Tafsir Surat Al Muzammil (Bagian 2)

(AYAT1-4)

  يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4)

  1. Hai orang yang berselimut (Muhammad)
  2. Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)
  3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit
  4. Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan

Kandungan ayat 1

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ

“Hai orang yang berselimut (Muhammad)”

Ayat ini diawali dengan seruan (an nida) kepada nabi Muhammad yang posisinya dekat (ya ayyuhal muzzammil) wahai orang yang berselimut. Kedekatan ini menunjukkan bahwa Allah Dzat yang berfirman berkehendak menyampaikan sesuatu kepada Rasulullah sebagai orang yang diajak berdialog (al-mukhatab) dalam posisi yang sangat dekat. Biasanya isim munada (kata benda utk yang dipanggil) disebutkan dengan nama yang sudah jelas bagi pihak yang berbicara, misal,” Hai Umar, “Hai Ali”dan lainnya, namun dalam ayat ini Allah memanggil Nabi Muhammad dengan “Ya Ayyuhal Muzzammil’ bukan dengan “Ya Muhammad”. Fungsinya untuk takrim wa ta’zim (memuliakan dan menghormati) Atau bisa juga untuk panggilan lembut (talathuf)  dan cinta(tahabbub).[1]

Asal Mula Penyebutan Al Muzzammil

Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam tafsirnya menyebutkan, bahwa asal mula penyebutan Al Muzzammil adalah ketika nabi Muhammad menerima wahyu pertama, surat Al-Alaq,  di Gua Hira bertemu dengan Malaikat Jibril yang memerintahkan Nabi untuk membaca,namun nabi menjawab”Aku tidak bisa membaca” kemudian Malaikat Jibril merangkul Nabi, hingga timbul kepayahan”. Tubuh Nabi gemetar, lalu Jibril menuntun Nabi untuk melafalkan ayat, lalu Nabi pulang menemui keluarganya dan berkata,”

زَمّـِلُونيِ زَمّـِلُونيِ “

“selimuti aku..selimuti aku”.[2]

Menurut Imam Ibnu Katsir[3]

يَأْمُرُ تَعَالَى رَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَتْرُكَ التَّزَمُّلَ، وَهُوَ: التَّغَطِّي فِي اللَّيْلِ، وَيَنْهَضَ إِلَى الْقِيَامِ لِرَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ} [السَّجْدَةِ: 16] وَكَذَلِكَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُمْتَثِلًا مَا أَمَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِهِ مِنْ قِيَامِ اللَّيْلِ، وَقَدْ كَانَ وَاجِبًا عَلَيْهِ وَحْدَهُ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا} [الْإِسْرَاءِ: 79]

Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya shalallahu alaihi wasallam, untuk meninggalkan berselimut, yaitu menutupi tubuh di di malam hari. Lalu bangun untuk shalat menyembah Allah. Seperti dalam firmannya.

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya, dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian rezekiyang kami berikan kepada mereka (QS. As Sajdah:16)

Kandungan Ayat kedua

قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا

Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya) (QS.Al-Muzzammil:2)

Allah memerintahkan kepada manusia untuk bangun pada malam hari meskipun sebentar, lalu mendirikan shalat dan berdoa pada sepenggal malam sebagai waktu istirahat. Karena pada waktu malam itu lebih tenang, dalam kondisi tenang inilah jiwa-jiwa dengan iman berkomunikasi dengan Allah subhanahu wataala.

KEUTAMAAN QIYAMULLAIL

  • Berhak mendapat kedudukan mulia (pertolongan Allah), seperti disebutkan dalam firman Allah:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud, (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu pada tempat yang terpuji (QS. Al Isra: 79)

Makna maqaman mahmuda adalah pertolongan Allah di hari kiamat.

عن قتادة (مَقَامًا مَحْمُودًا) قال: هي الشفاعة، يشفِّعه الله في أمته

“Dari Qatadah makna Maqaman Mahmuda adalah syafaat (pertolongan), Allah memberi pertolongan kepada umat-Nya.[4]

  • Berhak mendapatkan surga

Firman Allah:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (15) آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ (16) كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18(

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan mata air (15)mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat baik (16) mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam (17) dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah) (18) (QS. Az Dzariyat: 15-18)

Hadits Nabi dari Abdullah bin Salam Radhiyallahu anhu:

قال: فكان أول ما سمعت من كلامه أن قال: (أيها الناس أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصلوا الارحام، وصلوا بالليل والناس نيام، تدخلوا الجنة بسلام) رواه الحاكم وابن ماجه والترمذي وقال: حديث حسن صحيح

Abdullah bin Salam berkata,”Ucapan pertama dari Nabi Muhammad yang aku dengar adalah saat beliau bersabda,” Wahai manusia, sebarkan salam, berilah makanan, sambunglah tali silaturahim, shalat malamlah saat manusia tertidur, engkau akan masuk surga dengan selamat sejahtera (HR.Al Hakim, Ibnu Majah, dan At Tirmizi: Hasan Sahih)

  • Dapat menghalangi dosa, menghapuskannya, dan menjauhkan penyakit fisik.

Hadits Nabi:

عليكم بقيام الليل فإنه دأب الصالحين قبلكم، ومقربة لكن إلى ربكم، ومكفرة للسيئات، ومنهاة عن الاثم، ومطردة للداء عن الجسد)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaknya kalian melakukan shalat malam, karena shalat malam adalah hidangan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sesungguhnya shalat malam mendekatkan kepada Allah, serta menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menolak penyakit dari badan. (HR. Tirmizi, no. 3472)

PERBEDAAN ANTARA QIYAMULLAIL DAN TAHAJUD

Qiyamullail Tahajjud
·         Makna qiyamullail adalah menyibukkan diri pada sesaat, atau sebagian besar malamnya untuk beribadah.

·         Bisa dilakukan dengan shalat sunnah, membaca Al-Quran, atau mendengar hadits, atau bertasbih, atau shalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.” (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiah, 34/117)

·         Makna Tahajjud adalah shalat malam secara khusus, sebagian ulama menyebut bahwa dia adalah shalat malam yang dilakukan setelah tidur.Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata dalam At-Talkhish Al-Habir, 2/35, “Sanadnya hasan

·         Makna (الهجود) adalah tidur. Jika dikatakan (تهجد الرجل) jika dia bergadang dan meninggalkan tidurnya. Orang yang bangun untuk shalat dikatakan sebagai orang yang tahajjud, karena dia meninggalkan tidur pada dirinya. (Tafsir Qurthubi, 10/307)

Kandungan ayat ke-3

نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3)

“(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit”

Ahmad bin Musthafa Al Maraghi menafsirkan ayat ini:

أي إلا قليلا وهو النصف أو انقص من النصف أو زد على النصف إلى الثلثين، فهو قد خير بين الثلث والنصف والثلثين.وقصارى ذلك- أنه أمر أن يقوم نصف الليل أو يزيد عليه قليلا أو ينقص منه قليلا، ولا حرج عليه فى واحد من الثلاثة.

“Yaitu sedikit yakni 1/2 atau kurangi dari separuh, atau tambah separuh hingga 2/3, bisa menjadi pilihan antara 1/3 malam, 1/2 atau 2/3 malam, intinya: perintah qiyamullail ini berlaku untuk separuh malam, atau tambahanya sedikit atau kurangi sedikit, tidak mengapa selama masih dalam tiga pilihan tersebut.[5]

  • Pilihan waktu ini dibolehkan sesuai dengan keterangan ayat
  • Qiyamullail itu dilakukan tujuannya bukan untuk memberatkan hamba, namun untuk melatih istiqamah, karena amalam sedikit tapi istiqamah lebih disukai Allah daripada amalan banyak tapi tidak konsisten.

 

Kandungan ayat ke-4

أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4)

Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan”

  • Tartil secara bahasa artinya

جعل الشيء مرتلا، أى: منسقا منظما

“menjadikan sesuatu tertib dan tersusun rapi”.[6]

  • Bacalah Al-Quran pada saat qiyamullail dengan tartil (perlahan-lahan) dengan memperhatikan kaidah tajwid dan makhrajnya (Tafsir Marah Labid, 2/575)
  • Karena bacaan yang tartil lebih berkesan dalam hati dalam mewujudkan tadabbur (memikirkan maksud dan hikmah) dari ayat yang dibaca.
  • Ayat ini menjadi isyarat bahwa metode terbaik untuk membaca Al-Qur’an adalah dengan tartil, Aisyah menyebutkan bahwa Rasulullah ketika membaca Al-Quran dengan cara perlahan-lahan.
  • Ibnu Mas’ud berkata:

لا تنثروه نثر الرمل، ولا تهذوه هذّ الشّعر وقفوا عند عجائبه، وحركوا به القلوب

“Jangan membaca Al-Quran seperti menebar pasir, jangan pula seperti sedang bersyair, namun berhenti saat membaca ayat yg mengandung keajaiban dan menggerakan hati (Tafsir Ibnu Katsir, 7/276)

 Kesimpulan

  • Perintah Allah diawal risalah tentang wajibnya qiyamullail berlaku setahun, kemudian hukumnya di nasakh (diganti), sehingga menjadi sunnah, pada akhir surat.
  • Pilihan waktu dalam melakukan qiyamullail, sesuai dengan kesempatan dan kemampuan. Meskipun Rasulullah menyukai sepertiga malam terakhir.
  • Bacaan Al-Qur’an saat qiyamullai dengan tartil seraya memperhatikan kesempurnaan bacaan dan tajwid.

والله أعلم

=====

Fauzan Sugiyono, Lc . M.Ag


[1] Muhammad Thahir bin Asyyur (w1393H), At Tahrir wa at Tanwir, (Tunisia: Dar Tunis Lin Nasyr, 29/255

[2] Abdurrahman bin Nashir Asy-Sya’di, Taysir al karim ar Rahman, (Muassasah Ar Risalah) 1/892

[3] Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al Azhim, 8/249

[4] Tafsir At Thabari, 17/528

[5] Ahmad bin Musthafa Al-Maraghi (w1371H), Tafsir Al Maraghi, (Mesir: Syarikah Maktabah wa matba’ah Musthafa Al Babi Al Halbi wa auladuhu, 1946M, 29/111.

[6] Muhammad Sayid At Thantawi, Tafsir Al Wasith, 15/155

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

scroll to top