Kenapa Islam Memaklumi Jihad?

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Islam mengakui kewajiban perang, bukan karena ingin menebar kebencian atau dendam tetapi justru untuk menjaga kestabilan keamanan dan meraih perdamaian.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

وَجِهَادُ الْكُفَّارِ مِنْ أَعْظَمِ الْأَعْمَالِ ؛ بَلْ هُوَ أَفْضَلُ مَا تَطَوَّعَ بِهِ الْإِنْسَان

“Jihad memerangi orang kafir merupakan amal yang paling agung, bahkan merupakan anjuran yang paling utama pada manusia.” (Majmu’ Al Fatawa, 11/197)

Imam Hasan Al Banna Rahimahullah memberikan penjelasan yang sangat bagus tentang hal ini:

فها هم الآن يعترفون بأن الاستعداد هو أضمن طريق للسلام . فرض الله الجهاد علي المسلمين لا آداه العدوان ولا وسيلة للمطامع الشخصية  ولكن ضمان للسلام وآداه للرسالة الكبرى التي حمل عبئها المسلمون ، رسالة هداية الناس إلي الحق والعدل ، وإن الإسلام كما فرض القتال شاد بالسلام فقال تبارك وتعالي : (وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ) (لأنفال:61).

“Sekarang mereka mengakui bahwa mempersiapkan diri untuk perang merupakan cara yang paling menjamin terwujudnya perdamaian. Allah Ta’ala mewajibkan berperang atas kaum muslimin bukan untuk menebar permusuhan, bukan sebagai alat pemusnah manusia, tetapi merupakan sebagai pelindung bagi dakwah dan jaminan bagi perdamaian, selain sebagai media untuk untuk menunaikan risalah agung yang diembankan di pundak kaum muslimin, yaitu risalah yang menunjukkan kepada manusia jalan menuju kebenaran dan keadilan. Sebagaimana Islam sangat perhatian dengan jihad, Islam juga sangat perhatian dengan perdamaian. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman:

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah kepadanya dan bertawakkal-lah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. Al Anfal (8): 61).” Demikian dari Syaikh Hasan al Banna. (Majmu’ Ar Rasail, Hal. 297. Al Maktabah At Taufiqiyah)

Dalam Majma’ Al Anhar disebutkan:

وَالْمُرَادُ الِاجْتِهَادُ فِي تَقْوِيَةِ الدِّين

“Yang dimaksud bersungguh dalam jihad adalah dalam rangka memperkokoh agama.” (Imam Abdurrahman Syaikhi Zaadah, Majma’ al Anhar fi Syarhi Multaqa al Abhar, 4/ 278)

Jihad dalam artian qitaal, tidak boleh dilakukan sembarang, mesti dilakukan dengan restu dan dukungan para ahli ilmu. Apakah qitaal yang dilakukannya sesuai syariat atau tidak.

Agar kemuliaannya tidak ternoda dan pelaksanaannya tidak hanya semangat dan hawa nafsu tapi juga berlandaskan ilmu yang benar.

Wallahu A’lam

🌷☘🌺🌴🌻🌾🌸🍃

✍ Farid Nu’man Hasan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top