Wudhu Pakai Kaus Kaki

💢💢💢💢💢

📨 PERTANYAAN:

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ust. Nu’ man, sy ingin
bertanya hal wudhu. Di tempat sy tinggal skrg, ada org yg selalu pakai kaos kaki sepanjang musim, dr musim dingin sampai musim panas lagi. Kaos kakinya hanya dibuka jika org tsb mau tidur. Dlm sehari semalam,saat org itu berwudhu, ia hanya mengelap kaos kakinya saja tanpa membuka si kaos kaki tadi. Saya menilai cara wudhu tsb kurang pas. Bagaimana mnrt ust?. Terima ksh sblmnya, Ust. Nu’man.

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Bismillah wal Hamdulillah ..

Dalam Sunnah yg shahih, kita tidak dapatkan dari petunjuk Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam tentang wudhu menggunakan jaurab (kaus kaki).

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah mengatakan:

لم يصح عن النبي صلى الله عليه وسلم شيء في المسح على الجوربين

Tidak ada yg shahih dari Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam sedikit pun tentang mengusap kaos kaki (saat wudhu). (Selesai)

Tapi, yang ada dalam sunah adalah memakai khuf.

Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiallahu ‘Anhu:

تَوَضَّأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ وَالْعِمَامَةِ

Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam berwudhu dan mengusap khuf dan surbannya. (HR. at Tirmidzi No. 93, Shahih)

Apa perbedaan antara kaus kaki dan khuf?

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid menjelaskan:

والفرق بين الجورب وبين الخف : أن الخف يكون مصنوعاً من الجلد ، أما الجورب فلا يكون من الجلد ، بل من الصوف أو الكتان ، أو القطن ، ونحو ذلك
وفي وقتنا الحاضر يصنع الجورب أيضاً من النايلون

Perbedaan antara kaus kaki dan khuf adalah khuf terbuat dari kulit, adapun jaurab bukan dari kulit, tapi dari wol, katun, dan semisalnya.
Di zaman kita sekarang kaus kaki dibuat juga dari Nilon. (Selesai)

Nah .., lantas apakah tidak boleh wudhu dalam keadaan pakai kaus kaki? Jawabnya adalah boleh, sebab itu dilakukan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Imam Ibnul Mundzir Rahimahullah berkata:

رُوِيَ إِبَاحَةُ الْمَسْحِ عَلَى الْجَوْرَبَيْنِ عَنْ تِسْعَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ ، وَعَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ ، وَأَبِي مَسْعُودِ ، وَأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، وَابْنِ عُمَرَ ، وَالْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ ، وَبِلَالٍ ، وَأَبِي أُمَامَةَ ، وَسَهْلِ بْنِ سَعْدٍ

Diriwayatkan bahwa dibolehkan mengusap kaus kaki, dari sembilan sahabat Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam; Ali bin Abi Thalib, Ammar bin Yaasir, Abu Mas’ud, Anas bin Malik, Ibnu Umar, Al Bara bin ‘Aazib, Bilal, Abu Umamah, dan Sahl bin Sa’ad. (Al Awsath, 1/462)

Bahkan, kebolehan ini disebutkan Ijma’ (konsensus) para sahabat Nabi Shallallahu’Alaihi wa Sallam.

Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah:

الصَّحَابَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، مَسَحُوا عَلَى الْجَوَارِبِ ، وَلَمْ يَظْهَرْ لَهُمْ مُخَالِفٌ فِي عَصْرِهِمْ ، فَكَانَ إجْمَاعًا

Para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum mereka mengusap kaus kaki, dan tidak ada yang menyelisihi mereka di zaman mereka, dan ini adalah Ijma’. (Al Mughni, 1/215)

Namun demikian bolehnya wudhu dengan mengenakan kaus kaki memiliki syarat.

1. Kaus kaki harus mirip dengan khuf yaitu tebal dan bisa dipakai jalan.

عامة من أجاز المسح على الجوربين من العلماء : اشترط للمسح عليهما أن يكونا ثخينين ، يمكن متابعة المشي فيهما

Umumnya ulama yang membolehkan memakai kaus kaki memberikan syarat hendaknya kaus kaki tersebut tebal dan memungkinkan dipakai untuk jalan kaki (tanpa sepatu, pen). (Al Mabsuth, 1/102, Al Majmu’, 1/483, Al Inshaf, 1/170)

2. Jika tipis dan basah ketika kena air (rembes), maka tidak boleh.

Imam Al Kasaniy berkata:

فَإِنْ كَانَا رَقِيقَيْنِ يَشِفَّانِ الْمَاءَ ، فلَا يَجُوزُ الْمَسْحُ عَلَيْهِمَا بِالْإِجْمَاعِ

Jika kaus kaki itu tipis dan nyerap air, maka tidak boleh membasuh kedua berdasarkan Ijma’. (Bada’i Ash Shana’i, 1/10)

Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah :

وَإِنْ كَانَ رَقِيقًا … لَمْ يُمْسَحْ عَلَيْهِ ؛ لِأَنَّ فِي مِثْلِهِ لَا يُمْشَى فِيهِ عَادَةً ، وَلَا يُحْتَاجُ إِلَى الْمَسْحِ عَلَيْهِ

Jika kaus kaki itu tipis .. tidak boleh diusap karena yang seperti itu biasanya tidak bisa dipakai jalan, dan tidak dibutuhkan mengusapnya. (Syarh ‘Umdah Al Fiqh, 1/251)

Jadi, jika kaus kaki yang dipakai tidak memenuhi syarat ini, maka tidak boleh dibasuh atasnya saat wudhu. Dia mesti melepaskan, lalu wudhu secara normal.

Wallahu a’lam

🍀🌷🌸🍃🎋☘🌹

✍ Farid Nu’man Hasan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top