Mengetahui Apakah Suatu Hadits Berderajat Shahih Atau Tidak

☀💦☀💦☀💦

📌 Pertanyaan:

Assalamua’alaikum… ustadz mau bertanya :

Bagaimana cara kita mengetahui kenapa hadist itu dikatakan sahih atau tidak?

Jazakallah khoir ustadz.

📌 Jawaban:

Wa ‘Alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh.
Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah wa ba’d:

Secara ringkas, hadits diteliti untuk mengetahui autentitasnya dari Nabi ﷺ atau tidak ada dua tinjauan:

1. Tinjauan Sanad, yaitu penelitian terhadap jalur periwayatan.

Ini pun terbagi lagi:

– Apakah sanadnya bersambung antara satu perawi ke perawi selanjutnya, baik mereka pernah berjumpa, hidup sezaman, atau antara murid dan guru, atau antara ayah dan anak, atau kawan. Jika semua ini tidak pernuhi, maka haditsnya maqthu’ (terputus) sanadnya, atau nama lainnya munqathi’, ini membuatnya dhaif. Kecuali ada jalur sanad lain yang berisikan hadits semisal yang lebih kuat kuat sanadnya, maka bisa menaikan statusnya. Ada pun jika sanadnya bersambung maka itu hadits yang maushul atau muttashil, maka telah memenuhi salah satu syarat hadits shahih.

– Bagaimana kondisi perawinya, atau rijalul haditsnya, untuk ini sudah ada ilmu khusus yaitu jarh wa ta’dil (semacam fit and proper test) untuk para perawi hadits. Para pakar meneliti biografi mereka, lalu menelusuri seditil mungkin sampai aqidah, akhlak, nasab, guru-gurunya, kekuatan hapalannya, kejujurannya, sehingga dia layak di sebut tsiqah atau tidak.

Inilah dua aspek tinjauan sanad yang paling umum, yaitu ketersambungannya dan kualitas perawi haditsnya.

2. Tinjauan matan, yaitu kalimat atau redaksi yang sampai kepada Rasulullah ﷺ .

Apakah matannya bertentangan dengan Al Quran, atau bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih, ataukah bertentangan dengan akal sehat? Dan seterusnya. Dalam hal ini tentu ada kajian khusus, dengan contoh-contoh yang spesifik dengan konklusi yang berbeda pada masing-masing kasus atau hadits.

Semua ini sudah ada yang menangani, yaitu para huffaazh dan muhadditsin, dalam kitab-kitab mereka. Saat ini kita tinggal mereguk ilmu mereka dan memindahkannya ke kajian-kajian kita. Ibaratnya, mereka sudah menyediakan “sayur mayur” yang segar, manusia saat ini tinggal meracik dan memasaknya.

Wallahu A’lam

🌺🌸🍃🌹🍀🌾🌴🌾

Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top