Hukum Sholat Sunnah Saat Iqomah

💥💦💥💦💥💦

📨 PERTANYAAN:

Pak ust. Langsung saja
1. Jika shalat sunnah kemudian iqamat apa yg mesti dilakukan?
2. Jika imam sudah ruku sementara kita belum selesai baca al fatihah apa yg mesti dilakukan juga. Jazakallah
terimakasih

📬 JAWABAN

🍃🍃🍃🍃🍃

Jawaban:

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa Ba’d:

1⃣ Tidak boleh menegakkan shalat sunah, ketika sudah iqamah. Tetapi jika ‘memaksakan’ ingin melakasanakan juga, maka tetap sah, namun makruh.

Hal ini di dasarkan hadits berikut (sebenarnya haditsnya banyak, namun saya paparkan satu saja):

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الْمَكْتُوبَةُ

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia bersabda: “Jika sudah iqamat untuk shalat, maka tidak ada shalat kecuali shalat maktubah (fardhu).” (HR. Muslim No. 710)

Dalam kitab Tuhfah Al Ahwadzi disebutkan:

قَالَ الْحَافِظُ فِي الْفَتْحِ فِيهِ مَنْعُ التَّنَفُّلِ بَعْدَ الشُّرُوعِ فِي إِقَامَةِ الصَّلَاةِ سَوَاءٌ كَانَتْ رَاتِبَةً أَمْ لَا لِأَنَّ الْمُرَادَ بِالْمَكْتُوبَةِ الْمَفْرُوضَةُ ، وَزَادَ مُسْلِمُ بْنُ خَالِدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ فِي هَذَا الْحَدِيثِ : قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ ؟ قَالَ : وَلَا رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ ، أَخْرَجَهُ اِبْنُ عَدِيٍّ فِي تَرْجَمَةِ يَحْيَى بْنِ نَصْرِ بْنِ حَاجِبٍ وَإِسْنَادُهُ حَسَنٌ اِنْتَهَى . وَالْحَدِيثُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ الشُّرُوعُ فِي النَّافِلَةِ عِنْدَ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ مِنْ غَيْرِ فَرْقٍ بَيْنَ رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ وَغَيْرِهِمَا

“Berkata Al Hafizh (maksudnya Imam Ibnu Hajar) dalam Al Fath, di dalamnya tedapat larangan melaksanakan shalat nafilah setelah masuk iqamah shalat, sama saja baik shalat rawatib atau bukan. Karena yang dimaksud shalat maktubah (dalam hadits) adalah shalat fardhu. Muslim bin Khalid menambahkan dari Amru bin Dinar, tentang hadits ini, dikatan: “Ya Rasulullah, apakah dua rakaat shalat fajar juga tidak boleh?” Beliau menjawab: “Tidak pula dua rakaat shalat fajar.” Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adi dalam tarjamah Yahya bin Nashr bin Hajib, sanadnya hasan. Selesai.

Hadits ini menunjukkan bahwa tidak boleh melaksanakan nafilah ketika sudah iqamat shalat, tidak ada perbedaan antara dua rakaat shalat sunah fajar atau selainnya.” (Tuhfah Al Ahwadzi, 2/398)

Namun larangan ini bukan berarti haram, melainkan makruh saja, sebab ada kasus lain dalam hadits berikut:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَرْجِسَ قَالَ دَخَلَ
رَجُلٌ الْمَسْجِدَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فِي جَانِبِ الْمَسْجِدِ ثُمَّ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا سَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا فُلَانُ بِأَيِّ الصَّلَاتَيْنِ اعْتَدَدْتَ أَبِصَلَاتِكَ وَحْدَكَ أَمْ بِصَلَاتِكَ مَعَنَا

Dari Abdullah bin Sarjis berkata: seorang laki-laki masuk ke mesjid, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedang shalat subuh. Maka laki-laki itu shalat sendiri dua rakaat di tepi mesjid, lalu bergabung bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika Rasulullah selelesai mengucapkan salam, beliau bersabda; “Hai fulan, shalat manakah yang lebih engkau utamakan; apakah shalatmu sendiri, atau shalat bersama kami?” (HR. Muslim No. 712)

Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah:

وفي إنكار الرسول صلى الله عليه وسلم، مع عدم أمره بإعادة ما صلي، دليل على صحة الصلاة وإن كانت مكروهة

“Pengingkaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini, namun dia tidak memerintahkan untuk mengulangi shalat, menunjukkan bahwa shalatnya tetap sah, walau dibenci (makruh).” (Fiqhus Sunnah, 1/109)

Sedangkan bagi yang terlanjur shalat sunah, lalu terdengar iqamah, maka ada beberapa sikap para ulama. Pertama, batalkan dan ikut bergabung shalat wajib. Kedua, lanjutkan saja sampai selesai barulah ikut jamaah yang wajib. Ini pandangan Syafi’iyah.

Karena Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu membatalkan amal-amalmu.
(QS. Muhammad: 33)

2⃣ Belum Selesai Alfatihah tapi Imam sudah Ruku’, apa yang mesti dilakukan ma’mum?

Dijelaskan oleh Imam Abu Bakar Muhammad Syatha Ad Dimyathi:

والمراد بالاسراع: الاعتدال، فإطلاق الاسراع عليه لانه في مقابلة البطء الحاصل للمأموم
وأما لو أسرع الامام حقيقة بأن لم يدرك معه المأموم زمنا يسع الفاتحة للمعتدل فإنه يجب على المأموم أن يركع مع الامام ويتركها لتحمل الامام لها، ولو في جميع الركعات

“Jika secara hakiki memang agak cepat dalam membaca surat Al Fatihah sehingga ma’mum tidak memiliki waktu yang cukup untuk membaca surat Al Fatihah padahal ma’mum bukanlah termasuk orang yang lambat dalam membaca, maka kondisi ini ma’mum tetap wajib ruku bersama imam dan meninggalkan bacaan Al Fatihah yang sedang dia baca karena kewajiban membaca Al Fatihah dalam kondisi ini ditanggung oleh imam. (Ketentuan dalam kasus seperti ini), bahkan walau terjadi dalam semua rakaat.” (I’anah Ath Thalibin, 2/33)

Demikian. Wallahu A’lam

🍃🌻🌺☘🌷🌸🌾🌴

✏ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top