku bagi yang merasakan kepayahan itu.

🌸 Larangan itu berlalu bagi orang yang melakukannya sampai lahirnha bahaya dan hilangnya hak-hak dirinya

(Al Majmu Syarh Al Muhadzdzab, 6/443, Fathul Bari, 4/222-224, Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 28/16)

Syaikh Muhammad Shalih Al Munjid Hafizhahullah berkata tentang golongan ini:

يستحب صوم الدهر ، وهو قول المالكية ، والشافعية ، والحنابلة ، أما المالكية والشافعية فقد صرحوا بالاستحباب ، وأما الحنابلة فنصوصهم جاءت بلفظ الجواز . والاستحباب مقيد عند الجميع بأن لا يؤدي صوم الدهر إلى تقصير في أداء الحقوق والواجبات ، أو يخاف الصائم ضررا على نفسه ، فإن أدى لذلك فيكره حينئذ عند الشافعية والحنابلة ، ويجوز عند المالكية

Disunahkan shaum Ad Dahr, dan ini merupakan pendapat Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. Ada pun Syafi’iyah dan Malikiyah mereka menjelaskan bahwa puasa Ad Dahr itu sunnah, sedangkan bagi Hanabilah perkataan mereka menunjukkan boleh saja. Menurut mereka semua, kesunahannya terikat oleh keadaan yaitu jangan sampai membuat terputusnya melakukan hak dan kewajiban, atau jangan sampai membawa malapetaka bagi dirinya, jika sampai seperti itu maka saat itu menjadi makruh menurut Syafi’iyah dan Hanabilah, sedangkan Malikiyah tetap menyatakan boleh. (Selesai dari Syaikh Muhammad Shalih Al Munjid)

Imam Al Haththab Rahimahullah berkata:

” ( وصوم دهر ) يعني أنه جائز ، وهل هو الأفضل أو الأفضل خلافه ، قال مالك سرد الصوم أفضل . قال ابن رشد : معنى كلام مالك أن سرد الصوم أفضل إذا لم يضعف بسببه عن شيء من أعمال البر ” انتهى باختصار

(Puasa Ad Dahr) yaitu dibolehkan. Apakah dia lebih utama atau lebih utama adalah menyelisihinya? Imam Malik mengatakan menyambungkan puasa itu lebih utama.

Ibnu Rusyd mengatakan: perkataan Imam Malik “menyambungkan puasa itu lebih utama” artinya jika tidak menyebabkannya lemah dari melakukan amal-amal kebaikan. (Mawahib Al Jalil, 2/433)

Sementara Imam An Nawawi Rahimahullah mengatakan;

” وصوم الدهر – غير العيد والتشريق – مكروه لمن خاف به ضررا أو فوت حق، ومستحب لغيره ” انتهى

Shaum Ad Dahr -selain hari ‘Id dan Tasyriq- adalah makruh bagi yang khawatir dirinya celaka atau terlalaikannya hak, ada pun bagi selain mereka maka itu sunnah. (Dikutip oleh Imam Ibnu Hajar Al Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj, 3/459)

Imam Al Bahuti Rahimahullah berkata:

” ( ويجوز صوم الدهر ولم يكره إذا لم يترك به حقا ولا خاف ضررا ، ولم يصم هذه الأيام ) الخمسة يومي العيدين وأيام التشريق، ( فإن صامها فقد فعل محرما ) ” انتهى

Dibolehkam shaum Ad Dahr, dan tidak dimakruhkan selama tidak sampai meninggalkan hak, tidak khawatir lahirnya bahaya bagi dirinya, dan tidak sampai melakukannya pada lima hari, yaitu dua hari raya dan tiga hari tasyriq, jika dia puasa di lima hari itu maka dia telah melakukan hal yang haram. (Kasysyaaf Al Qina’, 2/342)

Demikian masalah ini, dan pihak yang memakruhkan nampak lebih sesuai zhahir nash yang ada. Wallahu A’lam

☘🌸🌺🌴🌻🌾🌷🍃

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top