Waktu Mustajab Shalat Dhuha

💦💥💦💥💦💥

📨 PERTANYAAN:

Assalamu’alaikum, Ustadz, kalau shalat jam 7 pagi bisa gak?katanya shalat dhuha pun sama kaya tahajud ada waktu mustajabnya dan satu lagi misalnya kita shalat dhuha d rumah dua rakaat terus lanjut dkantor lagi apa boleh ??
Syukron

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Shalat dhuha sudah boleh dilakukan sejak SETELAH terbitnya matahari (syuruq). Sebagaimana hadits berikut:

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda:

من صلى الصبح في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانتله كأجر حجة وعمرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تامة تامة تامة

“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah lalu dia duduk untuk berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari kemudian shalat dua rakaat maka dia seperti mendapatkan pahala haji dan umrah.” Anas berkata: Rasulullah bersabda: “Sempurna, sempurna, sempurna.” [1]

Dari Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda:

من صلى صلاة الغداة في جماعة ثم جلس يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم قام فصلىركعتين انقلب بأجر حجة وعمرة

“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah lalu kemudian dia duduk untuk berdzikir kepada Allah hingga terbitnya matahari, kemudian dia bangun mengerjakan shalat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana haji dan umrah.” [2]

Dari Abdullah bin Ghabir, bahwa Umamah dan ‘Utaibah bin Abd Radhiallahu ‘Anhumamengatakan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

من صلى صلاة الصبح في جماعة ثم ثبت حتى يسبح لله سبحة الضحى كان له كأجر حاجومعتمر تاما له حجه وعمرته

“Barangsiapa yang shalat subuh secara berjamaah kemudian dia berdiam (berdzikir) sampai datang waktu dhuha, maka dia akan mendapatkan ganjaran seperti haji dan umrah secara sempurna.” [3]

Sebagian ulama menyebutnya ini shalat ISYRAQ, ulama lain menamakannya dengan shalat DHUHA. Berikut ini keterangannya:

أَنَّ صَلاَةَ الضُّحَى وَصَلاَةَ الإْشْرَاقِ وَاحِدَةٌ إِذْ كُلُّهُمْ ذَكَرُوا وَقْتَهَا مِنْ بَعْدِ الطُّلُوعِ إِلَى الزَّوَال وَلَمْ يَفْصِلُوا بَيْنَهُمَا . وَقِيل : إِنَّ صَلاَةَ الإِْشْرَاقِ غَيْرُ صَلاَةِ الضُّحَى ، وَعَلَيْهِ فَوَقْتُ صَلاَةِ الإْشْرَاقِ بَعْدَ طُلُوعِ الشَّمْسِ ، عِنْدَ زَوَال وَقْتِ الْكَرَاهَةِ

Bahwasanya shalat dhuha dan shalat isyraq adalah sama, semua mengatakan bahwa waktunya adalah setelah terbitnya matahari sampai tergelincirnya, kedua shalat ini tidak terpisahkan. Ada juga yang mengatakan: sesungguhnya shalat isyraq bukanlah shalat dhuha, waktu pelaksanaannya adalah setelah terbitnya matahari ketika tergelincirnya waktu dibencinya shalat. [4]

Shalat Dhuha juga dinamakan shalat Al Awwabiin, yaitu dilakukan ketika UNTA MULAI KEPANASAN, maksudnya panas matahari sudah mulai berasan, ini sebagaimana hadits berikut:

Dari Zaid bin Arqam Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

“Shalat Al Awwabin (orang yang taubat) waktunya adalah ketika unta merasakan panas.” [5]

Maksud tarmadhul fishal (ketika Unta merasakan panas) adalah ketika dhuha. Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:

قَالَ أَصْحَابنَا : هُوَ أَفْضَل وَقْت صَلَاة الضُّحَى ، وَإِنْ كَانَتْ تَجُوز مِنْ طُلُوع الشَّمْس إِلَى الزَّوَال

“Sahabat-sahabat kami (syafi’iyah) telah berkata: ‘Itu adalah waktu yang paling utama untuk shalat dhuha, dan boleh saja melakukannya dari terbitnya matahari hingga tergelincirnya matahari.” [6]

Wallahu A’lam

🌷🌸🍃🌴🌺🌾☘

✏ Farid Nu’man Hasan


🍃🍃🍃🍃

[1] HR. At Tirmidzi No. 586, katanya: hasan gharib. Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah No. 710, Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 6346, sementara dalam Shahih At Targhib wat TarhibNo. 464, beliau mengatakn hasan lighairih.

Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri mengatakan:

وإنما حسن الترمذي حديثه لشواهده، منها: حديث أبي أمامة عند الطبراني، قال المنذري في الترغيب، والهيثمي في مجمع الزوائد (ج10: ص104) : إسناده جيد، ومنها: حديث أبي أمامة، وعتبة بن عبد عند الطبراني أيضاً. قال المنذري: وبعض رواته مختلف فيه. قال: وللحديث شواهد كثيرة-انتهى

Sesungguhnya penghasanan At Tirmidzi terhadap hadits ini karena banyaknya riwayat yang menjadi penguat (syawahid), di antaranya hadits Umamah yang diriwayatkan Ath Thabarani, yang oleh Al Mundziri dalam At Targhib dan Al Haitsami dalam M

ajma’ Az Zawaid (10/104) dikatakan: “Isnadnya jayyid, di antaranya hadits Umamah dan ‘Utbah bin Abd yang diriwayatkan Ath Thabarani juga. Al Mundziri mengatakan: “Sebagian perawinya diperselisihkan.” Dia katakan: “Hadits ini memiliki banyak syawaahid(saksi yang menguatkannya).” (Mir’ah Al Mafatih, 3/328)

[2] HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir No. 7741, juga dalam Musnad Asy Syamiyyin No. 885. Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul ‘Ummal No. 3542, Imam Al Haitsami mengatakan: “Sanadnya Jayyid.” Lihat Majma’ Az Zawaid, 10,/134, No. 16938. Syaikh Al Albany mengatakan: “Hasan Shahih.” Lihat Shahih At Targhib wat Tarhib, No hadits. 467.

[3] HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir No. 7663. Haditsnya ini memiliki banyak penguat, oleh karena itu Syaikh al Albany mengatakan hadits ini hasan li ghairih. Lihat Shahih At Targhib wat Tarhib, No hadits. 469.

[4] Tuhfatul Muhtaj, 2/131, Al Qalyubi wal ‘Amirah, 1/412, Awjaza Al Masalik Ila Muwaththa Malik, 3/124,Ihya ‘Ulumuddin, 1/203

[5] HR. Muslim No. 748, Ad Darimi No. 1457, Ibnu Hibban No. 2539

[6] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 3/88. Mawqi’ Ruh Al Islam

One Reply to “Waktu Mustajab Shalat Dhuha”

  1. makasih admin artikel nya, sangat membantu dan bermanfaat
    semoga lebih baik kedepanya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top