💢💢💢💢💢💢
Daftar Isi
📌 Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah: “Para sahabat jika berkumpul mereka meminta salah seorang membaca Al Qur’an.”
وَكَانَ أَصْحَابُهُ إذَا اجْتَمَعُوا أَمَرُوا وَاحِدًا مِنْهُمْ أَنْ يَقْرَأَ وَالْبَاقِي يَسْتَمِعُونَ . وَكَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَقُولُ لِأَبِي مُوسَى ذَكَرْنَا رَبَّنَا فَيَقْرَأُ وَهُمْ يَسْتَمِعُونَ وَقَدْ رُوِيَ { أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى أَهْلِ الصُّفَّةِ وَمِنْهُمْ وَاحِدٌ يَقْرَأُ فَجَلَسَ مَعَهُمْ } وَقَدْ رُوِيَ فِي الْمَلَائِكَةِ السَّيَّارِينَ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ الْحَدِيثُ الْمَعْرُوفُ .
Dahulu para sahabat nabi, jika mereka berkumpul mereka memerintahkan salah seorang membaca Al Quran, sedangkan yang lain mendengarkan. Umar bin Al Khathab berkata kepada Abu Musa: “ingatkanlah kami kepada Tuhan kami.” Lalu Abu Musa membaca Al Quran dan mereka (para sahabat) mendengarkan. Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar rumah menuju Ahlush Shuffah (para sahabat yang tinggal di masjid nabawi, pen), ada salah seorang mereka yang membaca Al Quran dan dia berada bersama mereka. Diriwayatkan pula bahwa para malaikat berkeliling mencari majelis-majelis dzikir, hadits ini telah dikenal. (Majmu Al Fatawa, 23/133)
📌 Syaikh Al Albani Rahimahullah: “Itu perilaku salaf.”
سئل الشيخ الألباني رحمه الله عن حكم افتتاح المجالس واختتامها بقراءة القرآن.؟
فأجاب رحمه الله :
Syaikh Al Albani Rahimahullah ditanya hukum membuka majelis dan menutupnya dengan membaca Al Qur’an?
Syaikh menjawab:
افتتاح المجالس بقراءة {عشر } من القرءان فهو من عمل السلف أما ختمها فليس كذلك ؛ و إنما تختتم المجالس بكفارة المجلس و هي معروفة . هذا جواب ما سألت
Membuka majelis dengan membaca Al Qur’an termasuk amalan kaum salaf, ada pun menutupnya dengan membaca tidaklah seperti itu. Menutup majelis hendaknya dengan Kaffarat Al Majelis. Itulah yang dikenal. Ini adalah jawaban untuk pertanyaan Anda.
(Silsilah Huda Wan Nuur)
📌 Syaikh Ibnu ‘Utsaimin Rahimakumullah: “Tidak ada sunahnya, tapi boleh jika masih terkait dengan tema ceramah, dan tidak menjadi rutin.”
“الذي ينبغي أن لا يتخذ ذلك سنة دائمة – أعني : البداءة بالقرآن الكريم عند فتح الإذاعة – ، لأن البداءة بالقرآن الكريم عبادة ، والعبادة تحتاج إلى توقيف من الشرع ، ولا أعلم أن الشرع سن للأمة أن تبتدأ خطاباتها ومحاضراتها وما أشبه ذلك بالقرآن الكريم ، لكن إّذا ابتدأ أحد بقراءة ما يناسب المحاضرة مثلا تقدمةً لها ، ولعل المحاضر يتكلم على معاني الآيات التي قرأها فإن هذا طيب لا بأس به ، مثل أن تكون المحاضرة عن الصيام فيقوم أحد الناس يقرأ آيات الصيام قبل بدأ المحاضرة ، أو تكون المحاضرة في الحج فيقوم أحد ويقرأ آيات الحج ، فإن هذا لا بأس به ، لأنه مناسب ، فهو كالتقدمة لهذه المحاضرة التي تتناسب مع هذه الآيات ، أما اتخاذ هذا سنة راتبة كلما أراد المحاضرة ، أو كلما أردنا كلاما قرأنا القرآن ، فهذا ليس بسنة” انتهى .
Seharusnya itu tidak dijadikan sebagai sunah yangterus-menerus, yaitu membuka dengan Al Quran disaat membuka siaran, karena memulai dengan membaca Al Quran adalah ibadah. Dan ibadah membutuhkan arahan dari syariat. Saya tidak ketahuai dalam syariat bahwa bagi umat ini bahwa memulai khubah, cramah, dan semisalnya dengan membaca Al Quran.
Tetapi jika memulainya dengan salah seorang membaca ayat yang terkait dengan tema ceramah sebagai pengantar bagi ceramah itu, agar penceramah menjelaskan makna-makna ayat yang dibaca itu, maka ini baik, tidak apa-apa. Misal, saat cramah tenang puasa lalu berdiri salah seorang mereka membaca ayat-ayat puasa sebelum mulai ceramah, atau ceramah tentang haji, ada orang yang membaca ayat tentang haji, maka ini tidak apa-apa, sebab hal itu masih terkait. Maka, itu menjadi pengantar bagi ceramah tersebut yang masih ada kaitan dengan ayat-ayat yang dibaca.
Ada pun jika itu dijadikan rutinitas saat menjelang ceramah, atau saat kita hendak berbicara, maka ini bukan sunnah.
(Al Liqa Baab Al Maftuuh, no.75)
📌 Syaikh Ali Ridha Hafizhahullah: “Tidak apa-apa memulai pertemuan atau mu’tamar dengan membaca Al Qur’an.”
ماحكم قراءة القران في الولائم والمناسبات ,وهل تبث في ذلك دليل ؟
Apa hukum membaca Al Qur’an dalam berbagai pesta dan kesempatan, apakah ada dalilnya?
فأجاب بقوله :
هذا العمل – القراءة في الولائم أو المآتم – من البدع المحدثة ؛ والدليل هو قوله عليه الصلاة والسلام :
( من عمل عملاً ليس عليه امرنا فهو رد ) .
لكن لو افتتح المؤتمر أو اللقاء بتلاة القرآن فلا حرج في ذلك إن شاء الله تعالى .
Beliau menjawab:
Membaca Al Qur’an saat pesta dan upacara penguburan 1] adalah bid’ah yang baru, dalilnya: “Barang siapa yang beramal yang bukan bagian dari urusan kami (agama) maka itu tertolak.”
Sedangkan membuka mu’tamar dan pertemuan dengan membaca Al Qur’an, itu tidak apa-apa. Insya Allah.
(Selesai)
🌵🌴🌱🌷🌸🍃🌾🍄🌹
✍ Farid Nu’man Hasan
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
1] Membaca Al Qur’an saat mayit dikubur diperselisihkan para imam. Bagi sebagian mereka, hal itu memiliki dasar dalam As Sunnah.
Di antaranya:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa sallam bersabda, “Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, segeralah dimakamkan. Dan bacakanlah di samping kuburnya, Surat Al-Fatihah di dekat kepala dan ayat terakhir Surat Al Baqarah di dekat kakinya”. (HR. At Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 13613, Al Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman No. 9294)
Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, imam pakar hadits dizamannya menyatakan bahwa status hadits di atas adalah HASAN. (Fathul Bari, 3/184)
Penghasanan terhadap hadits ini juga diikuti oleh: Imam Badruddin Al ‘Ainiy. (‘Umdatul Qari, 12/382). Imam Ash Shan’aniy (Subulussalam, 2/106). Imam Az Zarqaniy (Syarh Az Zaeqaniy, 2/127)
Sementara Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid, mengisyaratkan kedhaifannya karena ada perawi bernama Yahya bin Abdillah Al Baabilutty, dia dhaif. (Majma ‘Az Zawaid, 3/44). Juga didhaifkan oleh Syaikh Al Albani dalam beberapa kitabnya.
Demikian. Wallahul muwafiq ilaa aqwaamith Thariiq