Tafsir Surat Al Muzammil (Bagian 3)

ALLAH AKAN MENURUNKAN PERKATAAN YANG BERAT,  SHALAT MALAM  BACAANNYA LEBIH KHUSYU’ DAN LEBIH BERKESAN

 إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (5)

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا (6)

إِنَّ لَكَ فِي النَّهارِ سَبْحاً طَوِيلاً (7)

 5-Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat

6-Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (lebih khusyu’) dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan.

7- Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).

 

KANDUNGAN AYAT 5

إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (5)

5-Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat

Makna Qaulan Tsaqila  قَوْلًا ثَقِيلًا menurut  Imam Ar Razi dalam tafsirnya:[1]

1. Menurut Ibnu Abbas, Qaulan Tsaqila adalah perkataan yang agung (Kalaman Azhiman) (كَلَامًا عَظِيمًا)

Maksudnya: Allah akan menurukan kepada Nabi Muhammad perintah yang agung, maka dirikanlah shalat malam untuk menyambut perintah tersebut, karena shalat malam merupakan persiapan jiwa dalam menerima perintah tersebut, waktu malam adalah waktu yang potensial untuk mendekatkan diri kepada Allah, terbebas dari kesibukan duniawi siang hari, seperti disebutkan dalam riwayat Atha.

2. Maknanya adalah Al-Qur’an, karena didalamnya ada perintah dan larangan, taklif (beban perintah) yang berat bagi orang awan secara umum, dan juga berat bagi Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam secara khusus. Karena Beliau menerima wahyu untuk dirinya sendiri dan tugas menyampaikan kembali kepada umatnya. Perkataan yang berat, pada dasarnya kembali kepada beratnya melaksanakan perintah tersebut.

3. Berat ditimbangan Mizan kelak pada hari kiamat, karena banyak pahala dan manfaat bagi siapa saja yang mengamalkan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.

4. Berat saat wahyu turun kepada Nabi Muhammad, karena pernah nabi menerima wahyu saat berada di atas punggung onta hingga punuknya tertunduk dan tak bisa bergerak.

5. Kalamulllah yang Maha Rahman sangat mulia, tidaklah sia-sia atau sepele.

6. Perkataan yang kuat, benar, bermanfaat dan jelas menurut Az-Jujaj

7. Perkataan yang berat bagi kaum munafikin, karena keburukan yang mereka rahasiakan terungkap, juga keburukan keyakinan mereka. Ini menurut Abu Ali Al Farisi.

8. Al-Quran merupakan kalamullah yang tetap, tidak akan mengalami perubahan sampai kapanpun. Karena Allah yang menjaganya (QS.Al-Hijr:9)

9. Akal manusia tak akan sanggup memahami semua ilmu Allah

10. Al-Quran meliputi ilmu-ilmu didalamnya sangat lengkap dan komprehensif

11. Menurut Imam As Suyuthi, makna dari Qaulan Tsaqila adalah:

{إنَّا سَنُلْقِي عَلَيْك قَوْلًا} قُرْآنًا {ثَقِيلًا} مُهِيبًا أَوْ شَدِيدًا لِمَا فِيهِ مِنْ التَّكَالِيف

Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan (yaitu Al-Qur’an) yang berat, atau kuat karena didalamnya terkandung taklif (beban –beban ibadah kepada hamba)[2]

12. Menurut Muhammad Sayid At Thantawi,” penyifatan Al-Qur’an dengan kata Tsaqil (berat) merupakan sifat yang hakiki, karena kandungan didalamnya ilmu yang bermanfaat, hidayah, hikmah, adab dan taklif (beban ibadah).[3]

13. Menurut Abdul Karim Yunus Khatib:

إن عهد النوم بالليل قد انتهى! فليوطّن النبي التي نفسه منذ الآن على الجهاد، وحمل هذا العبء، وليأخذ للموقف عدته، وإلّا ضعف عن حمل الرسالة، وأداء أمانة تبليغها، وقد علم أن إخوانه من الرسل، قد أبلغوا رسالات ربهم، وما كان له أن يقصر عنهم، وهو خاتمهم، وسيدهم

“Sesungguhnya masa-masa tidur sudah habis!, nabi mempersiapkan jiwanya dari sekarang untuk berjihad, memikul beban risalah, bersiap untuk berbagai tugas, jika tidak shalat malam, maka akan lemah dalam mengemban risalah dan menyampaikan dakwah, seperti diketahui bahwa nabi-nabi sebelumnya  juga telah menyampaikan risalah Rabbnya, mereka tidaklah menyia-nyiakan amanah itu, apalagi Nabi Muhammad sebagai penutup dan pemimpin para Nabi”[4]

KANDUNGAN AYAT 6

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا (6)

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (lebih khusyu’) dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan.

1. Menurut Imam Al-Qurthubi:

 (إِنَّ ناشِئَةَ اللَّيْلِ) قَالَ الْعُلَمَاءُ: نَاشِئَةُ اللَّيْلِ أَيْ أَوْقَاتُهُ وَسَاعَاتُهُ، لِأَنَّ أَوْقَاتَهُ تَنْشَأُ أَوَّلًا فَأَوَّلًا، يُقَالُ: نَشَأَ الشَّيْءُ يَنْشَأُ: إِذَا ابْتَدَأَ وَأَقْبَلَ شيئا بعد شي

“Berkata para ulama: Nasyiatu Al Lail artinya waktu malam, atau jamnya” karena waktu bergerak bertahap, dikatakan “Nasya’a Syai’u-Yansya’: Jika mulai dan bertemu sedikit-demi sedikit”.[5]

2. Menurut Imam As-Syaukani:

أَنَّ الصَّلَاةَ فِي نَاشِئَةِ اللَّيْلِ أَثْقَلُ عَلَى الْمُصَلِّي مِنْ صَلَاةِ النَّهَارِ لِأَنَّ اللَّيْلَ لِلنَّوْمِ

“Sungguh shalat malam  lebih berat dari pada shalat pada waktu siang, karena waktu malam digunakan untuk tidur”.[6]

Bacaan  pada shalat malam lebih berkesan, lebih tenang dan khusyu, karena malam waktu yang lapang untuk beribadah, berbeda dengan siang hari yang penuh hiruk pikuk. Bacaan pada malam itu juga lebih mudah untuk menghadirkan hati dalam memahaminya dan damai.

3. Menurut As-Sa’di

{إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلا ثَقِيلا} أي: نوحي إليك هذا القرآن الثقيل، أي: العظيمة معانيه، الجليلة أوصافه، وما كان بهذا الوصف، حقيق أن يتهيأ له، ويرتل، ويتفكر فيما يشتمل عليه

“Kami akan wahyukan Al-Qur’an ini dengan  Tsaqila (berat): Agung maknanya, mulia sifatnya, tentu dengan sifat ini siap untuk siapa saja yang membaca, memikirkan apa yang terkandung didalamnya.[7]

KANDUNGAN AYAT -7

إِنَّ لَكَ فِي النَّهارِ سَبْحاً طَوِيلاً (7)

“Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak)”

Menurut Ibrahim Al-Qatthan:

ان لك في النهارِ وقتاً طويلاً تَصْرِفه في العملِ والاشتغال بأمور الرسالة، ففرّغ نفسَك في اللّيل لعبادةِ ربّك

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki waktu panjang di siang hari untuk bekerja dan beraktifitas dengan perintah risalah kenabian, maka luangkan waktu untuk dirimu sendiri pada malam hari, beribadah kepada Rabb-mu”.[8]

KESIMPULAN

  1. Shalat malam merupakan persiapan Nabi untuk mengemban tugas yang berat, menerima wahyu, menyampaikan risalah, dan berjihad dijalan Allah. Maka sudah sepantasnya kaum muslimin mencontoh Nabi dalam mempersiapkan diri, untuk mengemban tugas-tugas dakwah kedepan.
  2. Beban dakwah yang berat, jika hati terus terpaut kepada Allah dalam shalat malam, lalu memohon pertolongan Allah disaat banyak orang-orang tertidur, akan menambah optimisme dalam berjuang dan menggapai ketenangan hidup.
  3. Saat manusia mampu mengalahkan hawa nafsunya (tidur), bisa menguasai dirinya untuk tegak ibadah kepada Allah di waktu malam, itulah saat terbaik untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan dari Allah. Ia meninggalkan nafsunya, ia mendekati Allah, maka Allah akan limpahkan kebaikan-kebaikan-Nya.

والله أعلم

======

Fauzan Sugiyono, Lc, M.Ag


[1] Abu Muhammad Fakhrudin Ar-Razi (w.606H), Mafatihul Ghaib,( Beirut: Dar Ihya Turats, 1420H, 30/684

[2] Jalaludin Ahmad Al Mahaly (w. 864H) dan Jalaludin As Suyuthi (w. 911H), Tafsir Jalalain, Kairo, Darul Hadits, 1/773

[3] Muhammad Sayid Ath Thanthawi, Tafsir Al-Wasith Lil Quranil Karim, (mesir: Dar An Nahdhah, 1997, 15/157

[4] Abdul Karim Yunus Khatib (w.1390H), Tasir Al-Quran Al Karim, Kairo: Dar Al Fikr, 15/1251

[5] Tafsir Al-Qurthubi, 19/39

[6] Imam Sy Syaukani, Tafsir Fathul Qadir, 5/380

[7] Abdurrahman As-Sa’di, Taisir Karim ar – Rahman, 1/892

[8] Ibrahim Al Qatthan (w.1404H), Taisir At Tafsir, 3.378

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top